Sebagaimana kita ketahui bahwa sholat wajib atau sholat fardhu yang lima waktu merupakan kewajiban kita sebagai ummat islam dan merupakan salah satu dari rukun islam yang 5, tepatnya urutan kedua setelah syahadat. Walaupun beberapa orang sering ‘mem-plesetin’ masalah urutan tersebut dengan cletukan “tenang aja bro, sholat kan no. 2”, ya iya lah, karena urutan pertama nya syahadat. Dengan dalih menyepelekan keutamaan / prioritas sholat wajib. Semoga guyonan tersebut tidak berimplikasi pada kenyataan apalagi hingga menjadi kebiasaan. Astaghfirullah. Semoga kita tidak memain-mainkan masalah rukun islam tersebut.
Berbicara sholat wajib, sebenarnya tidak memerlukan dalil lagi karena sudah begitu banyak dalil baik al-quran maupun hadist, terlebih lagi hal itu sudah kita pelajari sejak SD dahulu. Karena memang begitu banyak ayat yang mengulang-ulang kalimat “...wa aqimus sholah...” yang bermakna “dan dirikan (kerjakan) lah sholat”, dsb. Tentunya, semua kita juga telah mengetahui dan memahami bahwa sholat wajib itu ada 5, dari mulai subuh, zuhur, asar, maghrib, dan isya, serta kita juga telah sangat memahami bahwa sholat wajib itu harus tepat waktu dan berjamaah di masjid, khususnya laki-laki.
Lagi-lagi, tak perlu ber-dalil dalam menjelaskan hal ini karena kita semua telah paham dengan hal itu. Tapi, pertanyaan dasarnya adalah “sudah kah kita melaksanakan sholat wajib tepat waktu dan berjamaah di masjid?”. Hal ini lah yang menjadi masalah besar dan perlu kita diskusikan. Bukan masalah dalil nya, tapi bagaimana kenyataan dari teori / dalil tersebut.
Banyak orang, terutama ustadz-ustadz, mengaitkan keutamaan sholat wajib dengan rezeki atau dengan kesuksesan, lapangan kerja, dsb yang berkaitan sama UUD. Atau “Ujung-Ujung nya Duit”. Artinya, mereka berusaha memotivasi kita agar terpancing untuk melaksanakan kewajiban sholat tersebut dengan sebaik-baiknya dengan harapan segala kebutuhan materialis hidup kita dipenuhi. Hal tersbeut tentu baik-baik saja dan sah-sah saja, karena memang kenyataannya begitu. Tapi kita perlu tahu juga bahwa janji allah itu, dampak baik dari sholat wajib bukan hanya urusan duit tapi semua aspek kehidupan akan menjadi baik jika kewajiban sholat kita tunaikan dengan sebaik-baiknya. Firman allah berikut ini “...Inna ssholata tanha ‘anil fahsyai wal munkar...” merupakan janji yang harus kita yakini jika kita beriman pada allah, alquran, dan rasulNya. Sesungguhnya sholat itu menjauhkan kita dari hal keji dan buruk. Berarti semua hal yang tidak baik menurut allah untuk kita dalam kehidupan ini, akan dijauhkan jika kita laksanakan sholat. Artinya juga, ketakutan masalah rezeki juga bakal allah jauhi jika kita sholat, dan tidak Cuma urusan rezeki saja, tapi semua aspek hidup yang bersifat buruk bagi kita menurut allah, akan dijauhi olehNya. Coba tuh, hebat nggak janji allah?, itu baru satu potong ayat yang kita kupas, gimana kalau semua ayat tentang sholat?. Dijamin makin semangat deh kita.
Belum lagi hadist yang menyebutkan bahwa (kira-kira isinya begini) “... sholat adalah hal pertama yang ditanyakan di akhirat nanti, jika itu baik maka baiklah semua amalnya...”. nah, kebayang kan? Kalau hidup kita sudah benar-benar melaksanakan sholat wajib dengan benar, dijamin semua urusan yang lainnya juga ikutan benar dan baik. Kalau kita mengaku percaya sama allah dan rasulnya, kita juga harus percaya janji di hadist tersebut. Logikanya begini, kalau bos kita nih, manager kita di kantor, menjanjikan kita dengan ucapan begini “saya janji, kalau kamu datang kerja tepat waktu terus, kamu bakal saya angkat jadi manager penerus saya”. Nah, kira-kira kita semangat tidak untuk datang kerja tepat waktu?. Pasti jadi semangat kan?. Nah, ini allah yang janji, si pemilik hidup, pemilik diri kita, pemilik dunia dan seisinya. Masa kita masih ragu juga. insyaAllah kita tambah yakin deh buat sholat tepat waktu dan berjamaan di masjid ya.
Saya alhamdulillah punya ayah yang bukan main ketatnya kalau urusan sholat. Beliau ketat dalam contoh buat kita, ketat juga dalam menyuruh kita, dan ketat juga mengevaluasi kita semua, dalam sholat wajib. Seperti saya bilang di tulisan-tulisan sebelumnya bahwa untuk urusan sholat wajib, ayah saya ‘nggak pake kompromi’. Aktivitas apa aja, kalau udah datang sholat tidak ada ceritanya sholat yang ditunda, sholat yang di prioritaskan. Kata beliau “enggak boleh sholat yang dikorbanin, aktivitas kita yang harus ngalah”.
Sampai pernah suatu ketika abang saya pulang ke rumah malam-malam terus, sekitar jam 11 an, dan itu berturut-turut setiap hari. Sehingga sholat subuh beliau telat dan karena telat berarti tidak berjamaah di masjid. Lalu, saat rapat keluarga sama ayah saya disindir “Kalo karena pulang malem kamu jadi telat sholat, berarti pulangnya jangan malem-malem. Jangan subuh yang kamu korbanin, kerja yang harus kamu korbanin”.
Pernah juga dulu waktu saya masih SMA, kalau tidak salah masih masa lebaran iedul fitri, kita sekeluarga sedang nonton tv sambil makan kue-kue lebaran, kira-kira sudah 10 menit lagi mau azan asar. Lalu ayah saya keluar dari kamar dan dia bilang begini “siap-siap gih, bentar lagi azan”, lalu ayah lanjut ambil wudhu ke kamar mandi. Setelah wudhu, beliau bilang lagi yang kedua kalinya “udah matiin dulu dah, sholat asar dulu”. Kita yang lagi pada nonton tv masih santai dan seakan-akan tidak mendengarkan perkataan ayah yang kedua kalinya. Saat azan baru saja masuk, ayah keluar kamar sambil lewat di depan kita semua dan berujar yang ketiga kalinya “udah yang ketiga kali abi bilangin, jangan sampai ga sholat asar nanti”, nada ayah agak sedikit keras karena beliau sudah 3x bilang tapi kita tetap saja belum ada satupun yang beranjak dari tempat nonton tv. lalu ayah keluar rumah menuju masjid. Kita yang masih di depan tv masih santai saja melanjutkan nonton nya seakan lupa omongan ayah tadi. Setelah kira-kira 15 menit berselang, ayah pulang ke rumah dan beliau kaget melihat kita masih saja nonton, lalu seketika ayah marah besar hingga kue yang ada di lantai melayang entah kemana. Kita semua yang tadi santai saja menonton, tiba-tiba bertebaran menghilang entah kemana. Semua terjadi sekejap, ada yang lari ke kamar mandi untuk wudhu, ada yang lari ke masjid, ada yang masuk ke kamar. Baru kali itu aku melihat ayah marah sekali, tidak pernah aku melihat ayah marah semarah itu. Bahkan hingga aku usia 23 tahun ini, hanya momen itulah aku melihat langsung kemarahan ayah yang terbesar. Hanya karena sholat wajib yang ditunda-tunda. Bahkan, adik yang paling kecil sampai bertanya ke ibu “kok abi marahnya sampe begitu si mi?”, lalu ibu menjawab “itu karena kita nya lalai sama sholat, jangan di ulang lagi ya”. kita semua hanya mengangguk saja tanda semua setuju untuk tidak melalaikan sholat lagi.
Begitulah ayah, begitu ketat dengan urusan sholat, tidak ada kompromi, dan tidak ada sesuatu apapun yang boleh membuat kita lalai dari sholat. Tapi, selain beliau ketat dalam mengontrol dan menyuruh kami untuk sholat, beliau juga panutan yang luar biasa. Hal ini sangat jelas terlihat dari cepatnya beliau merespon jika waktu azan mau masuk. Bahkan, sejak kami pindah ke daerah sepong, bisa dibilang hampir tiap waktu sholat beliau lah yang mengumandangkan azan di musholla dekat rumah. Itu karena beliau yang selalu hadir lebih dahulu di musholla. Sehingga, akhir-akhir ini saya merasa disindir dengan kebiasaan ayah azan tersebut. Alhamdulillah, dengan kesindir itu saya jadi sedikit-sedikit bisa azan. Eh, maksudnya bisa datang lebih awal dan mengumandangkan azan menggantikan ayah.
Alhamdulillah di keluarga kami, kedua orang tua kami begitu ketat pada kewajiban sholat ini. Dan itu sudah berlaku sejak kita masih anak-anak. Saya teringat, dulu waktu saya masih kelas 2 SD, setiap subuh saya diajak ayah sholat di masjid depan rumah, masjid al-hikmah bangka. Memang beliau telah membiasakan kami, sebagai anak-anaknya, untuk mengutamakan aktivitas sholat wajib berjamaah di masjid tepat waktu.
Begitu juga dengan cucu beliau yang kebetulan baru punya satu, jika cucu nya sedang main ke rumah, saat waktu azan pasti diajak kakek nya ke masjid untuk ikutan sholat, walau usia cucu tersebut baru 1,5 tahun.
saya bersyukur sekali jika sedang ada di rumah, karena urusan sholat jadi terkontrol. Karena saya pernah merasakan dunia kerja baik di perkantoran maupun di lapangan. Luar biasa respon para pegawai yang bermacam-macam. Ada yang begitu azan langsung melangkahkan kakinya ke masjid, tapi sayangnya lebih banyak yang cuek-cuek saja saat mendengar azan dan baru sibuk sholat saat injury time, dimana waktu azan sholat berikutnya akan datang. Astaghfirullah. Apalagi saat kerja di lapangan, luar biasa malasnya melangkahkan kaki untuk sholat. Bahkan seringkali kita berucap “yang penting tetap sholat”. Padahal esensi sholat itu bukan ‘asal’, tapi prioritas karena sifatnya yang merupakan kewajiban utama bagi ummat islam.
Semoga allah ampuni dosa hamba jika sering seperti itu, melalaikan sholat. Dan semoga allah beri hidayah bagi kita semua yang belum bisa sholat tepat waktu dan berjamaah di masjid.
Mumpung masih ramadhan, biasanya orang-orang banyak yang lebih giat dan lebih respon untuk beribadah, terutama melaksanakan sholat. Maka kita perbaiki semaksimal mungkin agar bisa sholat berjamaah dan tepat waktu di masjid. Dan jadikan ini sebagai kebiasaan kita hingga nanti setelah ramadhan bisa terus kita jalankan bahkan kita tingkatkan. Dan, mari mulai kita jadikan sholat sebagai prioritas pertama dan utama di atas segala-galanya, di atas semua aktivitas apapun. Kita harus bisa belajar untuk merelakan aktivitas-aktivitas lain demi melaksanakan sholat tepat waktu dan berjamaah di masjid.
Allahumma aati nufusana taqwaha. Ya Allah, berikan pada diri kami ketaqwaan. Semoga dengan kita perbaiki sholat kita, maka allah perbaiki semua aktivitas-aktivitas kita yang lainnya. Dan, dengan membaiknya semua amal kita, kelak menjadikan kita hamba allah yang bertaqwa, yang layak mendapatkan surganya. Aamiin.
(muh)
Serpong, 15 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar