Senin, 20 Desember 2010

PERSEMBAHAN CINTA KAMI UNTUK ABI DAN UMI

Abi, Umi..
Kau merupakan sosok yang begitu luar biasa di mata kami. Masih teringat dalam benak kami akan semua kisah ketika engkau mendidik kami. Betapa sabar dan teguhnya engkau mengajari kami, tak pernah sekalipun mengeluh dihadapan kami, sedangkan kami selalu merengek dan mengeluh terhadap perintahmu.

Pernahkah kau rasakan lelah karena tangan hangatmu yang mengangkat kami?
Pernahkah kau rasakan letih karena berlari mengejar langkah kecil kami?
Pernahkah kau rasakan sedih ketika melepas kami mentuntut ilmu?
Ataukah kau rasakan bosan saat mendengar setiap rengekan dan tangisan kami?
Ataukah kau rasakan sedih saat melihat kami terjatuh dan terluka?
Ataukah kau rasakan sakit karena badanmu yang terasa pegal karena menjaga kami seharian?

Abi, Umi...
Kau ajari kami untuk mengenal Rabb, Sang Khalik dan mencintai kekasihNya
Kau tanamkan dalam jiwa kami cinta terhadap surga dan hal-hal yang mendekatkan kami padanya
Kau ajari kami membaca dan memahami alquran untuk menjadikannya pedoman hidup
Kau ceritakan kepada kami kisah - kisah para sahabat Kekasih Allah
Kau tunjukkan pada kami segala makna yang tidak akan pernah kami temukan, kecuali melalui tarbiyah yang engkau berikan

Tapi... apakah yang dapat kami lakukan untuk bisa membalas semua ini?
setiap tetes keringatmu karena mengajari dan mendidik kami
setiap detik waktu luangmu untuk menjaga kami
setiap tangis air matamu untuk kebahagiaan kami
setiap doamu untuk kesuksesan kami

Mungkin, apa yang telah kami lakukan sampai hari ini belum bisa membalas apa yang telah engkau berikan untuk kami, belum mampu memenuhi harapan dan cita-cita yang engkau dambakan, belum bisa membuat engkau bahagia.

Ya Ilahanaa...
Sampaikan sejuta sayang kami untuk abi & umi
Yang selalu memberi kasih sayangnya pada kami
Yang selalu menghabiskan hari-harinya untuk membahagiakan kami
Yang selalu menyertakan kami dalam munajat-munajat panjangnya untuk kesuksesan dunia dan akhirat kami
Kami terus berjanji tak akan pernah mengkhianati pintanya
Tak akan pernah membuat mereka kecewa
Tak akan pernah sekalipun membuat gelisah hatinya
Dengan azzam ini,
Kami yakinkan langkah untuk terus menggapai cita-cita dan harapannya
Kami bertekad untuk selalu menjadi sang juara
Kami mantapkan diri ini untuk istiqomah berada di jalanMu
Kami ikhlaskan diri ini untuk senantiasa membela agamaMu

Ya Rabbana,,,
Pinta kami pada Mu, Jadikanlah kami generasi terbaik umat ini
Yang mampu menjadi penerang untuk orang-orang disekeliling kami
Yang nafasnya adalah ruh dakwah ini
Yang ucapannya adalah senjata agama ini
Yang langkahnya adalah pondasi keluarga ini
Yang dari tangannyalah lahir pena-pena pemanah musuhMu

Ya Rahman ya Rahim...
Segala puji bagi Engkau yang telah memberikan kami usia yang panjang
Hingga hari ini kami bisa merasakan indahnya Islam di keluarga kami
Itu semua tak lepas dari bimbingan kedua orang tua kami, Abi dan Umi tercinta
Hamba mohon kepada-Mu ya Rabb
Agar Kau tambahkan kesehatan bagi keduanya, Kemudahan rezekinya
Kesuksesan dunia & akhiratnya, Keberkahan hidupnya
Kekhusyu’an ibadahnya, Kemuliaan martabat keluarganya
Kejernihan jiwanya, dan kesabaran dalam mendidik generasi penerusnya

Ya dzaljalaali wal ikrom,,,Terimalah do'a hambaMu ini
Amiiin...

Kami persembahkan surat ini untuk Abi dan Umi Tercinta,,,,,
hari Ibu, 22 Desember 2010

Yang selalu kau impikan kesuksesannya, Yang selalu kau khawatirkan kepergiannya,
Yang selalu kau rindukan kedatangannya, Yang selalu kau tangisi tiap malamnya,
Yang selalu kau nantikan di rumah,
Anak-anakmu tercinta...
Aisyah, Abdurrahman, Muhammad, Khodijah, Ibrahim, Ahmad, Husna, Abdullah

Minggu, 21 November 2010

Aku Rasakan Perubahan Di Depan Mata....................


Ya Allah, begitu lelah aku hari ini, rasanya ini bukan hanya kelelahan fisik tapi juga kelelahan jiwa ketika melihat kondisi dakwah kampus secara real di PMLDJ masih jauh dari yang terdengar sebelum-sebelumnya. Aku tak menyangka ternyata kita semua dalam jalur yang sama, yaitu sama-sama harus segera menata kembali agenda-agenda dakwah kedepan agar sinergisitas dakwah kampus bisa kita wujudkan pertengahan tahun depan, 2011.

Kita harus bergerak bersama, tidak bisa hanya digantungkan pada JMMI, begitu pula jika digantungkan pada LDJ. Karena ini semua harus direalisasikan bersama oleh pelaku dakwah. Saat ini bukan lagi waktunya kita saling menyalahkan, saling timbul suuzhonisme antar sesama lembaga, tapi kita butuh bergerak bersama, serentak, searah, dan terprogram secara seksama.

Justru disinilah kesempatan terakhir kita untuk memberikan yang terbaik untuk dakwah kampus ini, tidak hanya untuk LDJ saja, apalagi hanya untuk JMMI saja. Kita harus bergerak bersama untuk kemenangan Dakwah Kampus kita tercinta. Waktu kita hanya tersisa 6 bulan, itu artinya kesempatan kita masih ada setengah jalan untuk menata apa-apa yang harus kita jalankan. Lakukan sekarang, secepatnya, atau tidak sama sekali. Karena kesempatan kita menjadi pengurus dakwah ini hanya sekali, yaitu saat ini. Jika kali ini tidak terlaksana maka tidak ada yang bisa menjamin kedepan akan ada yang melanjutkan langkah-langkah strategis ini.

Ingat, 6 bulan tersisa untuk melakukan yang terbaik atau tidak sama sekali. Silakan kita renungkan, ingin bermanfaat untuk semua atau hanya untuk organisasi antum saja, ingin ada perubahan kearah lebih baik, atau hanya stagnan saja.

Itu semua hanya antum yang bisa menjawab.

Dan ana yakin, antum pasti menjawab: “ayo kita bangkit, bergerak bersama. Maksimalkan waktu tersisa, tidak ada lagi PH nganggur, yang ada lembur untuk terus berpikir & bekerja untuk dakwah”...

Ya, karena ana yakin, antum adalah orang pilihan yang dipilih Allah untuk merubah keadaan Dakwah di kampus tercinta kita menuju arah yang lebih baik, lebih sinergis, lebih efektif, tapi lebih massiv dan dinamis.

Ibarat peperangan,
kita ibarat panah2 terhujur yang siap dilepaskan dari busur,
ibarat pedang-pedang terhunus yang siap berayun menebas musuh
ibarat butir2 peluru yang siap ditembakkan & melaju
ibarat mata pena yang tajam yang siap menuliskan kebenaran
ibarat pisau belati yang selalu tajam bak kesabaran yang tak pernah padam
tuk arungi jalan panjang dakwah kampus ini....

ya, kelelahan itu membuat aku yakin bahwa perubahan akan lahir sebentar lagi,
bagaimana dengan antum...?

ahad 21:45, 21 November 2010

Rabu, 17 November 2010

“Mana Lebih Penting, Ruhiyah atau Tsaqofah...?”




Kembali kita coba mengangkat permasalahan2 atau problematika dakwah kampus yang memang kita mengalami semuanya. Tulisan ini saya angkat ketika beberapa waktu lalu baru saja terjadi beberapa hal yang menurut ana perlu pertimbangan lebih matang lagi karena berkaitan dengan kaderisasi. Walaupun saya berada didalam sistem tapi saya belum bisa merealisasikan apa yang sesuai dengan pola pikir saya, karena memang dakwah kita ialah berbasis jama’ah sehingga yang dijalankan ialah hasil keputusan jama’ah bukan pemikiran dan kemauan sendiri dan itulah yang membuat dakwah semakin variatif karena kita bisa mengelola atau menyikapi sebuah keterpaksaan.

Kita semua menyadari bahwa marhalah selama ini menjadi barang yang berada di dalam karung, ibarat kata apapun yang didalam karung, seberapa baik atau buruknya, maka bisa saja dia dibeli konsumen. Atau seberapa baik dan buruknya kader JMMI bisa saja menjadi sosok sakral Ketua Umum, Skejn, Kaput, Kamus, Direktur BPM, Kadep Kaderisasi, dll, karena dalam pemilihannya tidak menerapkan apa yang “benar-benar” ada dalam marhalah 3 yang sudah ditetapkan. Nah kira-kira itulah salah satu problem regenerasi kita yang saya kira antum semua paham akan hal itu.

ada dua kata kunci, ruhiyah dan tsaqofah, lebih penting mana?? Mungkin antum lebih tau jawabannya. Tapi ana kan coba bahas sekilas. Masih ingatkah 10 rukun bai’at? Atau 11 muwashofat kader JMMI? Kalau lupa, buka lagi file-file nya. Kalau antum masih ingat, maka JELAS lah bahwa tsaqofah atau pemahaman jauh lebih penting, apalagi alfahmu ialah rukun bai’at yang pertama. Tapi pertanyaannya, sampai kapan kita harus mengutamakan alfahmu?? Apakah menjadi prioritas selamanya, atau sebagai pondasi utama di awal saja?? Agar lebih mudah, kita tarik saja ke dalam sistem pembinaan JMMI, marhalah 1 ialah pemenuhan syakhsiyah islamiyah itu artinya semua kepribadian muslim harus dipahami, marhalah 2 ialah syakhsiyah da’iyah itu artinya kader harus bisa menerapkan ilmu2 yang dimilikinya untuk aplikasi dakwah, dan terakhir marhalah 3 ialah syakhsiyah qiyadah itu artinya kader harus bisa memimpin dakwah ini dalam sekup yang lebih besar tidak hanya sekedar menjadi murobbi saja, tapi harus mampu memikirkan, mengembangkan, dan menjalankan agenda2 seluruh murobbi atau mentor/ da’i kampus.

Dari penjelasan itu rasanya cukup jelas, kapan kita harus menyiapkan tsaqofah kader, kapan kita harus memperkuat semangat/ruhiyah kader, dan kapan kita harus mengaplikasikan dakwah bagi kader. Terlebih lagi jika tsaqofah yang diberikan berulang-ulang dengan materi yang sama, bisa jadi dulu mereka sudah dapat materi tersebut di mentoring wajib, kemudian dapat lagi di liqo ADS, kemudian dapat lagi di Dauroh Mentor, dapat lagi di PSI 1, PSI LDJ, dapat lagi di Dauroh Mntor thn berikutnya, dll... ya ini perlu kita pikirkan agar tsaqofah bisa meresap secara efektif tidak berulang-ulang yang dikasihkan itu-itu saja sehingga materi dalam jenjang marhalah bisa tersampaikan semua.

Dari sini ana dapat menyimpulkan, ternyata kita JMMI belum bisa memetakan secara jelas dan objektif mana sasaran dakwah kita, kita hanya berpikir bagaimana kegiatan kita bisa ramai dihadiri peserta, tanpa memikirkan bagaimana kondisi kader kita. Dari mulai yang rutin, insidental, dari mulai SMS, kautsar, DM, MK, PSI, dll, kita berharap pesertanya sama sehingga tidak ada manajemen informasi dan publikasi, kapan kita harus menginfokan ke kader, kapan ke mentor baru, mentor lama, kapan ke ADK, kapan ke kaum ammah, dll.....hingga salah seorang kader terbaik JMMI pernah berkomentar (ketika di puncak bukit lawang) “kegiatan ku setiap pekan habis dipake oleh JMMI, tidak bisa menyisihkan untuk yang lain....” Subhanallah, saya ga kebayang, padahal beliau ini belum 1 tahun di JMMI.

“Saat engkau melakukan kesalahan, itulah tandanya engkau belajar”

Semoga kita bisa terus belajar dalam berdakwah dan Semoga ini bisa menjadi bahan pertimbangan kita untuk meng-efektifkan dakwah dan memaksimalkan hasilnya untuk kemenangan islam... semoga bermanfaat kawan,,,

Dalam Diri Setiap Manusia tersimpan kekuatan yang Dasyat, yang ia pun tidak pernah mengira ia memilikinya sampai ia mengamalkannya

Sabtu, 13 November 2010

Tgl 15 yang Kunanti...

kawan,,,,masih ingatkah engkau apa yang terjadi 15-16 mei lalu...?
ya, itulah topik kita kali ini....
mau tidak mau, percaya tidak percaya, 15-16 November, lebih tepatnya esok hari... bertepatan dengan perjalan KSD JMMI ITS selama 6 bulan....ya tak terasa itu semua sudah kita lewati setengah babak...
kalau kita mengingat kembali 6 bulan lalu, tepat hari ahad ini kita semua di baiat menjadi Pelaku dakwah tertinggi di JMMI,..
apa yang sudah kita lakukan, seberapa besar yang telah kita hasilkan....???
itu semua bisa kita jawab, entah apapun jawaban dari antum semua.... yang jelas, apa yang sudah kita lakukan, maka tanyalah pada sekitar kita...

ibarat pertandingn sepak bola, kita sekarang sedang berada di istirahat babak pertama....istirahat sejenak 15 menit untuk memulai kembali babak kedua yang sangat menentukan...jika babak pertama ini kita seri atau bahkan kalah, maka babak kedua inilah kita akan mati-matian berjuang untuk melesakkan gol dengan tetap mempertahankan gawang kita sendiri agar dapat meraih kemenangan....
UTS dan rapimnas ini mungkin istirahat sejenak kita, sejenak kita berdiam dan beripikir untuk memulai kembali perjuangn 6 bulan berikutnya,,, mempersiapkan diri untuk mengeluarkan effort yang sebesar-besarnya untuk kemenangan dakwah kampus ini, bukan hanya kemenangan pemira sajja.
entah antum menganggap kita seri atau kalah dalam 6 bulan ini, yang jelas kita harus meningkatkan kinerja kita agar dakwah lebih berhasil, lebih realistis, lebih tertata, lebih essensial, dan lebih dinamis dan tidak stagnan.......
AHWA menanti, akselerasi LDJ akan terbukti di PMLDJ, PSI 3 siap bergulir, Mentoring segera berakhir, kader tingkat 2 segera hadir dalam psi 2, calon2 penerus baru segera berdatangan di februari nanti, kunjungn media menanti segera, dan puncaknya integralistik ADK siap lahir, dan muktamar selalu menjadi angan2 yang segera terwujud di akhir....hingga nanti sebelum MA bergulir sistem baru Dakwah Kampus akan lahir dr Muktamar ini, hingga sistem pembinaan yang lebih detail dan terpadu segera dilaunching sebelum kepengurusan dititik nadir.....
insyaAllah...
dengan semangat ruhiyah dan ukhuwah,,, aayo kita Bangkit....
BANGKIT KSD ku.....karena itu bukan sekedar harapan tapi sebuah perjuangan baru....menunjukkan sebuah konsistensi....

ayo kita awali semangat perubahan ini setelah ketum tercinta kembali dari rapimnas, kita kuatkan lagi dengan tasqif ADK oleh Ridwnsyah Yusuf Ahmad, ahad depan.....

kita jadi PH hanya sekali, jadikanlah momen ini momen terbaik untuk merealisasikan mimpi kita bersama, untuk membangun sinergisitas dakwah....
tidak ada lagi perdebatan saling menyalahkan, lebih baik salah satu mengalah dan berjuang bersama, karena jika kita hanya saling menyalahkan tak akan kita memulai usaha....
ayo saling menopang, saling membantu, bagi yang keberatan segera minta bantuan,,, yang punya masalah jgn hanya dipikirkan dan dipendam segera diselesaikan dan dileraikan jk tak ada jalan temu.....

ayo kawan, aku percaya KITA semua BISA melakukannya....

"sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang berperang dalam barisan yang teratur seakan-akan bangunan yang kokoh..."

Kamis, 28 Oktober 2010

Siapakah yang Lebih Asing...?




Saya tertatarik menulis tema ini ketika beberapa waktu lalu ada insiden yang membuat saya cukup tergelitik, mungkin juga anda (jika merasakannya). Sedikit saya ulas cerita tersebut. beberapa pekan yang lalu Lembaga Dakwah Jurusan (LDJ) kami mengadakan kegiatan kaderisasi tingkat 1 dan saya disana berperan sebagai pendamping teman2 panitia saja karena memang sudah pensiun dari kepengurusan periode lalu. ketika sudah H-2 ternyata kita belum dapat tempat yang memadai untuk kapasitas 80 orang, karena formulir yang tersebar kira-kira sebanyak itu, dan ini momen langka di jurusan kami. Akhirnya saya pun bantu mengontak sana sini, hingga dapat lah satu tempat yang cukup bagus di salah satu ruang jurusan Kimia FMIPA (yang sebelumnya digunakan SMT 1 JMMI ITS). Tapi untuk mendapatkan tempat itu butuh surat dan prosesnya langsung di jurusan. Akhirnya saya kasihkan cp salah satu teman di jurusan tersebut dan dia seorang akhwat kader JMMI.
singkat cerita, akhirnya semua masalah clear dan saat H-1 ada rapat teknis terakhir dan kebetulan saya hadir. Tak lama setelah itu salah satu temen “aktivis” 08 tanya kesaya, kira2 dialognya begini (dialog asli dengan bhs jawa):
fulan: mas, ini akhwat kimia sudah minjamkan ruang tapi belum ngasih kuncinya, bgmn?
Saya: yaudah, antum ambil aja ke akhwatnya. Tapi di hubungi dulu.
Fulan: Ok, mas. Tapi orangnya yang mana mas? Saya ga tau.
Saya: waduh, aku juga ga tau...
Fulan: ....** Tapi akhwatnya emang mau ditemui mas?
Saya: masa ga mau?
Fulan: mungkin aja mas, kemaren aja waktu ngasihkan surat (peminjaman ruangan) suruh ngasihkan lewat mading. Kayaknya akhwatnya ga mau ditemuin ya mas?
Saya: hmmmm....oh gitu ya.. mungkin aja (bingung jawab apa...?)
Fulan: emang kenapa mas ga mau ditemui?? Mereka takut sama kita ya mas...? masa sampe segitunya mas. Emangnya kita kaya apaan mas, sampe akhwat JMMI pada takut.
Saya: .......**
Dialog diatas adalah sebuah cuplikan yang benar2 terjadi dan ini realita kita. Mereka adik2 08 di jurusan memang bukan orang yang benar2 paham dakwah tapi mereka punya semangat untuk terus berbenah dan sebenarnya mereka juga membantu dakwah kita hanya saja mereka belum merasakannya (mungkin). Karena kebanyakan dari mereka suka bantu2 acara ke islman walaupun belum banyak tau bagaimana seharusnya dalam bersikap. Tapi setidaknya merekasudah punya keinginan yang kuat untuk terus berdakwah mengajak kebaikan. Mungkin pantas juga disebut aktivis dakwah.
Tapi realita yang lebih ekstrem lagi ialah mereka menganggap cara-cara kita asing bagi mereka krn menurut mereka tidak wajar/ langka dilakukan di tempat lain. Mungkin begitu juga kita ketika menanggapi cara2 mereka dalam bersikap, mereka begitu asing bagi kita karena cara yang dilakukan berbeda dengan kita, entah terlalu cair kah dalam berkomunikasi atau sebaliknya. Saya pun tidak tau siapa yang lebih asing..? mungkin tergantung siapa yang menanggapinya.
“islam datang dalam kondisi asing dan di akhir masa nanti akan kembali dalam kondisi asing pula”
Semoga ke asing-an tersebut bukan bagian dari ekslusifisme dalam berdakwah. Mari kita perbaiki cara kita bila ada yang kurang ahsan, dan mari kita perbaiki lingkungan kita jika ada yang belum baik. Karena hakikat dakwah ialah berusaha menjadikan sekitarnya lebih baik dalam persepsi Islam.

29 Oktober 2010

Sabtu, 16 Oktober 2010

Keutamaan sahabat Utsman Bin ‘Affan



- Hadist muttafaqun ‘alaih:
Ketika nabi berada di sebuah kebun bersama dgn abu musa al-asy’ari, kemudian dtng seseorang dan mengetuk pintu, kemudian nabi berkata bukalah dan berilah kabar gembira tentang syurga (iftah lahu wa bassyirhu bil jannah), ternyata yg datang ialah abu bakar dan abu musa menyampaikan apa yg dikatakan nabi, lalu abu bakar memuji allah (hamidallah). Kemudian datang lagi seorang sahabat dan mengetuk pintu,,,,,(sama dengan cerita diatas tapi yang datang ialah umar). Kemudian dtng lagi sahabat,,,sama dengan cerita di atas tapi nabi menambahkan (iftah lahu wa bassyirhu bil jannah) ‘ala balwa tushibuh (setelh didahului oleh sebuah musibah). Dan utsman memuji allah (hamidallah) ditambahkan dengan allahul musta’an (hanya pada allah tempat meminta pertolongan)

- Utsman merupakan menantu nabi dari 2 anak perempuannya
Ummu kultsum dan ruqoyyah
Abu bakar merupakan besan nabi dari aisyah
Umar merupakan besan nabi dari hafshoh
Ali merupakan menantu nabi dari fathimah
Sabda nabi:
“Seandainya aku mempunyai anak perempuan lagi, maka akan aku nikahkan ia dengan utsman (istri ke 3 dari anak nabi)”

- Nabipun malu
“bagaimana aku tidak malu (sungkan) kepada seseorang kalau malaikat saja malu (sungkan) terhadap Utsman, ”

- Kedermawanan
Suatu ketika nabi pernah berperang, dan utsman merupakan orang yang mendanai hampir semua kebutuhan perang, hingga nabi bersabda:
“Tidak ada kemudhorotan yang ia lakukan setelah peristiwa ini kecuali akan diampuniNya”


*disarikan dari kajian Siroh Nabawiyyah, oleh Ust Mudzoffar Jufri.

Minggu, 10 Oktober 2010

Kami Hadir Untuk Ummat...

Yang perlu kita tanamkan dalam hati ialah kita berdakwah untuk UMMAT, sehingga perencanaan kita pun harus sesuai dengan keinginan dan kondisi objek dakwah. Jangan kita kedepankan IDEALISME (keinginan) kita sepihak saja, tapi sesauikan dengan objek dakwah, apakah benar2 itu yang mereka butuhkan? Atau prodak kita hanya usulan yang kita inginkan. Karena target dakwah kita bukan ANTUM yang sudah baik, tapi masih banyak CIVITAS yang perlu kita ajak untuk lebih ISLAMI. Seperti kata salah satu rektor, JMMI jangan hanya berdakwah pada yang sudah datang ke masjid saja, tapi pikirkan bagaimana agar yang belum ke masjid bisa datang ke masjid, yang belum sholat bisa sholat, yang belum ngaji bisa ngaji. Karena itulah prinsip dakwah yang sebenarnya. Tidak hanya memperbaiki (mengajak) diri kita tapi juga memperbaiki sekitar (civitas) kita. “TIDAK MUNGKIN kan setiap prodak PH dan MIDDLE saja yang jadi peserta nya....????”
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. QS. Al-Baqarah: 214
Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri, aral menghadang dan kezaliman yang akan kami hadapi. Kami adalah panah2 terhujur yang siap dilepaskan dari busur, tujuh sasaran siapapun emanahnya. Kami adalah mata pena yang tajam yang siap menuliskan kebenaran, tanpa ragu ungkapkan keadilan. Kami pisau belati yang selalu tajam bak kesabaran yang tak pernah padam, tuk arungi dakwah ini jalan panjang. Asalkan ikhlas dihati, tuk hanya ridho illahi.

Ya Wasi’al Maghfiroh,,, Pinta kami pada Mu, Jadikanlah kami generasi terbaik umat ini, Yang mampu menjadi penerang untuk orang-orang disekeliling kami, Yang nafasnya adalah ruh dakwah ini, Yang ucapannya adalah senjata agama ini, Yang langkahnya adalah pondasi jama’ah ini, Yang dari tangannya lah lahir pena-pena pemanah musuhMu.

Sepucuk Do'a Untuk Adikku Tercinta

Tak terasa umur makin bertambah
Bukan berarti bertambah hidup
Tapi semakin sedikit sisa waktu di dunia ini
Waktu yang sdikit bukanlah sebuah masalah
Karena masalah adalah jika kita tidak bisa memanfaatkan waktu itu
Diwaktu yang sedikit ini,
Jadikanlah semua aktivitas kita hanya karena Allah
Untuk berjuang memuliakan agamaNya
Sebagaimana Abi dan Umi juga melakukannya
Berbuatlah selalu yang terbaik
Cari prestasi sebanyak-banyaknya
Beri Abi dan Umi setitik kebahagiaan
Karena mutiara hatinya bisa menjadi mutiara bagi sekitarnya
Terus kejar cita0cita yang tinggi
Jangan pernah khianati cita-cita, keinginan, dan amanah Abi dan Umi
Selalu berbuat yang terbaik
Karena Allah telah memberi kami keluarga yang terbaik pula

Selamat miladke 19,,
Semoga Khodijah bisa lebih giat lagi dalam belajar dan menghafal Quran
Karena cita-cita Abi dan Umi inginagar anak-anaknya cinta terhadap Al-Quran

Kupersembahkan sepucuk do’a ini untuk adikku tercinta.
4 Oktober 2010

Selasa, 05 Oktober 2010

Nasib ku, Nasib mu.....

kawan, nasib kita kini sudah tak sama lagi,,
ada yang sibuk dengan amanah baru sebagai alumni, ada yang mungkin sibuk melanjutkan studi S2, ada yang mungkin sibuk mikir TA, ada yang sibuk masih menjabat PH,,,, luar biasa, kita benar2 mempunyai kondisi berbeda.
tidak seperti dulu lagi kawan,,,yang cenderung seragam, homogen.
ya, begitulah petualangan hidup ini, cepat sekali berubah. tuntutan2 zaman yang semakin berat membuat segalanya berubah cepat.
tapi masih ada 1 titik cahaya yang semua kita rasakan. ya, sebuah keimanan yang membuat kita masih bisa saling menyapa di forum ini. mungkin dengan inilah kita bisa terus bersyukur....
terus bermimpi kawan,,,,hidup ini masih panjang, banyak aral melintang, tapi lebih banyak lagi waktu luang untuk meniti langkah2 mimpi utk terus berprestasi.
bermimpilah setinggi-tingginya karena sama saja mimpi biasa dengan mimpi luar biasa, sama2 tanpa mengeluarkan biaya.
yang ingin ke jepang, jakarta, lmajang, TA, dll.....
terus kejar mimpi dan cita2 mu.
...
mimpi itu perlahan kita realisasikan,,, Allah selalu memberi hasil sesuai dengan usaha kita. sama seperti hukum termodinamika, energi yang dikeluarkan sama dengan energi yang diterima.
mungkin kali ini baru skala kampus, besok skala surabaya, besok lagi skala jawa timur, lusa skala nasional, hingga nanti kuraih skala internasional.
ya, mungkin hanya aku yang akan menjadi "TKI" di saudi.... bagiku itu hal yang luar biasa, karena aku terus bermimpi mejadi TKI yang bekerja utk Syaikh Yusuf Qardhawi, atau menjadi guru sederhana yang mengabdi di 2 kota suci....terlalu penat bagiku hidup di DKI, sudah lebih dari 15 thn aku disana,

Selasa, 14 September 2010

Training RAMADHAN: Bekal Sepanjang Tahun



Hampir semua khalayak umum pasti paham dengan kata “training” atau pelatihan dan tentunya kata-kata tersebut sangat tidak asing lagi bagi kita. Sebagai contoh training ESQ, pasti kita semua paham akan training tersebut. Dari mulai apa itu trainingnya, bagaimana caranya, hingga seberapa besar dana yang dikeluarkan. Apalagi civitas akademika ITS, pastinya semua pernah mengalaminya. Tapi pertanyaannya, apakah ada perubahan yang mendasar dari dalam diri kita? Bagaimana dampaknya, apakah memiliki dampak sesaat atau permanen? Atau jangan-jangan training tersebut hanya lecutan emosi sesaat yang membuat kita meneteskan air mata dan berubah beberapa saat lebih kalem tapi tak berbekas dikemudian hari? Sepertinya kita semua bisa menjawabnya.
Kawan, kiranya itulah training-training yang terjadi saat ini dan itu kita alami. Tapi ada sebuah training maha dahsyat yang sangat tidak mungkin dapat dikelola oleh trainer-trainer handal, sekelas internasional sekalipun. Why? Karena training tersebut tanpa membutuhkan “trainer”, tanpa paksaan sedikitpun, tidak butuh biaya khusus, tidak perlu publikasi, apalagi registrasi, dan tidak hanya 1 atau 2 hari saja melainkan satu bulan full. Training itu unik sekali kawan, hanya butuh 1 hal, Keimanan.
Ya, training itu baru saja kita lewati kawan. Training maha dahsyat dari sang khaliq untuk kita ummat Islam, training Ramadhan, yang biasa kita sebut Syahrut Tarbiyah, bulan penTrainingan. Percayakah engkau bahwa training tersebut diikuti oleh jutaan bahkan milyaran orang dan dilakukan secara serempak diseluruh seantro jagad raya ini. Training yang membuat semua orang saling berlomba-lomba dalam ajang “Fastabiqul Khoirot”, training yang disana terjadi perubahan besar didalam diri kita. Training yang menyebabkan semangat ibadah kita naik berkali-kali lipat. Tak bukan dan tak lain itu semua karena keimanan kita pada yang Maha Kuasa, yang dicontohkan lewat Rasul SAW dan yang dituliskan dalam Al-Quran, yang karenanya kita paham akan proses dan tujuan dari intisari hidup ini.
Bisa kita bayangkan training tersebut ibarat proses seekor ulat menjadi kupu-kupu. Ulat yang begitu jijik, jelek, kotor, dan kurang bermanfaat, ditraining beberapa saat didalam benda ajaib yaitu kepompong. Sekian hari ulat itu ditraining tanpa makan dan minum, hingga terjadilah proses training/tarbiyah yang luar biasa dahsyat hingga dengan kehendak yang maha Kuasa berubahlah seekor ulat yang menjijikkan itu menjadi seekor kupu-kupu yang sangat cantik, sangat nyaman dilihat, bahkan menjadi interior taman-taman dan sangat dicintai banyak orang terutama kaum hawa. Nah, begitu pula training Ramadhan yang baru saja kita lewati.
Ulat yang jijik itu ibarat kita semua sebagai manusia yang dhoif (lemah) di mata Allah, sedangkan kepompong ibarat lembaga training bernama Tarbiyah Ramadhan yang diatur langsung oleh yang maha Pengatur jagad raya, dan proses maha dahsyat yang terjadi didalam kepompong bagaikan mujhadah kita dalam “Fastabiqul Khairat”, dari mulai amalan-amalan wajib kita yang selalu tepat waktu seperti sholat fardhu, puasa kita yang begitu melelahkan padahal begitu berharga disisiNya, amalan-amalan sunnah kita yang luar biasa meningkat berkali-kali lipat diluar waktu itu, infaq-infaq kita yang begitu banyak dan berlimpah, tilawah-tilawah quran kita yang begitu banyak hingga Khatam berkali-kali, i’tikaf kita yang tidak pernah bolong, bahkan qiyamullail kita yang pantang putus, hingga puncaknya saat kita semua meraih malam “lailatul Qadr” dengan penuh keimanan dan kekhusyu’an.
Itu semua lahir karena semangat yang menggebu-gebu dan meningkat berkali-kali lipat. Dua semangat yang timbul bersamaan, semangat dalam beribadah dan semangat dalam menahan hawa nafsu. Tahukah kawan, dari mana semangat itu? Tak lain dan tak bukan, semangat itu ialah keimanan kita pada Allah. Semakin bertambah iman kita, semakin tinggi pula dua semangat itu secara bersamaan. Jika kita sadari lebih jauh, itulah keimanan kita yang sebenarnya pada yang maha Esa, Rabbul Izzati.
Luar biasa kawan, betapa indahnya iman kita, betapa mulianya iman kita. Andai iman itu berupa organ tubuh, aku ingin sekali menggenggamnya, bahkan ku ingin sekali memeluknya dengan erat, bila perlu kupelihara melebihi organ yang lain karena derajatku yang abadi bergantung dengan kualitasnya saat hidup ini. Sayang, itu hanya mimpi belaka, aku hanya bisa merasakannya dan merindukan kembali saat-saat imanku diposisi terbaik, dipuncak keimanan padamu ya Rabbi. Zadathum imana...., liyazdaadu imana.... Allahu Rabbi, aku ingin teriak sekeras-kerasnya seakan-akan aku telah lahir kembali, karena aku cinta Engkau yang telah memberi keimanan padaku.
Dengan selesainya Ramadhan, ada baiknya kita menjaga semangat keimanan kita setelah Ramadhan, kita mulai dengan menjaga amalan sunnah puasa 6 hari dibulan syawal, agar training ini tetap terjaga dalam kehidupan kita meskipun Syahrut Tarbiyah sudah kita lewati. Karena ganjaran puasa syawal luar biasa besarnya sebagaimana yang dijelaskan hadist berikut:
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian disusul dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka puasanya itu bagaikan puasa sepanjang tahun" [HR. Muslim]

Bandara Juanda Surabaya, 17.55
10 September 2010
Muhammad A Hasib

Rabu, 04 Agustus 2010

Menanti Generasi SA 2

untuk membangun sebuah peradaban besar dibutuhkan pemikiran besar pula, selain kontribusi yang besar.pemikiran itu lahir dari kritisasi, sebanyak mungkin orang yang kritis, maka akan banyak permasalahan yang terkuak sehingga orang akan respek dan timbul pemikiran baru untuk merubah.

bisa kita ulas bagaimana perjuangan sholahuddin Al-Ayyubi, yang beliau bukan seorang diri tetapi sebuah generasi pemenang dan dalam menciptakan itu dibutuhkan proses yang sangat lama. 50 tahun sebelum itu paraulama bertekad untuk membangun generasi baru yang siap menguasai duni, dengan cara menunmbuhkan, mendidik, memperbanyak ulama2 baru yang kuat dan dekat terhadap tuhannya, sehingga pada generasi berikutnya lahirlah generasi sholahuddin yang mampu berkuasa selama 80 tahun, tak pernah kalah sekalipun dengan kaum yahudi. hingga disiang hari mereka bagai pahlawan dan dimalam hari bagai hamba yang menangis ketika membaca kalamNya (ujar pendeta yahudi yang dipenjara).

ummat islam saat ini (mahasiswa umumnya) berpikir bagaimana masa depan kita untuk memperbanyak uang, harus bekerja. padahal dibalik itu semua (peradaban madani) merupakan tanggung jawab kita untuk generasi sukss masa depan. dan itu prosesnya tidak sebentar, dan semakin tidak sebentar jika yang kontribusi tidak banyak. oleh karena itu dibutuhkan banyak pemikir, research, pendidik untuk mencetak da'i2 baru yang lebih kontributif dan kualitatif. semakin banyak pegawai maka akan semakin banyak pula orang terkungkung dan tidak bisa berkembang (bisa dilihat kesibukannya).
dan semakin banyak penddidik maka akan semakin banyak peradaban baru yang lahir, banyak generasi2 yang kompetitif dimasa depannya.karena masa depan ummat islam bergantung dengan KITA semua generasi saat ini.

mari kita bangun azzam dan tekad ini dari sekarang, untuk terus mengabdi pada agama ini dan terus berkontribusi maksimal dengan memperbaiki diri dan orang lain, bagai berniaga dengan tuhan kita, bukan berniaga dengan sesama mitra usaha.
hingga nanti saat kita tiada lahirlah generasi SHOLAHUDDIN session 2...

bangkitlah, harapan itu masih ada..!
AllahuAkbar. ..!

Seberapa MULIAkah KITA Dibulan MULIA...???



Mendengar kata2 “bulan mulia” pasti kawan2 sudah tau apa maksud dari tulisan ini. Yaps, benar..! itulah dia Ramadhan sang bulan mulia. Mungkin kita semua sangat sering mendengar ucapan atau melihat kata tersebut walaupun (jika diresapi lebih dalam) sebenarnya lebih banyak yang menjadi pertanyaan atau kejanggalan dibenak kita. Sebagai contoh, dengan bulan mulia itu seberapa muliakah kita dibulan itu? Atau dengan bulan yang suci, seberapa sucikah kita menjalani hari2 dibulan itu??? Ini hanya pertanyaan sepele yang bisa kita jawab sendiri2 didalam hati kita. Lho, terus apa kaitannya? Jawabannya ada di QS.2: 183, pasti hafal dong ayatnya... yaps, diakhiri dengan “...La’allakum Tattaqun”. So, Masih ingatkan dengan tujuan bulan mulia???. Apakah ketaqwaan itu tidak mulia??? “wa tazawwadu fainna khoirozzadi ttaqwa” Sebaik2 bekal ialah taqwa (QS.2).

Sebenarnya, kenapa kok Ramadhan disebut bulan mulia?. Didalam Al-Quran hanya ada satu bulan yang secara eksplisit disebutkan oleh Allah yaitu bulan Ramadhan, padahal Allah juga menyebutkan dalam surat At-Taubah bahwa “inna ‘iddata ssyuhuri ‘indallahi istna ‘asyaro syahron” sesungguhnya dalam perhitungan Allah itu bulan jumlahnya ada 12, tapi mengapa hanya bulan Ramadhan yang disebutkan dalam Al-Quran??. Kemudian dalam QS.2:185 dijelaskan bahwa bulan Ramadhan ini terdapat hikmah besar yaitu turunnya Al-Quran tapi mengapa Allah menurunkannya dibulan ini?? Apakah tidak sengaja dan kebetulan Al-Quran turun?? TIDAK, melainkan karena Allah memilih bulan ini sebagai bulan paling MULIA.

Terus, bagaimana kita mempersiapkan diri agar menjadi mulia dibulan mulia?. Ada tiga hal yang perlu kita siapkan dari jauh-jauh hari agar kita bisa mencapai kemuliaan tersebut.
1. Mantapkan kualitas RUHANI
Dalam siroh sahabat, nabi selalu menyampaikan tarhib Ramadhan atau biasa kita sebut ceramah untuk mempersiapkan diri di bulan mulia. Padahal yang diceramahi para sahabat yang notabene orang-orang dengan keimanan mantap dan ibadah yang kuat, tidak seperti kita. Yang begitu saja masih perlu diberikan motivasi oleh nabi, nah bagaimana dengan kita?. Selain itu, Nabi SAW melakukan puasa sunnah terbanyak “hanya” dibulan Sya’ban, bukan yang lain. Agar lebih siap untuk menyambut Ramadhan yang penuh kemuliaan. Bahkan dalam sebuah hadist dikatakan, dalam bulan mulia ini Nabi SAW sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah melebihi kesungguhannya dibulan yang lain. Dan saat memasuki 10 hari terakhir Ramadhan Nabi SAW lebih bersungguh-sungguh lagi dalam beribadah melebihi yang sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu agar bisa bersungguh-sungguh di bulan mulia ini harus kiat persiapkan dari jauh-jauh hari agar saat Ramadhan tiba mesin ruhani kita langsung panas (semangat) untuk beribadah, ibaratnya motor kalau mau jalan dipanasin dulu biar enak bawanya.

2. Persiapkan diri dengan ILMU
Kita perlu mempersiapkan ilmu untuk menjalani bulan mulia ini agar Ramadhan tidak dilalui dengan landasan budaya dan kebiasaan kebanyakan orang saja. Sebagai contoh, mayoritas masyarakat semangat menjalankan bulan ramadhan hanya di awal saja atau sepuluh hari awal, hal ini bisa kita lihat dari intensitas jama’ah tarawih yang semakin hari semakin “banyak” yang bolong sehingga shaf jama’ah pun terus berkurang seiring bertambahnya puasa kita atau bahkan di hari pertama begitu penuh dengan jama’ah tapi dihari akhir sudah tinggal beberapa shaf saja. Atau yang lebih ekstrim lagi, menjelang berakhirnya ramadhan kebanyakan orang disibukkan dengan mencari “pakaian baru” dan bahkan siap-siap mudik sehingga tidak sempat lagi untuk beribadah, padahal Rasulullah selama 9 tahun tinggal di Madinah tidak pernah “mudik” ke Mekkah dalam konteks “idul fitri” dan bahkan keutamaan Ramadhan semakin meningkat dengan masuknya 10 hari terakhir yang disana kita bisa dapatkan malam lailatul qodr. Selain hal tersebut, ada pula amalan yang ringan tetapi pahalanya besar, yaitu dengan memberi makan/minum orang yang berbuka puasa, walaupun dengan seteguk air atau sebilah kurma (hadist). Dengan hal itu kita akan mendapatkan pahala puasa orang yang berbuka tersebut tanpa menguranginya. So, perbanyaklah mengikuti ceramah dan tarhib Ramadhan dan bila perlu membeli buku saku Ramadhan agar kita mengerti bagaimana menyikapi bulan mulia ini. Apakah harus ikut “kebanyakan orang” atau mengikuti ajaran Rasulullah SAW?.

3. Sucikan diri dengan INVESTASI
Agar dibulan Ramadhan kita menjadi suci maka diri ini harus disucikan dulu. Bagaimana caranya? Dengan berinfaq, bershadaqoh atau dengan berzakat. Karena dengan berzakat maka Allah akan mensucikan diri kita dan harta kita. Dan berzakat sebelum Ramadhan lebih baik, kenapa? Karena apa yang kita zakat kan akan digunakan orang yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya menghadapi Ramadhan, dengan seperti itu pahala yang didapat pun akan lebih besar dari pada digunakan dibulan lainnya. Apakah ada cara lain? YA, dengan meminta maaf kepada orang-orang sekitar kita. Bahkan seharusnya bersalama-salaman atau meminta maaf ini kita lakukan sebelum Ramadhan, tidak hanya pas Idul Fitri saja karena kita ingin suci dibulan suci. Bagaimana kalo kita tidak mampu? Perbanyaklah berniat yang baik-baik, karena dengan berniat maka kita akan mendapatkan balasan apa yang diniatkan “innamal a’malu binniyat, wa innama likullimriin ma nawa...”. misalnya, jika punya uang 1 juta maka kita niatkan untuk di infaqkan sepenuhnya untuk Ramadhan. Seandainya uang itu ternyata hilang, maka kita telah mendapatkan pahala karena niatnya. So, perbanyaklah bersedekah dan perbanyak pula niat-niat baik kita sebelum datang Ramadhan.

Kembali kepada Taqwa, bagaimana kita mendapatkan keTaqwaan?? “...wa atahum taqwahum” QS. Muhammad. Dan mereka diberikan keTaqwaan oleh Allah. So, taqwa itu datang dan diberikan oleh Allah. Sekarang tinggal, seberapa pantas kita menerima “gelar” Taqwa?. Apakah orang yang mulia yang diberikan Allah atau orang yang biasa-biasa saja?. Oleh karenanya, untuk mendapatkan gelar Taqwa, kita harus terus berupaya untuk menjadi hamba yang mulia di sisi Allah dan menjadi makhluq yang terus mensucikan diri dari hal-hal yang mengotorkan jiwa ini.

Allah telah menyeru kita untuk mensukseskan diri dibulan mulia dengan kata “ya ayyuhalladzina amanu...” QS.2: 183. Sekarang tinggal, masih berimankah KITA? merasa berimankah KITA untuk menyambut seruan Allah??? Jika “ya”, maka tunjukkanlah bukti iman KITA dalam mensukseskan diri mendapat “gelar taqwa” dibulan mulia. Jika tidak, maka Kemuliaan bulan ini hanya sekedar “NAMA” yang bisa diucapkan tapi KITA tidak bisa merasakannya....

Selasa, 20 Juli 2010

Apa arti hidup ini, KAWAN..?

Betapa indahnya jalan tuhan mengatur bumi ini,,
Percayakah anda? Semua yang terjadi merupakan kehendakNya
Yang telah diatur sedemikian rupa
Hingga lirikan mata KITA saat inipun bagian dari perhitunganNya

Keberadaan KITA kali inipun bagian dari keinginanNya
Siapa yang tahu bahwa saat ini KITA bisa disini???
Dari mana itu bisa KITA rasakan???
Hati nurani yang akan selalu merasakan
Apabila ia selalu terikat padaNya, pada kekuatanNya

Betapa lengkapnya dunia ini buat KITA kawan???
Percayakah engkau, bahwa semua yang ada ini untuk KITA
Engkau bisa lihat seluruh keindahan dunia hanya untuk KITA
Engkau bisa selalu hidup dimanapun berada
engkau bisa merasakan keberadan dirimu selama engkau bernafas
Bahkan segala bentuk yang KITA bayangkan akan ada bila dikehendakiNya

Tapi, semua itu tidak ada artinya kawan
jika KITA tak tahu makna hidup ini
Jika KITA tak pernah merasa ada yang selalu memantau KITA
Jika kita tak pernah merasa dekat denganNya

Bumi ini begitu tak berarti jika engkau tak memberi arti padaNya
Masih teringatkah engkau akan tragedi tsunami ACEH?
Begitu mudahnya manusia berkembang, tapi jauh lebih mudah DIA menghilangkannya

Semua akan semakin terasa jika KITA semakin dekat
Dan semua akan semakin rindu jika KITA semakin jauh
Semua akan terasa nikmat jika KITA berusaha menikmatinya
Hanya padaMu, Allahu Rabbi...

Ku persembahkan sepucuk rintihan ini kepada seluruh KAWAN ku
Yang telah memberi warna dan makna akan hidup ini
Untuk selalu mendekat kepadaMu dan selalu memujaMu

Batam, 19 Juli 2010.

Kamis, 04 Maret 2010

Surat kami Untuk Abi Tercinta...



Surat kami Untuk Abi Tercinta...
Yahoo Messanger, 4 Maret 2010, 22.10-24.10





Pagi ini terasa begitu cerah,,,
Di sandingi dengan hangatnya udara pagi
Yang membuat hati ini semakin hangat sehangat kasih yang Engaku berikan ya Rabb
Dengan kehangatannya membuat mulut ini bergetar mengucap kesyukuran padaMu
Membuat kaki ini semakin kuat melangkah ke arah syurgaMu
Membuat hati ini semakin tegar berada dijalanMu
Dan membuat tubuh ini semakin dekat kehadapan wajahMu
Agar bisa terus mensyukuri nikmatMu
Ni'mat yang tak terhingga yang telah Engkau berikan kepada keluarga kami
Ni’mat yang terbaik yang selalu engkau berikan pada kami
Maha Suci Allah yang telah menjadikan abi & umi qudwah hasanah yang luar biasa
ya Rabbanaa,,Subhanaka Innaa kunnaa minazzhalimiin

Ya Ilahanaa...
Sampaikan sejuta sayang kami untuk abi &umi
Yang selalu memberi kasih sayangnya pada kami
Yang selalu menghabiskan kelembutannya untuk jiwa kami
Yang selalu menghabiskan hari-harinya untuk membahagiakan kami
Yang selalu menghabiskan malam-malamnya untuk selalu berdo’a untuk kesuksesan kami

Ya Rabbana...
Kami terus berjanji tak akanpernah mengkhianati pintanya
Tak akan pernah membuat mereka kecewa
Tak akan pernah sedikitpun melukainya
Tak akan pernah sekalipun membuat gelisah hatinya
Dengan azzam ini,
Kami yakinkan langkah untuk terus menggapai cita-cita dan harapannya
Kami kuatkan hati ini untuk terus membahagiakannya
Kami bertekad untuk selalu menjadi sang juara
Kami mantapkan diri ini untuk tetap berada di jalanNya
Kami ikhlaskan diri ini untuk senantiasa membela agamaNya

Ya Rahman, Ya Rahim...
jadikanlah kami pemimpin bg orang2 yg bertaqwa
Yg selalu tegar berada di jalanMu, yg selalu sabar menghadapi ni'matMu
Yg selalu istiqomah terhadap amanahMu
Yg berada di baris terdepan dlm membela agamaMu
Yg selalu setia menjadi jundi2Mu
Yg selalu siap melawan kezhaliman
Yg menjadi bagian dr hambaMu yg syahid fi sabilillah
Yg selalu terhindar dr ciri2 kaum munafiqiin
Yg selalu bermakna ibadah disetiap langkahnya

Ya Rabb,,,
Pinta kami pada Mu
Jadikanlah kami generasi terbaik umat ini
Yang mampu menjadi penerang untuk orang-orang disekeliling kami
Yang nafasnya adalah ruh dakwah ini
Yang ucapannya adalah senjata agama ini
Yang langkahnya adalah pondasi keluarga ini
Yang dari tangannya lah lahir pena-pena pemanah musuhMu
Abi, umi, dengarlah betapa sesungguhnya kami mencintaimu
Kan kami buktikan kami mampu penuhi harapanmu

Ya Rahman ya Rahim...
Segala puji bagi MU yang telah memberikan usia yang panjang
Yang pada hari ini bertambah 1 tahun usia Abi kami tercinta
Hamba mohon kepada MU ya rabb
Agar Kau tambahkan kesehatannya
Kemudahan rezekinya
Kesuksesan dunia & akhiratnya
Keberkahan hidupnya
Kekhusyuan ibadahnya
Kemuliaan martabat keluarganya
Kejernihan jiwanya
Dan kesempatan yang lebih utk fastabiqul khoirot

ya rabb,,,
kami berdo'a karena kami tahu bahwa Engkaulah yg maha pemurah, maha pengasih,
maha agung, maha penerima taubat, maha mengatur kejadian di muka bumi ini,
maha menentukan nasib hamba2Nya, maha mulia diatas segala2Nya
Ya dzaljalaali wal ikrom,,,
pertemukanlah kami ditempat mulia, di baitullah Mu, di Jannahmu, disurga FirdausMu

ya wasi'al maghfiroh,,,
terimalah do'a hambaMu ini
amiinn...

Selamat Milad Abi Tercinta,,,,,

Yang selalu kau nanti dirumah...:
Aisyah, Abdurrahman, Muhammad, Khodijah, Ibrahim, Ahmad, Husna, Abdullah Syahid

Selasa, 23 Februari 2010

Menuju Puncak Kesuksesan . . . . .

Alhamdulillah,,,
untuk kesekian kalinya Allah memberiku nikmat yang luar biasa tak kusangka, bahkan belum tentu allah memberinya pada orang lain...

"wa yarzuqhu min haytsu laa yahtasib..."

di pertengahan libur semester lalu, begitu banyak berita-berita baik yang kudapatkan berkat kerja keras ku, baik dalam berusaha ataupun beribadah... sehingga hasil-hasilnyapun sesuai dengan apa yang ku usahakan dan ku impikan...

"tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..."

"sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan"

dari mulai info akademik yang keluar, IPS ku semester ini cukup baik yaitu 3,39 walaupun itu turun dari 3,52...tak lama kemudian ada pengumuman PKM, dan Alhamdulillah 2 PKM ku lolos dari 3 PKM yang ku ajukan. yang pertama PKMK tentang bisnis kaos suramadu dan PKMP tentang maezena sebagai inhibitor korosi. semoga berita-berita ini bisa mengantarkan pada impianku selanjutnya, "Goes to PIMNAS" dan "Wisuda dengan IPK CUMLAUDE"... tak hanya itu, saat ini Alhamdulillah muroja'ah ku sudah sampai Juz 8, dan itu artinya perjalanan masih sesuai target, insyaAllah bisa terus istiqomah hingga wisuda nanti genap 25 JUZ..

memang semua itu Allah berikan sesuai dengan keinginan dan kerja keras hambanya, karena hamba percaya akan kalam-kalam MU yang selalu memotivasi hamba, yang selalu hamba baca dan renungi, yang selalu hamba ingat dan selalu berusaha dekat padanya agar bisa merasakan nikmatnya dekat pada MU ya Rabbi,,,

semoga ini semua bisa menjadi inspirasiku dan inspirasi bagi yang membacanya,,,

",,, menunggu ummat muslim prestatif di puncak kesuksesan,,,"

Minggu, 21 Februari 2010

Cara Bersemangat dan Berpikir Positif

Langkah-langkah bersemangat dan berpikir positif sebagai berikut
1. “Bakar” Perahu Anda.
Kiat ini sebetulnya diinspirasi dari kisah Thoriq bin Ziyad, salah seorang pahlawan Islam. Setelah beliau menyeberangi selat Gibraltar bersama pasukannya untuk menyerang kekaisaran Romawi, beliau baru tahu bahwa pasukan lawan yang akan di hadapannya jumlahnya lebih besar dan persenjataannya lebih canggih. Lalu apa yang beliau lakukan waktu itu? Ada dua pilihan, mundur atau tetap maju menyerang. Beliau memilih untuk tetap pada rencana awal yaitu untuk menyerang. Untuk memperteguh tekadnya, beliau lalu membakar perahu-perahu pasukannya sendiri, sehingga tidak bisa pulang kecuali setelah mengalahkan pasukan lawan. Tindakan membakar perahu merupakan kiat beliau agar tidak tergoda dengan ada pihan lain kecuali menyerang.
Kiat ini dapat digunakan oleh kita untuk konsisten terhadap rencana yang telah dibuat. Buat rencana dan yakini bahwa hanya satu pilihan untuk bertindak, yaitu melaksanakan rencana. Seringkali kita gagal melaksanakan rencana karena tergoda dengan pilihan-pilihan lain yang biasanya lebih enak dan ringan.
Oleh karena itu “bakar” pilihan-pilihan itu di dalam benak Anda. Bahkan dalam hal tertentu kita dapat “membakar” pilihan-pilihan lain tersebut bukan saja di dalam benak kita, akan tetapi dalam realita. Misalnya, agar tidak malas belajar, pindahkan televisi atau komputer internet dari tempat yang mudah kita akses (misalnya dari ruang keluarga ke kamar ortu), sehingga kita tidak tergoda untuk dengan mudah menonton televisi atau bermain komputer. Contoh lain, agar kita tidak keluyuran setelah pulang kuliah, bawa uang pas-pasan saja hanya untuk pulang, sehingga tidak bisa lagi keluyuran yang memakan biaya lebih. Ada seorang sahabat Rasulullah saw yang pernah tergoda dengan keindahan kebunnya, sehingga terlambat sholat Ashar berjamaah di masjid. Apa yang dilakukannya agar tidak mengulangi kesalahannya? Ia menginfakkan kebunnya agar ia tidak punya pilihan lain kecuali sholat Ashar pada waktunya.
2. Pasang Alarm Secara Rutin
Kiat kedua yang bisa dilakukan adalah memasang alarm secara rutin dari HP/jam kita. Pasang alarm pada saat Anda memang sudah waktunya untuk melaksanakan rencana Anda (secara harian atau mingguan). Agar Anda tidak “kebal” terhadap bunyi alarm, maka ubah bunyi alarmnya pada saat-saat tertentu. Jika Anda sudah konsisiten dan terbiasa melaksanakan rencana/tugas pada waktunya, bunyi alarm tersebut bisa saja dimatikan. Digantikan dengan bunyi “alarm” dalam pikiran Anda.
3. Yakini bahwa Anda Sudah Terlambat.
Yakini bahwa Anda sudah terlambat. Kalau perlu dramatisir bahwa Anda bukan hanya terlambat dibandingkan dengan teman-teman seangkatan Anda, tapi sudah terlambat dibandingkan dengan orang-orang seangkatan Anda di seluruh kota, bahkan di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Meyakini bahwa kita sudah terlambat mengambil analogi dari sirkut balap mobil. Seorang pembalap yang tertinggal akan lebih sungguh-sungguh dan bersemangat untuk mengejar ketertinggalannya. Begitu pun Anda, jika yakin sudah terlambat dibandingkan dengan orang lain, pasti kita tidak punya waktu untuk bermalas-malasan dan menunda-nunda rencana kita. Apalagi kalau benar-benar sudah terlambat, maka tak ada kesempatan lagi untuk bermalas-malasan agar lebih tidak terlambat lagi.
4. Dramatisir Dampak Buruk Yang Akan Terjadi.
Cara lain untuk membangkitkan semangat bertindak adalah mendramatisir dampak buruk yang akan terjadi. Dalam kasus Anda, jika Anda tergoda untuk menelantarkan tugas-tugas kuliah, bayangkan dampak buruknya berupa tertinggal, bahkan DO (drop out) dari kuliah. Jika DO maka sulit cari kerja. Jika sulit cari kerja maka sulit mempunyai uang, sedangkan bapak/ibu Anda mungkin pada saat itu sudah meninggal. Akhirnya, hidup kita terlunta-lunta bahkan jadi pengemis. Bayangkan dampak negatifnya secara kausalitas (hukum sebab dan akibat). Hukum kausalitas adalah hukum alam/Allah yang pasti dan rasional dan mungkin saja terjadi pada diri kita jika kita mengabaikan kesungguhan kerja.

Sabtu, 20 Februari 2010

Hati Potensi Berharga yang Harus Dijaga

Secara umum manusia memiliki 3 potensi penting. Potensi pertama adalah potensi fisik, sehingga jika kita mampu mengelola fisik dengan baik, insya Allah kita akan menjadi manusia yang kuat dan produktif. Bahkan Islam sangat menganjurkan agar kita memiliki fisik yang sehat. Almu`minuni qowiyyu, mu`min yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mu`min yang lemah.

Dalam catatan sejarah, sampai usia 6 tahun Nabi Muhammad Saw memiliki tubuh yang benar-benar atletis. Beliau memulai peperangan pada usia 53 tahun. Dan tentu saja, perang zaman dulu tidak perang seperti zaman sekarang. Ketika itu Rasulullah Saw memakai baju besi hingga dua lapis dan mengarungi padang pasir sejauh ratusan kilometer. Itu artinya fisik beliau sangat prima.

Akan tetapi,ternyata tidak selamanya orang yang berfisik baik itu mulia sebagaiaman kemuliaan Rasulullah. Bahkan tidak jarang manusia yang berbadan bagus malah menjadi hina akibat keindahan fisiknya. Wanita bertubuh bagus tidak identik dengan wanita yang mulia, malah tidak sedikit wanita berbadan bagus menjadi turun derajatnya karena dia gemar memamerkan tubuhnya. Di sisi lain ada juga orang yang gara-gara badannya bagus menjadi stress karena takut jadi tidak bagus. Setiap hari waktunya habis untuk memikirkan badannya. Ikut senam, diet dan membeli bermacam-macam obat supaya tubuhnya tetap bagus. Secara tidak langsung orang seperti ini justru tersiksa dengan keindahan tubuhnya.

Sekali lagi, kita memang harus meningkatkan potensi fisik, namun potensi ini tidak identik dengan kemuliaan seseorang, jika tidak mampu menjaganya dengan hati-hati.

Potensi yang kedua adalah akal. Kita dikaruniai akal oleh Allah dan akal inilah yang membedakan kita dengan makhluk Allah lainnya. Dengan akal kita dapat memikirkan ayat-ayat Allah di alam ini sehingga kita dapat mengelola dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.

Kendati demikian, potensi akal juga bukanlah potensi yang dapat menentukan mulia atau tidaknya seorang manusia. Di Indonesia ini begitu banyak orang yang pintar, tapi mengapa Indonesia masuh juga terpuruk? Setiap tahun puluhan ribu sarjana dikeluarkan oleh kampus-kampus yang ternama. Tapi mengapa korupsi masih juga merajalela? Rasanya kecil kemungkinan kalau korupsi itu dilakukan oleh orang-orang yang bodoh. Bagaiamana tidak?

Uang negara, uang rakyat yang dikuras jumlahnya bukan hanya dalam bilangan jutaan atau miliaran, tapi juga triliunan rupiah. Kalau orang bodoh rasanya dia tidak akan kuat berpikir jauh-jauh seperti itu. Artinya pintar tidak identik dengan kemuliaan. Jika tidak hati-hati, mempunyai anak pintar juga tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Ada yang anaknya pintar sementara orang tuanya hanya lulusan SD atau SMP, malah jadi menghina orang tuanya.

Demikianlah memang. Badan yang kuat tidak selalu menggambarkan kemuliaan, akal pikiran yang pintar juga tidak selalu membuat oang menjadi mulia. Jadi apa sih yang bisa membuat orang mulia?

Inilah potensi ketiga yang ada pada diri manusia yang tidak setiap orang mampu menjaga serta mengembangkannya. Dialah yang dinamakan hati. Hati inilah potensi yang bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia. Dengan hati yang hidup inilah orang yang lumpuh pun bisa menjadi mulia, orang yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi mulia. Ada sebuah syair yang mungkin bisa menggambarkan betapa hati bisa sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

"Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih; Tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlaqpun kan terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah tetap tenang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang; Tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit".

Masya Allah, andaikan hati kian bersih tentu akan nikmat sekali menjalani hidup ini. Kalau hati kita ini bersih dan sehat, maka pikiran pun bisa menjadi cerdas. Kenapa? Karena tidak ada waktu untuk berpikir licik, dengki atau keinginan untuk menjatuhkan orang lain. Sebab, kalau tidak hati-hati benar maka hidup kita itu sangat melelahkan. Sekali saja kita tidak suka kepada seseorang, maka lambat laun kebencian itu akan memakan waktu, produktivitas dan memakan kebahagiaan kita, kita akan lelah memikirkan orang yang kita benci.

Karenanya bila hati kita bersih, maka pikiran bisa menjadi jernih. Tidak ada waktu buat iri, semua input kan masuk dengan mudah, karena tidak ada ruang untuk meremehkan siapa pun. Akibatnya kita akan memiliki akses data yang sangat tinggi, akses informasi yang benar-benar melimpah, akses ilmu yang benar-benar meluas, ujungnya akan mampu mengambil ide-ide yang cemerlang dan gagasan-gagasan yang jitu.

Berbeda dengan orang yang sombong, dia akan merasa bahwa dirinyalah yang paling tahu semua hal. Akibatnya, dia tidak pernah mau mendengar masukan dari orang lain. Padahal setiap orang tentu memiliki kelemahan. Dan untuk memperbaiki kelemahan itulah kita membutuhkan koreksi dan masukan dari orang lain.

Dengan kebersihan hati, insya Allah, otak akan lebih cerdas, ide lebih brilian, gagasan lebih cemerlang. Orang yang bersih hati itu punya kemampuan berpikir lebih cepat dari orang lain. Namun orang yang kotor hatinya, cuma akan berjalan di tempat. Dia kan sibuk memikirkan kekurangan orang lain, yang ada dalam pikirannya hanyalah kejelekan orang. Hatinya akan menjadi sempit.

Coba perhatikan jika ada anjing, kerbau, atau ada ular, di lapangan yang sangat luas, tentunya relatif tidak akan menjadi masalah. Apa lagi jika lapangannya teramat sangat luas, sebab ruang untuk bergerak jauh lebih leluasa. Tapi apa bila kita sedang da di kamar mandi, lalu muncul seekor tikus saja, pasti akan menjadi masalah. Kita tidak akan nyaman, jijik, atau malah ketakutan. Artinya bagi orang-orang yang berhati sempit, perkara kecil saja bisa menjadi masalah besar, apalagi perkara yang benar-benar besar.

Jika hati bersih maka wajah pun akan memancarkan kecerahan dan penuh keramahan. Bahkan Nabi Muhammad Saw juga demikian. Beliau tidak pernah berjumpa dengan oang lain kecuali dalam keadaan tersenyum cerah. Senyum yang penuh keikhlasan memang sangat bernilai besar, karena selain menjadi shadaqah juga akan menyehatkan tubuh. Bahkan menurut para ahli, senyum itu hanya menggunakan 17 otot, sedangkan cemberut 32 otot, makanya orang yang sering cemberut akan mengalami kelelahan otot.

Dalam berbicara pun kita harus sangat berhati-hati, sebab tak jarang melalui tutur kata, akan terlihat derajat seseorang. Sebab mulut ini ibarat teko yang mengeluarkan isinya. Jika di dalamnya berisi kopi tentu yang keluar juga kopi, tapi jika isinya air yang bening pasti keluar air yang bening. Orang yang berkualitas itu, jika berbicara ada struktur dan cirinya. Kalau dia berbicara yang keluar adalah ide atau gagasan, hikmah, solusi, ilmu dan zikir, sehingga pembicaraannya senantiasa bermanfaat. Kalau bunyi itu efektif. Semakin banyak omongan sia-sia, maka semakin turun kualitas orang itu, padahal ciri-ciri kualitas keislaman orang itu dilihat bagaimana kesanggupan menahan diri dari sesuatu yang sia-sia. Kalau kita selalu berusaha mengendalikan hati, detak jantung normal, wajah cerah, lisan enak, dan badan sehat. Lebih dari itu bergaul dengan siapa pun akan menyenangkan.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk mengenal potensi yang termahal dari hidup kita, yaitu hati kita sendiri. Hidupkan hati dengan memperbanyak ilmu, memperbanyak ibadah, dan zikir. Ladang untuk berkarya teramat luas, hiduplah dengan menjaga kebersihan hati, insya Allah hidup ini menjadi lebih indah dan penuh makna.

Hati adalah amanah yang harus dijaga dengan penuh kesungguhan. Kita tidak bisa mengatur dan menata hati, kecuali dengan memohon pertolongan Allah agar Dia selalu menjaga hati kita. Hati adalah pangkal kehidupan. Jika Allah memberi hati kita yang bening, kita akan banyak mendapat keuntungan dan bisa menjadi apa saja sesuai dengan keinginan. Bisnis bisa menjadi lancar dan sukses, menjadi pemimpin yang dicintai, suami yang dihormati, ayah yang disegani, menjadi apa pun bisa terwujud jika akhlak kita mulia di sisi Allah. Dan kuncinya adalah Qalbun Salim, yaitu hati yang selamat, selamat dari segala kebusukan. Sebab kesuksesan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang berhati bersih. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.Wallahu a`lam bishowab.

Rabu, 17 Februari 2010

Siapa Lebih Dulu ke Surga?

Aku tidak tahu dimana berada. Meski sekian banyak manusia berada disekelilingku, namun aku tetap merasa sendiri dan ketakutan. Aku masih bertanya dan terus bertanya, tempat apa ini, dan buat apa semua manusia dikumpulkan. Mungkinkah, ah aku tidak mau mengira-ngira. Rasa takutku makin menjadi-jadi, tatkala seseorang yang tidak pernah kukenal sebelumnya mendekati dan menjawab pertanyaan hatiku. "Inilah yang disebut Padang Mahsyar," suaranya begitu menggetarkan jiwaku. "Bagaimana ia bisa tahu pertanyaanku," batinku. Aku menggigil, tubuhku terasa lemas, mataku tegang mencari perlindungan dari seseorang yang kukenal.
Kusaksikan langit menghitam, sesaat kemudian bersinar kemilauan. Bersamaan dengan itu, terdengar suara menggema. Aku baru sadar, inilah hari penentuan, hari dimana semua manusia akan menerima keputusan akan balasan dari amalnya selama hidup didunia. Hari ini pula akan ditentukan nasib manusia selanjutnya, surgakah yang akan dinikmati atau adzab neraka yang siap menanti. Aku semakin takut. Namun ada debar dalam dadaku mengingat amal-amal baikku didunia. Mungkinkah aku tergolong orang-orang yang mendapat kasih-Nya atau jangan-jangan .........
Aku dan semua manusia lainnya masih menunggu keputusan dari Yang menguasai hari pembalasan. Tak lama kemudian, terdengar lagi suara menggema tadi yang mengatakan, bahwa sesaat lagi akan dibacakan daftar manusia-manusia yang akan menemani Rasulullah SAW di surga yang indah. Lagi-lagi dadaku berdebar, ada keyakinan bahwa namaku termasuk dalam daftar itu, mengingat banyaknya infaq yang aku sedekahkan. Terlebih lagi, sewaktu didunia aku dikenal sebagai juru dakwah. "Kalaulah banyak orang yang kudakwahi masuk surga, apalagi aku," pikirku mantap.
Akhirnya, nama-nama itupun mulai disebutkan. Aku masih beranggapan bahwa namaku ada dalam deretan penghuni surga itu, mengingat ibadah-ibadah dan perbuatan-perbuatan baikku. Dalam daftar itu, nama Rasulullah Muhammad SAW sudah pasti tercantum pada urutan teratas, sesuai janji Allah melalui Jibril, bahwa tidak satupun jiwa yang masuk kedalam surga sebelum Muhammad masuk. Setelah itu tersebutlah para Assabiquunal Awwaluun. Kulihat Fatimah Az Zahra dengan senyum manisnya melangkah bahagia sebagai wanita pertama yang ke surga, diikuti para istri-istri dan keluarga rasul lainnya.
Para nabi dan rasul Allah lainnya pun masuk dalam daftar tersebut. Yasir dan Sumayyah berjalan tenang dengan predikat Syahid dan syahidah pertama dalam Islam. Juga para sahabat lainnya, satu persatu para pengikut terdahulu Rasul itu dengan bangga melangkah ke tempat dimana Allah akan membuka tabirnya. Yang aku tahu, salah satu kenikmatan yang akan diterima para penghuni surga adalah melihat wajah Allah. Kusaksikan para sahabat Muhajirin dan Anshor yang tengah bersyukur mendapatkan nikmat tiada terhingga sebagai balasan kesetiaan berjuang bersama Muhammad menegakkan risalah. Setelah itu tersebutlah para mukminin terdahulu dan para syuhada dalam berbagai perjuangan pembelaan agama Allah.
Sementara itu, dadaku berdegub keras menunggu giliran. Aku terperanjat begitu melihat rombongan anak-anak yatim dengan riang berlari untuk segera menikmati kesegaran telaga kautsar. Beberapa dari mereka tersenyum sambil melambaikan tangannya kepadaku. Sepertinya aku kenal mereka. Ya Allah, mereka anak-anak yatim sebelah rumahku yang tidak pernah kuperhatikan. Anak-anak yang selalu menangis kelaparan dimalam hari sementara sering kubuang sebagian makanan yang tak habis kumakan.
Subhanallah, itu si Parmin tukang mie dekat rumahku," aku terperangah melihatnya melenggang ke surga. Parmin, pemuda yang tidak pernah lulus SD itu pernah bercerita, bahwa sebagian besar hasil dagangnya ia kririmkan untuk ibu dan biaya sekolah empat adiknya. Parmin yang rajin sholat itu, rela berpuasa berhari-hari asal ibu dan adik-adiknya di kampung tidak kelaparan. Tiba-tiba, orang yang sejak tadi disampingku berkata lagi, "Parmin yang tukang mie itu lebih baik dimata Allah. Ia bekerja untuk kebahagiaan orang lain." Sementara aku, semua hasil keringatku semata untuk keperluanku.
Lalu berturut-turut lewat didepan mataku, mbok Darmi penjual pecel yang kehadirannya selalu kutolak, pengemis yang setiap hari lewat depan rumah dan selalu mendapatkan kata "maaf" dari bibirku dibalik pagar tinggi rumahku. Orang disampingku berbicara lagi seolah menjawab setiap pertanyaanku meski tidak kulontarkan, "Mereka ihklas, tidak sakit hati serta tidak memendam kebencian meski kau tolak."
Masya Allah murid-murid pengajian yang aku bina, mereka mendahuluiku ke surga. Setelah itu, berbondong-bondong jamaah masjid-masjid tempat biasa aku berceramah. "Mereka belajar kepadamu, lalu mereka amalkan. Sedangkan kau, terlalu banyak berbicara dan sedikit mendengarkan. Padahal, lebih banyak yang bisa dipelajari dengan mendengar dari pada berbicara," jelasnya lagi.
Aku semakin penasaran dan terus menunggu giliranku dipanggil. Seiring dengan itu antrian manusia-manusia dengan wajah ceria, makin panjang. Tapi sejauh ini, belum juga namaku terpanggil. Aku mulai kesal, aku ingin segera bertemu Allah dan berkata, "Ya Allah, didunia aku banyak melakukan ibadah, aku bershodaqoh, banyak membantu orang lain, banyak berdakwah, izinkan aku ke surgaMu."
Orang dengan wajah bersinar disampingku itu hendak berbicara lagi, aku ingin menolaknya. Tetapi, tanganku tak kuasa menahannya untuk berbicara. "Ibadahmu bukan untuk Allah, tapi semata untuk kepentinganmu mendapatkan surga Allah, shodaqohmu sebatas untuk memperjelas status sosial, dibalik bantuanmu tersimpan keinginan mendapatkan penghargaan, dan dakwah yang kau lakukan hanya berbekas untuk orang lain, tidak untukmu," bergetar tubuhku mendengarnya.
Anak-anak yatim, Parmin, mbok Darmi, pengemis tua, murid-murid pengajian, jamaah masjid dan banyak lagi orang-orang yang sering kuanggap tidak lebih baik dariku, mereka lebih dulu ke surga Allah. Padahal, aku sering beranggapan, surga adalah balasan yang pantas untukku atas dakwah yang kulakukan, infaq yang kuberikan, ilmu yang kuajarkan dan perbuatan baik lainnya. Ternyata, aku tidak lebih tunduk dari pada mereka, tidak lebih ikhlas dalam beramal dari pada mereka, tidak lebih bersih hati dari pada mereka, sehingga aku tidak lebih dulu ke surga dari mereka
Termasuk Manakah Aku ?
Jam dinding berdentang tiga kali. Aku tersentak bangun dan, astaghfirullah ternyata Allah telah menasihatiku lewat mimpi malam ini.
Li akhulmu’min fi sabilillah, jangan pernah sekalipun kita membiarkan waktu luang kita dengan hal2 yang tidak berguna. Lakukanlah kebaikan walaupun itu sedikit, walaupun itu sebentar, walaupun itu berat, walaupun menurut orang itu tak berarti.
Akhi, “jangan pernah merasa diri ini yang terbaik karena masih banyak orang yang jauh lebih baik dari hamba ini”
Do the BEST for Allah!, and Allah will do it for you.

Selasa, 16 Februari 2010

ya Rabb,,,

Aku melangkah dengan langkah indahku untuk ke luar rumahku agar aku dapat menatap langit yang biru...
Dengan membawa Indahnya senyuman yang menggambarkan begitu besar CintaMu...
Senyuman yang dapat bercerita tentang indahnya Mahabbah Rabbku...
Keindahan yang tidak mampu dapat ditorehkan oleh tinta...
Atas Karunia Rabbku, aku mampu mempermanis manisnya senyum Indahku...
Agar dapat membawakan suatu gambar yang lebih Indah kepadamu tentang Keindahannya...
Karena aku tak mampu dapat menggoresnya pada sebuah kertas...
Aku datang dengan membawa segengam senyum di bibirku...
Agar dapat menggambarkan kepadamu tentang Indahnya Karunia itu melalui senyuman Indahku...
Sebagai bingkisan dariku kepadamu, Wahai jiwa-jiwa tenang yang penuh ketentraman...
Sehingga berpijarlah Karunia yang menghiasi dunia dengan Selendang Cahayanya...
Karunia yang hendak memberikan ketentraman bagi jiwa-jiwa yang tenang...
Yaa Rabb, tak ada dariku yang dapat melukiskan MahabbahMu, Kecuali Senyuman Indah ini...
Maka, Izinkanlah Senyuman ini dapat menjadi pena yang dapat melukiskan Indahnya MahabbahMu di Tempat aku berpijak...
Hingga Karunia itu dapat menguatkan pijarnya lagi ketika sempat terlelap dalam padamnya...
Allahuma Amiiin...

Senin, 15 Februari 2010

Umar Bin Khattab

Suatu ketika Umar bin Khattab sedang berkhotbah di masjid di kota Madinah tentang keadilan dalam pemerintahan Islam. Pada saat itu muncul seorang lelaki asing dalam masjid

----------

Suatu ketika Umar bin Khattab sedang berkhotbah di masjid di kota Madinah tentang keadilan dalam pemerintahan Islam. Pada saat itu muncul seorang lelaki asing dalam masjid, sehingga Umar menghentikan khotbahnya sejenak, kemudian ia melanjutkan.

"Sesungguhnya seorang pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan dari bangsa lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah. Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal."

Selesai khalifah berkhotbah, tiba-tiba lelaki asing tadi bangkit seraya berkata; "Ya Amiirul Mu'minin, saya datang dari Mesir dengan menembus padang pasir yang luas dan tandus, serta menuruni lembah yang curam. Semua ini hanya dengan satu tujuan, yakni ingin bertemu dengan Tuan."

"Katakanlah apa tujuanmu bertemu denganku," ujar Umar.

"Saya telah dihina di hadapan orang banyak oleh 'Amr bin 'Ash, gubernur Mesir. Dan sekarang saya akan menuntutnya dengan hukum yang sama."

"Ya saudaraku, benarkah apa yang telah engkau katakan itu?" tanya khalifah Umar ragu-ragu.

"Ya Amiirul Mu'minin, benar adanya."

"Baiklah, kepadamu aku berikan hak yang sama untuk menuntut balas. Tetapi, engkau harus mengajukan empat orang saksi, dan kepada 'Amr aku berikan dua orang pembela. Jika tidak ada yang membela gubernur, maka kau dapat melaksanakan balasan dengan memukulnya 40 kali."

"Baik ya Amiirul Mu'minin. Akan saya laksanakan semua itu," jawab orang itu seraya berlalu. Ia langsung kembali ke Mesir untuk menemui gubernur Mesir 'Amr bin 'Ash.

Ketika sampai ia langsung mengutarakan maksud dan keperluannya.

"Ya 'Amr, sesungguhnya seorang pemimpin diangkat oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Dia diangkat bukan untuk golongannya, bukan untuk bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, dan bukan pula untuk menindas yang lemah dan mengambil hak yang bukan miliknya. Khalifar Umar telah memberi izin kepada saya untuk memperoleh hak saya di muka umum."

"Apakah kamu akan menuntut gubernur?" tanya salah seorang yang hadir.

"Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia," jawab lelaki itu tegas.

"Tetapi, dia kan gubernur kita?"

"Seandainya yang menghina itu Amiirul Mu'minin, saya juga akan menuntutnya."

"Ya, saudara-saudaraku. Demi Allah, aku minta kepada kalian yang mendengar dan melihat kejadian itu agar berdiri."

Maka banyaklah yang berdiri.

"Apakah kamu akan memukul gubernur?" tanya mereka.

"Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali."

"Tukar saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu."

"Tidak, walaupun seluruh masjid ini berisi perhiasan aku tidak akan melepaskan hak itu," jawabnya .

"Baiklah, mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita, di antara kami mau jadi penggantinya," bujuk mereka. "Saya tidak suka pengganti."

"Kau memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami sedikit pun."

"Demi Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka membela pemimpinnya yang salah dengan gigih karena khawatir akan dihukum," ujarnya seraya meninggalkan tempat.

'Amr bin'Ash serta merta menyuruh anak buahnya untuk memanggil orang itu. Ia menyadari hukuman Allah di akhirat tetap akan menimpanya walaupun ia selamat di dunia.

"Ini rotan, ambillah! Laksanakanlah hakmu," kata gubernur 'Amr bin 'Ash sambil membungkukkan badannya siap menerima hukuman balasan.

"Apakah dengan kedudukanmu sekarang ini engkau merasa mampu untuk menghindari hukuman ini?" tanya lelaki itu.

"Tidak, jalankan saja keinginanmu itu," jawab gubernur.

"Tidak, sekarang aku memaafkanmu," kata lelaki itu seraya memeluk gubernur Mesir itu sebagai tanda persaudaraan. Dan rotan pun ia lemparkan.

Jumat, 12 Februari 2010

Berinteraksi Dengan Al-Qur’an

Mentadabburi Al-Quran merupakan kewajiban dan berinteraksi dengannya merupakan sesuatu keharusan sedangkan hidup di bawah naungannya merupakan kenikmatan yang tidak dapat dimiliki kecuali orang yang dapat merasakannya, kenikmatan yang memberikan keberkahan hidup, mengangkat dan mensucikannya… hal ini tidak akan dirasakan kecuali bagi siapa yang benar-benar hidup di bawah naungannya, merasakan berbagai kenikmatan yang bisa dirasakan, mengambil dari apa yang dapat diraih; kelembutan, kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman, kenyamanan dan kelapangan. (lihat mukadimah penerbit dari Fi Zhilalil Quran dan Biodata Sayyid Quthub pada surat Al-A’raf)

Di sini kami ingin memberikan kepada pembaca yang budiman ungkapan-ungkapan yang baik dan bermutu tentang pengalaman nyata yang dilalui dan dirasakan oleh seorang pemikir muslim kontemporer Asy-Syahid Sayyid Quthub yang direkam dalam kitabnya Fi Zhilal Al-Quran, kami akan meringkas ungkapan-ungkapan tersebut sesuai dengan kebutuhan zaman dan dapat memberikan penerangan bagi para pembaca jalan yang benar dalam rangka mentadabburi Al-Quran dan memahaminya, menelaah teori yang benar dalam berinteraksi dengan Al-Quran, hidup di bawah naungannya.

Teori ini harus diketahui oleh kaum muslimin, agar mereka dapat memahami kunci pergerakan guna membuka rahasia-rahasia pergerakan Al-Quran yang sangat berharga. Seruan yang selalu dikumandangkan oleh ustadz Sayyid Quthub, dengan teori yang baru; memahami, mentadabburi dan menafsirkan Al-Quran, yaitu teori “Tafsir Pergerakan” yang oleh Ustadz Sayyid Quthub dianggap sebagai puncak yang memberikan penjelasan hingga perkara yang mendasar, peletak madrasah “tafsir pergerakan” yang menjadikan Al-Quran hidup dengan nyata dan memberi pengaruh positif bagi kaum muslimin kontemporer.

Allah telah menganugerahkan kepadanya kunci yang fundamental “kunci pergerakan” yang dapat membuka rahasia-rahasia Al-Quran, yang ingin dihadirkan dalam kitabnya Fi Zhilal Al-Quran… (Lihat “Al-Manhaj Al-Haraki Fi Ad-Zhilal”).

Sesungguhnya masalah –dalam memahami petunjuk-petunjuk Al-Quran dan sentuhan-sentuhannya- bukanlah terletak pada pemahaman lafazh dan kalimat-kalimatnya, bukan pada “ tafsir Al-Quran – sebagaimana yang kita sangka !- masalahnya bukanlah demikian…namun kesiapan jiwa dengan menghadirkan perasaan, indra dan pengalaman : persis seperti kesiapan perasaan, indra dan pengalaman saat diturunkannya Al-Quran, yang selalu menyertai kehidupan jamaah muslimah yang selalu bergelut dalam peperangan…bergelut dalam jihad, jihadun nafs –jihad melawan hawa nafsu- jihadun nas –jihad melawan manusia-…jihad melawan nafsu angkara dan jihad melawan musuh…usaha dan pengorbanan, takut dan harap, kuat dan lemah, jatuh dan bangkit…lingkungan Mekah, Dakwah yang berkembang, minoritas dan lemah, asing di tengah-tengah manusia..lingkungan yang terkucil dan terkepung, lapar dan khawatir, tertekan dan terusir, dan ter embargo –terputus- kecuali hanya mengharap dari Allah…

Kemudian lingkungan Madinah : lingkungan pergerakan pertama bagi masyarakat muslim antara tipu daya, kemunafikan, disiplin dan kebebasan…suasana perang Badar, Uhud, Khandak, dan perjanjian Hudaibiyah…Suasana “Al-Fatah” kemenangan, perang Hunain, Tabuk, dan suasana pertumbuhan umat Islam, perkembangan sistem kemasyarakatan, persatuan yang hidup antara perasaan, kemaslahatan dan prinsip dalam memuliakan pergerakan dan dalam naungan sistem.

Dalam suasana seperti itu saat diturunkan di dalamnya ayat-ayat Al-Quran memberi kehidupan yang baik dan faktual…kalimat-kalimat, ungkapan-ungkapan, petunjuk-petunjuk dan sentuhan-sentuhannya…dalam suasana seperti ini yang menyertai awal usaha pelaksanaan kehidupan Islam yang baru, Al-Quran dengan kandungannya membukakan hati, memberikan rahasia-rahasianya, menyebarkan keharuman, dan membimbing kepada petunjuk dan cahaya…” (Khasais At-Tashawur Al-Islami : 7-8)

Dari paragraf di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pokok utama yang harus kita jadikan petunjuk dalam menafsirkan Al-Quran adalah sebagai berikut :

  1. Membekali diri dengan persiapan perasaan, pengetahuan –indra- dan pengalaman yang selalu menyertainya saat ingin memahami nash-nash Al-Quran dan merasakan sentuhan-sentuhannya.
  2. Memfokuskan diri –dengan khayalan, perasaan dan inderanya- pada suasana dan lingkungan saat diturunkannya Al-Quran, baik di Mekah dan di Madinah, agar dapat menemukan jejak dan pengaruh Al-Quran di sana
  3. Memperhatikan sikap para sahabat –lingkungan Mekah dan Madinah- dengan Al-Quran dan interaksi mereka serta kehidupan mereka bersama Al-Quran.
  4. Meneliti beberapa tujuan utama Al-Quran, metode aktual pergerakan yang di celup kan terhadap kehidupan umat Islam, serta diturunkannya Al-Quran secara realita dan sungguh-sungguh, sadar dan giat.
  5. Mengamalkannya dalam praktek jihad, dan menerapkannya dalam kehidupan dakwah –seperti –dalam sebagian fenomena- penerapan yang dilakukan oleh para sahabat –khususnya pada periode “Mekah” dan pergerakan teoritis jihad dengan Al-Quran, menyibukkan diri, perasaan dan anggota tubuh dengan kesibukan dan perhatiannya, kegalauan perasaan dan siksaan yang mereka terima…menerima –dari itu- Al-Quran agar di dapati darinya jawaban yang nyata dan obat penyembuh

Jika kita pindahkan perhatian kepada “Fi Zhilal Al-Quran” untuk membahas ungkapan-ungkapan yang menjelaskan teori pergerakan dalam mentadabburi dan menafsirkan Al-Quran maka kita akan mendapatkan banyak sekali faedahnya.

Ustadz Sayyid Quthub menyeru kepada kita untuk hidup di bawah naungan Al-Quran –sebagaimana ia hidup di dalamnya- untuk menemukan rahasia, tabiat dan kunci-kuncinya…”Hidup di bawah naungan Al-Quran” bukan berarti mempelajari Al-Quran dan membacanya serta menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya..ini berarti bukan yang kami maksud..yang kami maksud adalah hidup di bawah naungan Al-Quran : manusia di bawah naungan, dalam suasana, dalam bergerak, saat lelah, saat bertarung, dan saat sedih…seperti yang terjadi pada masa awal turunnya Al-Quran…hidup dengannya dalam menghadapi kejahiliyahan yang menggejala di permukaan bumi saat ini; Dalam hati, niat dan gerak, dalam jiwanya selalu bergerak ruh Islam, dalam jiwa umat manusia, dalam kehidupannya dan kehidupan manusia juga…sekali lagi dalam menghadapi kejahiliyahan, dengan seluruh fenomena-fenomenanya, tindak-tanduknya dan adat istiadat nya, seluruh gerakannya, dan seluruh tekanan yang dilancarkan, perang dengannya berusaha membangkitkan aqidah rabbaniyah, sistem rabbani, dan segala aplikasi harus sesuai dengan manhaj –sistem dan aqidah ini setelah melakukan usaha, jihad dan perlawanan…

Inilah lingkungan Al-Quran yang mungkin manusia bisa hidup di dalamnya, merasakan kenikmatan Al-Quran, karena dengan lingkungan demikian Al-Quran turun, sebagaimana dalam lingkungan begitu pula Al-Quran diamalkan…bagi siapa yang tidak mau menjalani kehidupan seperti itu akan terkucil dari Al-Quran, walaupun mereka tenggelam dalam mempelajari, membaca dan menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya…

Usaha yang mesti kita korbankan untuk membangun jembatan antara orang-orang yang Mukhlish dan Al-Quran bukan tujuan kecuali setelah melintasi jembatan tersebut hingga sampai pada satu tempat lain dan berusaha menghidupkan lingkungan Al-Quran secara baik, dengan amal dan pergerakan, hingga pada saatnya mereka akan merasakan inilah Al-Quran, menikmati kenikmatan yang telah Allah anugerahkan kepada siapa yang Dia kehendaki… (Fi Zhilal Al-Quran : 2 : 1016-1017)

Dan menunjukkan kepada kita cara yang baik dalam membaca, mentadabburi, dan mendapatkan rahasia-rahasia dan inti dari Al-Quran, beliau berkata : “Sesungguhnya Al-Quran harus dibaca, para generasi umat Islam hendaknya menelaah nya dengan penuh kesadaran. Harus ditadabburi bahwasanya Al-Quran memiliki arahan-arahan yang hidup, selalu diturunkan hingga hari ini guna memberikan solusi pada masalah yang terjadi saat ini dan menyinari jalan menuju masa depan yang gemilang. Bukan hanya sekadar ayat dibaca dengan merdu dan indah, atau sekadar dokumentasi akan hakikat peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Kita tidak akan bisa mengambil manfaat dari Al-Quran ini sampai kita mendapatkan darinya arahan-arahan tentang kehidupan realita kita pada saat ini dan mendatang, sebagaimana yang telah didapati oleh para generasi Islam pertama saat mereka mengambil dan mengamalkan arahan-arahan dan petunjuk-petunjuk Al-Quran dalam kehidupan mereka…saat kita membaca Al-Quran dengan penuh penghayatan maka kita akan dapati apa yang kita inginkan. Kita akan dapati keajaiban yang tidak terbetik dalam jiwa kita yang pelupa ! kita akan dapati juga kalimat-kalimatnya, ungkapan-ungkapannya, dan petunjuk-petunjuknya yang hidup, mengalir dan bergerak serta mengarahkan pada petunjuk jalan…” (Ad-Zhilal : 1 : 61)

Disebutkan –dalam pembukaan surat Ali Imran sebagai surat peperangan dan pergerakan- tentang kenikmatan hidup dengan Al-Quran dan syarat-syarat untuk mencapai dan mendapatkannya…akan tampak di sana kerugian yang mendalam antara kita dan Al-Quran jika kita berusaha mengamalkannya secara baik, menghadirkan dalam persepsi kita bahwa Al-Quran ini diberikan kepada umat yang giat dan punya semangat hidup, memiliki eksistensi diri, menghadapi berbagai peristiwa-peristiwa yang menimpa dalam kehidupan umat ini.

Akan tampak di sana dinding pemisah yang sangat tinggi antara hati dan Al-Quran, selama kita membacanya atau mendengarnya seakan ia hanya sekadar bacaan ibadah saja tidak memiliki hubungan dengan realita kehidupan manusia saat ini…

Mukjizat Al-Quran yang mengagumkan meliputi saat dia diturunkan guna menghadapi realita tertentu dan umat tertentu, pada masa dari masa-masa sejarah yang tertentu, khususnya umat ini yang berada dalam menghadapi perang yang sangat besar yang berusaha mengubah sejarah ini dan sejarah umat manusia seluruhnya. Namun –bersamaan dengan ini- Al-Quran diperlakukan, dihadirkan dan dimiliki untuk menghadapi kehidupan modern seakan-akan dia diturunkan untuk menanggulangi jamaah Islam pada masalah yang sedang berlangsung, seperti peperangan yang terjadi pada jahiliyah.

Agar kita dapat meraih kekuatan yang dimiliki Al-Quran, mendapatkan hakikat yang terdapat di dalamnya dari kehidupan yang menyeluruh, meraih petunjuk yang tersimpan untuk jamaah muslimah pada setiap generasi…maka selayaknya kita harus menghadirkan persepsi kita seperti generasi Islam pertama yang diturunkan kepada mereka Al-Quran pertama kali sehingga mereka bergerak dalam realita kehidupan mereka.

Dengan teori ini kita akan dapat melihat kehidupan yang bergerak di tengah kehidupan generasi Islam pertama. Begitu pun hidup di tengah kehidupan kita saat ini, kita merasakan bahwa Al-Quran akan selalu bersama kita saat ini dan nanti –masa mendatang-, Al-Quran bukan hanya sekadar bacaan saja yang jauh dari kehidupan nyata yang terbatas…” (Ad-Zhilal : 1 : 348-349 –ringkasan)

dalam berinteraksi bersama Al-Quran dan memahami nash-nash nya juga menunjukkan perkataan beliau : “Bahwa nash-nash Al-Quran tidak akan dapat dipahami dengan baik melalui pemahaman dari petunjuk-petunjuk bayan dan bahasa saja…namun yang pertama dan sebelum yang lainnya adalah dengan merasakan kehidupan dalam suasana sejarah pergerakan, dalam realita positif dan menghubungkannya dengan realita kehidupan nyata. Al-Quran tidak akan terbuka rahasianya melalui pandangan yang sangat jauh ini kecuali dalam wujud persesuaian realita sejarah…hingga akan tampak sentuhan-sentuhannya yang lestari, objektivitas yang terus menerus, namun bagi siapa yang bergerak dengan ajaran agama saja, bergelut dengannya seperti yang dilakukan ketika pertama kali ayat diturunkan pertama kali, menghadapi suasana dan keadaan seperti yang mereka hadapi. Dan tidak bisa diungkap rahasia Al-Quran dari “Al-Qoidun” orang-orang yang malas, hanya duduk-duduk tanpa usaha, yaitu mereka yang hanya membahas nash-nash Al-Quran dari segi bahasa dan bayan saja…merekalah yang disebut “al-Qoidun’. (Ad-Zhilal : 3 : 1453- Ringkasan)

Sesungguhnya Al-Quran memiliki tabiat pergerakan dan misi yang nyata, hidup dan bergerak, dari sini berarti Al-Quran tidak akan bisa dirasakan dan diperlakukan dengan baik kecuali bagi siapa yang bergerak secara benar dan pasti dalam realita…beliau berkata : “sesungguhnya Al-Quran tidak bisa dirasakan kecuali yang turun dan bergelut dalam kancah peperangan ini, bergerak seperti yang terjadi sebelumnya saat pertama kali diturunkan Al-Quran. Mereka yang tidak mendapatkan nilai-nilai dan petunjuk-petunjuk Al-Quran adalah “Qoidun” –malas-. Mempelajari Al-Quran dari segi bayan atau sekadar seni yang tidak dapat memiliki hakikat kebenaran sedikit pun dari hanya sekadar duduk, diam dan tenang, jauh dari kancah pertempuran dan jauh dari pergerakan…bahwa hakikat Al-Quran ini selamanya tidak akan dapat direngkuh oleh orang yang malas, bahwa rahasia yang terkandung di dalamnya tidak akan muncul bagi siapa yang terpengaruh dengan ketenteraman dan ketenangan beribadah kepada selain Allah, beragama untuk thagut selain Allah…(Ad-Zhilal : 4 : 1864)

pengertian di atas dikuatkan dengan pernyataan lainnya : “Demikianlah Al-Quran akan terus bergerak pada hari ini dan esok –masa mendatang- dalam memunculkan kebangkitan Islam, menggerakkannya dalam jalan dakwah yang terprogram”.

Gerakan ini tentunya butuh kepada Al-Quran yang memberikan ilham dan wahyu. Ilham dalam manhaj gerakan, konsep dan langkah-langkah, sedangkan wahyu mengarahkan konsep dan langkah tersebut jika dibutuhkan, dan memberi kekuatan bathin terhadap apa yang akan dihadapi di penghujung jalan.

Al-Quran –dalam persepsi ini- tidak hanya sekadar ayat-ayat yang dibaca untuk meminta berkah, namun di dalamnya berlimpah kehidupan yang selalu turun atas jamaah muslimah yang bergerak bersamanya, mengikuti arahan-arahannya, dan mengharap ganjaran dan janji Allah SWT.

Inilah yang kami maksud bahwa Al-Quran tidak akan terbuka rahasia-rahasianya kecuali bagi golongan muslim yang berinteraksi dengannya untuk merealisasikan petunjuk-petunjuknya di alam realita, bukan bagi mereka yang hanya sekadar membacanya untuk meminta berkah ! bukan bagi mereka yang membacanya hanya untuk belajar seni dan keilmuan, dan juga bukan bagi mereka yang hanya mempelajari dan membahas dalam bidang bayan saja !

Mereka semua sama sekali tidak akan mendapatkan dari Al-Quran sesuatu apapun, karena Al-Quran tidak diturunkan bukan untuk sekadar dipelajari dan dijadikan mata pelajaran namun sebagai pelajaran pergerakan dan taujih –pemberi petunjuk-..” (Fi Zhilal Al-Quran 4 : 1948)

Kita cukupkan cukilan yang memberikan wawasan untuk kita yang bersumber dari kitab Ad-Zhilal, bersegera memperbaiki pemahaman Al-Quran dan mentadabburinya, berinteraksi dengannya seputar teori pergerakan, menggunakan kunci-kunci yang memberi petunjuk dalam berinteraksi dan bertadabbur…karena yang demikian yang sesuai dengan tabiat dasar Al-Quran, karakteristiknya yang unik, ketahuilah yang demikian adalah “Realita pergerakan” sebagai kunci dalam berinteraksi dengan Al-Kitab yang mengagumkan dan mukjizat…

Kita tutup cukilan dengan paragraph yang ditulis oleh Sayyid Quthub, yang menjelaskan karakteristik dan menunjukkan kiat –kunci- teori ini, menuntun kepada system ini… di antara keistimewaannya bahwasanya yang demikian sebagai ringkasan pendapatnya, yaitu pendapat akhir sekali yang beliau tetapkan dan menjadi sebuah tonggak dan keyakinan, hakikat yang qot’i–tidak bisa ditawar-tawar lagi-…karena seperti yang beliau ungkapkan dalam pendahulunya adi surat Al-Hijr –dari cetakan yang sudah direvisi- yang ditulis sebelum dihukum mati beberapa hari –beberapa saat- !!

Beliau berkata : …”Karena itu gerakan Islam akan selalu berhadapan –yang menjadi kebutuhan dan tuntutan- setiap kali berulang masa ini (masa penghadangan dakwah Islam di Mekah antara tahun kesedihan dan Hijrah), seperti yang dihadapi gerakan Islam sekarang di era modern ini…

Kita berkeyakinan atas karakteristik Al-Quran ini …keunggulan realita pergerakan Islam…karena dalam pandangan kami hal tersebut merupakan kunci dalam berinteraksi, memahami, menguasai dengan Al-Quran dan mengetahui misi dan tujuannya.

Dan yang demikian harus disertai dengan keadaan, situasi, kondisi, kebutuhan, dan tuntutan realita amaliyah seperti saat diturunkannya dengan Al-Quran pertama kali…hal tersebut guna mengetahui arah tujuan nash dan aspek-aspek petunjuk-petunjuknya, meneropong ambisi nya yang selalu bergerak di tengah kehidupan yang berhadapan dengan realita sebagaimana makhluk hidup yang bergerak –berinteraksi dengannya atau berseberangan dengannya…pandangan ini merupakan perkara yang sangat urgen guna memahami hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran dan merasakan kenikmatan bersamanya, sebagaimana ia juga sangat penting memanfaatkan petunjuk-petunjuknya setiap kali berulang suasana dan situasi di masa sejarah yang akan datang, khususnya zaman yang sedang kita hadapi saat ini, saat kita mengawali pergerakan dakwah Islam.

AHWA (ahlul Halli Wal Aqdi)

Ahlul Halli wal ‘Aqdi.

Sekelompok orang yang memilih imam atau kepala negara sesekali dinamkan ahlul halli wal ‘aqdi, sesekali ahlul ijtihad dan sesekali ahlul ikhtiyar.

Ahlul al-halli wa al-‘aqd ( baca Ahlul Halli wal ‘aqdi ) diartikan dengan “orang-orang yang mempunyai wewenang untuk melonggarkan dan mengikat”. Istilah ini dirumuskan oleh ulama fiqih untuk sebutan bagi orang-orang yang berhak sebagai wakil umat untuk menyuarakan hati nurani mereka.

Tafsir Al-Manar menyatakan bahwa Ulil Amri itu adalah Ahlul Halli wal ‘Aqdi yaitu orang-orang yang mendapat kepercayaan umat.

· Sifat-sifat Ahlul Halli wal ‘Aqdi.

Sifat-sifat Ahlul Halli wal ‘Aqdi menurut elaborasi fiqih dapat ditetapkan pada tiga golongan :

1. Faqih yang mampu menemukan penyelesaian terhadap masalah-masalah yang muncul dengan memakai metode ijtihad.

2. Orang yang berpengalaman dalam urusan-urusan rakyat.

3. Orang yang melaksanakan kepemimpinan sebagai kepala keluarga, suku, atau golongan.