Senin, 26 November 2012

Untuk Mu,,, Guru Ku

PING! Tiba-tiba saja BB ku bergetar dan berbunyi, tanda ada notifikasi yang masuk dari seseorang. Karena asumsi orang PING adalah hal yang penting maka aku pun langsung mengambil HP ku dari saku. Oohhh, ternyata salah satu teman SMA ku mengirim pesan BBM yang (kurang lebih) isinya begini: ganti DP nya dengan gambar ini sebagai tanda kita mengenang jasa guru, hari guru 25 Nov 2012. Gambar yang dikirim teman ku tersebut adalah foto kami sewaktu kelas 2 SMA bersama dengan guru favorit.

Pesan tersebut sebenarnya cukup mengusik pikiranku, sehingga aku pun bertanya2, masa iya Cuma ganti DP aja sih cara kita mengenang guru? Ya oke lah, mungkin itu cara termudah yang bisa lakukan, at least we have done. Dari pada tidak melakukan  apapun!. So, what should I do? Jawabanku sederhana saja, mungkin Cuma tulisan ini lah yang bisa aku berikan untuk guru ku tercinta, guru2 MAN 4, dan juga guru2 se Indonesia.

*****

Setiap ada acara kumpul2 alumni SMA, terutama alumni IPA, pasti salah satu pembicaraan kami adalah nostalgia, berbagi cerita tentang stupid story yang dahulu kita lakukan bersama2. Kalau bukunya Pak Harto bilang ini adalah untold story, whatever you say lah pokoknya cerita tentang masa lalu kami yang tentunya tak akan kita lupakan. Dan saat tiba giliranku berbagi cerita pasti terselip kalimat2 berikut “kalau waktu kelas 2 ipa 3, aku terkesan karena guru (wali kelas) nya. Sedangkan waktu kelas 3 ipa 2 aku terkesan karena murid2nya”. Ya, kalimat tersebut selalu ku ingat dan selalu ku ucapkan. Karena saat-saat itu lah yang membuat aku selalu ingat bahwa aku punya guru itu dan aku punya teman2 itu.

Wali kelas kami waktu kelas 2 adalah sosok ibu guru yang luar bisaa. Gimana enggak coba? Dia lah satu-satu nya guru, yang selama aku hidup 22 tahun di dunia ini, dia bisa merubah kepribadianku, mungkin juga kepribadian kami semua 1 kelas. Hingga saat ini pun kalau ada acara silaturrahim alumni SMA ke rumah guru-guru, pasti guru itu tak pernah kami lupakan, bahkan jadi destinasi utama, selain karena disediain makan siang juga hehehe.

Beberapa hal yang membuat aku terkesan oleh style mengajarnya akan ku kisahkan berikut ini.

Di pertemuan perdana di kelas ada kalimat tegas yang beliau sampaikan, “semua laki-laki wajib duduk di 3 baris terdepan!”. Waw, seketika kelas kita heboh, lha kok posisi duduk aja diatur-atur sih bu? Bahkan ada teman kami yang tanya, kenapa harus laki2 yang di depan bu?. Dengan nada tinggi si ibu pun menjawab, “kamu harus bisa merubah kebisaaan bahwa perempuan selalu punya rangking lebih tinggi dari laki2!”. Waw! Sekejap kita terkesima, gila nih guru ya, ambisius dan strength banget sama cowo2. Secara gitu, tradisi 3 besar bisaanya dipegang kaum hawa. Tapi, kenyataannya statement itu lah yang membuat hatiku tersentuh dan terpacu untuk merealisasikan ambisi ibu tsb. Dan nyatanya benar saja, 2 semester di kelas 2 ipa 3 kaum adam lah yang memegang peran rangking 1!. Gila kan tuh wali kelas? Hebat abis, keren ga kepalang! Memang waktu pertama ketemu pasti semua langsung ciut, gila aja seorang ibu muda yang kalo ngomongnya seakan marah2 dan dengan nada tinggi, tapi dengan cara itu ternyata dia bisa merubah kita kearah yang lebih baik.

Suatu saat kita pernah mengeluh sama ibu ini, (sambil bercanda) kenapa ya ibu kalo ngajar di kelas kita ga pernah senyum? Tapi kalo ngajar di kelas lain ketawa2 mulu? Hehehe. Pertanyaan polos yang sebetulnya ungkapan hati. Dengan santai si ibu menjawab, ya kamu nya sih bandel2. Wkwkwk.
Pernah suatu ketika di pertengahan bulan Januari, tepatnya di tanggal lahirku, si ibu tiba2 nyamperin dan ngucapin ‘selamat milad ya nak…’. Seketika aku terdiam membisu dan aku hanya bisa bengong tanda senang dan juga sedih. Senang karena dialah orang pertama yang mengucapkan dan sedih karena aku sebelumnya belum pernah di ucapkan hal itu dari kedua orangtuaku. Sosok wali kelas yang sangat perhatian pada muridnya, mungkin beliau menganggap kami semua adalah anaknya, apalagi beliau sering memanggil kami dengan kata ‘nak’.  Disinilah aku merasakan yang namanya sosok wanita hebat yang memiliki jiwa kelembutan dan perhatian, tapi di sisi lain ia juga bisa menunjukkan ketegasan jika anak muridnya bersalah. Ya, she is my best teacher.

Ada satu hal yang tidak akan dilupakan oleh anak2 se ipa adalah, guru hebat tersebut member kita tugas untuk lomba drama di gedung PSBB. Ya, aku yakin kalian tak akan lupa akan hal itu. Dengan adanya tugas drama itu lah kita jadi saling mengenal karakter teman2 kita karena persiapan drama tidak lah gampang, dari mulai alur cerita, siapa aktornya, bagaimana memainkan perannya, bagaimana menyiapkan segala perlengkapannya. Bahkan kelompok ku saja sampai nangis2 karena H-1 judul nya berubah!. Ya, kenangan itu tak akan kami lupakan bu.

Pernah juga ibu hebat ini marah besar pada kami 1 kelas, karena kami diberi tugas belajar tapi tidak ada yang menghiraukannya. Hingga saat dia masuk kelas dan ditanya tentang pelajaran tersebut, tak ada satu pun murid yang tau. Masih hangat dalam ingatanku, hingga beliau membentak kami “masa soal begini aja ga ada yang bisa? Kamu! Yang rangking 1 coba jawab!”. Dan parahnya dia pun yang rangking 1 tidak tau jawabannya, hingga si ibu dengan nada lebih keras mengatakan “masa sampe yang rangking 1 juga ga tau, buat apa kamu rangking 1 kalo begini aja nggak tau”. Ya aku tau, saat itu ibu marah besar pada kami, maaf kan kami semua karena tidak menuruti perintah ibu. Dan aku tak akan lupa pertanyaan yang diberikan oleh ibu hebat ini, “apa yang dimaksud dengan paragraf analogi?”.

Dengan gaya mengajarnya yang tegas, disiplin, dan mencekam ruangan kelas, beliau juga lembut dan akrab di luar kelas. Bahkan saking akrabnya, kita pernah ngerjain beliau dalam rangkan ulang tahunnya. Sampai2 kita buat acting dan alur masalah di dalam kelas, hingga salah satu teman kami yang perempuan nangis2 dan membuat kami semua terdiam tanpa kata dan suara sedikitpun. Saat si ibu mulai bingung dan ikut terharu, disitulah kue ulang tahun hasil patungan kita dikeluarkan, dan nyatanya si ibu pun meneteskan air mata. Kami tau bu, ibu sayang dan cinta pada kami, sehingga ibu begitu peduli membimbing kami, hingga berbagai cara rela ibu lakukan, dari mulai yang keras hingga yang lembut sekalipun. Dan itu adalah bukti nyata bahwa kami lebih di saying dari kelas lainnya.

Hingga di akhir semester diajar ibu hebat tersebut, ada suatu kebisaaan kami yang entah bagaimana mulainya aku pun tak tahu. Kebisaaan tersebut adalah, hamper setiap 2 pekan kami main ke rumah beliau di sabtu sore. Entah kenapa dan bagaimana, tapi kebisaaan itu kami lakukan berkali-kali. Hanya sekedar bincang-bincang, melepas canda tawa, curhat, dsb. Walaupun tidak banyak yang dating, tapi selalu saja ada. Dan ternyata, kebisaaan itu masih terbawa hingga kini, setiap tahun jika kami adakan silaturrahim ke rumah guru-guru maka dial ah yang selalu ada di daftar tujuan utama. Ya, kenangan itu telah membuat kesan yang begitu berharga bagi ku, mungkin juga bagi teman2 sekelas ku, dsb.

*****

Hingga kini, beliau lah guru terbaik yang pernah aku tau, beliau lah guru yang bisa merubah kepribadianku, beliau lah guru hebat yang aku sangat beruntung bisa menjadi muridnya dan bahkan beliau menjadi wali kelas kami, beliau adalah guru yang hebat dalm berkomunikasi dengan muridnya, beliau tau kapan saat nya beliau tegas dan saatnya beliau ramah, beliau adalah sosok guru ketika mengajar di kelas, sosok ibu ketika kita di luar kelas, dan sosok sahabat ketika kita curhat. Aku hanya bisa bilang, ibu adalah guru terbaik yang aku kenal.

Ibu hebat itu adalah Ibu Lisnur Azizah, beliau lah wali kelas kami saat kelas 2ipa3.

Ibu, aku tahu bahwa aku bukanlah orang yang jenius, bukan pula orang yang bergelimang harta kaya raya, bukan pula orang yang memiliki segalanya dan bisa memberi segalanya, tapi aku hanya orang bisaa yang dengan adanya ibu aku bisa berubah menjadi lebih baik.

Aku tak tahu apa yang seharusnya aku berikan pada mu, penghargaan apa, barang apa, seberapa banyak, seberapa besar, karena aku tak tahu harus membalasnya dengan apa atas segala jasamu. Mungkin hanya tulisan ini lah yang bisa aku berikan pada mu saat ini. Tulisan yang mungkin tak ada artinya.

Hingga saat ini, aku paling tidak setuju dengan pepatah bahwa ‘guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa’. Aku lebih setuju bahwa ‘guru adalah pahlawan dengan tanda jasa yang besar’. Karena tanda jasa itu lah salah satu cara menghargai keringat mereka. Dan guru adalah orang yang paling besar manfaatnya, karena ilmu yang ia berikan tak akan pernah berhenti manfaatnya.

Sebagai penutup, aku tuliskan sebuah puisi untuk mereka semua.

Guru, tugas mu begitu mulia di sisi Nya
Tugas mu begitu berharga bagi negeri ini
Tugas mu begitu berarti bagi bangsa ini
Tugas mu adalah mengajar, dan teruslah mengajar
Ajar dan didiklah muridmu dengan cara terbaik
Hingga muridmu pun menjadi orang terbaik di lingkungannya
Bahkan Allah memberimu tempat akhir terbaik di sisiNya
Guru, kau ibarat pahlawan pendidikan bangsa
Pahlawan yang tak henti memperbaiki nasib bangsa
Teruslah mengajar hingga kelak nanti kau dikenang sebagai pahlawan
Pahlawan dengan berjuta tanda dan jasa
Aku tak tau jika negeri ini tak memiliki mu….
terus dedikasikan dirimu sebagai guru, guru bagi bangsa ini..

Untuk semua guru2 yang pernah menjadi guru ku, guru2 yang telah menjadi guru kita semua, guru2 bangsa ini, guru2 yang ada di negeri ini…
Ibu….aku bisa menulis dan membaca tulisan ini karena mu, terimakasih tak hingga untuk mu.

In teacher’s day, 25 Nov 2012.
Bontang
(muh)

Jumat, 21 September 2012

Walking Around Project

Hari ini tumben banget kepengen sarapan pake nasi, ga biasanya. Biasanya cuma kepengen nge-meal doang, maklum masih proses diet hehehe. Masih ada 5 Kg lagi biar memenuhi target ideal.
Ternyata dengan sarapan nasi, jadi kepengen keliling Project area. Entah kenapa, penasaran aja, udah hampir 5 bulan di proyek tapi belum pernah keliling ke semua area proyek. Paling enggak dengan keliling area kan jadi tau apa aja yang sedang dikerjain dan kaya apa sih perbandingan di gambar engineering dengan actual yang dibangun di lapangan?. Akhirnya, timbul tekad, hari ini harus keliling project area sekalian olahraga pagi, walaupun kondisi lapangan yang becek and belok gara-gara kemaren hujan seharian.
Tak lupa, perlengkapan safety shoe, helmet, rompi, kacamata hitam, dan pastinya penutup kepala… 
APD
Tibalah waktunya, jam 8 lewat selepas dari workshop tursina untuk inspeksi fit up weld branch, berangkatlah aku keliling project area dan tentunya bawa foto biar bisa foto dari puncak nya… kaya naek gunung aja hehehe
weld branch tee reducer
Ready to go….Bermula dari kantor langsung spot 1 menuju ke pipa HDPE Sea Water Intake (SWI) line soalnya mau di hydrotest hari ini, dan kebetulan saya inspector nya. Setelah cek kesiapannya, ternyata masih ngisi air dan temporary blind flange belum dipasang jadi langsung aja ke spot 2 di Cooling Water (CW) area soalnya ada joint/welding HDPE pagi ini. Setelah cek dan ricek maka langsung lanjut menuju underground area CW. Seperti biasa, karena kemaren habis hujan deres, maka sudah bisa dipastikan underground area ini akan jadi kolam berendamnya pipa2 yang sudah lowering. Jujur, sejak 5 bulan lalu kayaknya baru hari ini underground terendam dalem banget, ya iyalaah dalem orang udah digali 4.5 meter hehehe.


Hydrotest, Joint Activity, Kolam HDPE
 Lanjut ke spot 4 yaitu cooling tower, ini garapannya discipline civil jadi aku ga begitu ngerti tetek bengeknya, Cuma taunya PC pile/tiang pancang sama pondasi doing hehehe. Tapi, perjalanan ke area itu cukup sulit dan lumayan jauh. Kira2 harus jalan sampe setengah project area dari spot 2. Karena memang spot 4 ini ada diujung sebelum puncak tertingginya Kaltim 5 area. Udah gitu jalannya belok banget, tambah berat dah tu sepatu safety.



civil activity
Sesaimpainya di Cooling Tower, hhmmm… lagi2 kolam besar menggenang diatas pondasi yang sedang dibuat.  Tapi pondasinya pun belum sepenuhnya selesai dikerjakan jadi belum ada yang di cor.
Lanjut ke spot 5 yaitu puncak tertinggi kaltim 5 area, padahal ga tinggi2 amat sih… di dramatisi biar seru. Walaupun ga setinggi gunung hehehe, tapi treknya susah banget soalnya jalannya lumpur dan tau sendirikan kalo lumpur kena hujan,,, bisa jeblos kita kedalem…. Dan ternyata bener banget, baru berapa meter melangkah dari spot 4 langsung blluukkkk… masuklah kaki kiri ke dalem lumpur sampe2 sepatu safety nya nyangkut ga bisa ditarik keluar… iyalah, gimana mau ditarik orang kejeblosnya sampe betis, tu sepatu kerendem dah di lumpur.
 Akhirnya,,, dengan susah payah bisa juga dievakuasi dari TKP…. Kebetulan ga jauh dari situ ada air, sekalian lah dibersiin dikit biar ga malu sama subcont. Ntar dibilang, masa maincont kok kotor2an, emangnya nguli apa?? Hehehe.
Setelah cukup bersih, lanjut kan perjalanan ke puncak… dan akhirnya, sampe juga langsung dah ambil kamera saku dan foto2 area Project dari spot tertinggi hehehe. Dan ternyata di spot 6 ini merupakan area untuk musholla, pantry, dan kamar mandi plant kedepannya. Abis foto2 sampe puas dan baju udah pada basah keringet, baru deh balik ke kantor. Dan tak lupa setiap liat yang bagus2 langsung jepret2 pake kamera biar bisa jadi dokumentasi dan kenangan dalam membangun sebuah project dari dasar.


project area
Sampe kantor, ga nyangka ternyata udah jam 9.20. mana sepatu kotor semua, celana pada berlumpur, sampe helm aja kotor kena lumpur… dan pastinya… baju basah semua keringetan. Lanjut bersih-bersih dan sholat dhuha….
Lumayan lah, dapet olahraga pagi sejam, biar ada proses pembakaran lemak, juga sekaligus menghilangkan rasa penasaran karena belum pernah keliling project area, pastinya juga belajar travelling kecil2an hehehehe.

Selasa, 18 September 2012

MANUSIA SEPERTI SEBUAH BUKU

COVER DEPAN adalah tanggal lahir.
COVER BELAKANG adalah tanggal kematian.
...
Tiap lembarnya adalah setiap hari dlm kehidupan kita dan ttg apa saja yg pernah kita lakukan
Ada buku yg tebal dan ada pula buku yg tipis.
Ada buku yg menarik utk dibaca dan ada juga yg sama sekali tidak menarik. :'(
Sekali tertulis, tidak akan pernah bisa di'edit' lagi.Tapi hebatnya, seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yg putih bersih, baru dan tiada cacat.

Sama dgn hidup kita. Seburuk apapun kemarin, اَللّهُ selalu menyediakan hari yg baru untuk kita lakoni. :)
Kita selalu diberi kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yg benar dlm hidup kita setiap harinya.
Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir, seperti yg sudah ditetapkan-NYA.

Terima kasih Ÿªª Syakuur utk hari yg baru ini... O:)

Syukurilah hari ini ...
dan isilah halaman buku kehidupanmu dgn hal2 baik semata yg di Ridhoi oleh-NYA

Dan jangan pernah lupa utk selalu bertanya dan meminta petunjuk dari-Alloh setiap habis sholat, tentang apa yg harus ditulis setiap harinya. Agar pada saat halaman terakhir buku kehidupan kita selesai, kita dapati diri ini sebagai pribadi yg berkenan kepada-NYA dan mendapat Ridho-NYA.

Dan semoga buku kehidupan kita itu layak untuk dijadikan teladan bagi anak-cucu kita atau siapapun setelah kita nanti.

Selamat menulis di buku kehidupanmu.

Menulislah dengan tinta CINTA dan KASIH SAYANG, serta pena KEBIJAKSANAAN dan KESABARAN.

Selamat menjalankan aktifitas..
 
Written by Soehar Djoepri

Senin, 10 September 2012

The Death of Samurai

Hari-hari ini, langit diatas kota Tokyo terasa begitu kelabu. Ada kegetiran yang mencekam dibalik gedung-gedung raksasa yang menjulang disana. Industri elektronika mereka yang begitu digdaya 20 tahun silam, pelan-pelan memasuki lorong kegelapan yang terasa begitu perih.

Bulan lalu, Sony diikuti Panasonic dan Sharp mengumumkan angka kerugian trilyunan rupiah. Harga-harga saham mereka roboh berkeping-keping. Sanyo bahkan harus rela menjual dirinya ke perusahaan China. Sharp berencana menutup divisi AC dan TV Aquos-nya. Sony dan Panasonic akan mem-PHK ribuan karyawan mereka. Dan Toshiba? Sebentar lagi divisi notebook-nya mungkin akan bangkrut (setelah produk televisi mereka juga mati).

Adakah ini pertanda salam sayonara harus dikumandangkan? Mengapa kegagalan demi kegagalan terus menghujam industri elektronika raksasa Jepang itu? Di Senin pagi ini, kita akan coba menelisiknya.

Serbuan Samsung dan LG itu mungkin terasa begitu telak. Di mata orang Jepang, kedua produk Korea itu tampak seperti predator yang telah meremuk-redamkan mereka di mana-mana. Di sisi lain, produk-produk elektronika dari China dan produk domestik dengan harga yang amat murah juga terus menggerus pasar produk Jepang. Lalu, dalam kategori digital gadgets, Apple telah membuat Sony tampak seperti robot yang bodoh dan tolol.

What went wrong? Kenapa perusahaan-perusahaan top Jepang itu jadi seperti pecundang? Ada tiga faktor penyebab fundamental yang bisa kita petik sebagai pelajaran.

Faktor 1 : Harmony Culture Error. Dalam era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in decision making. Speed in product development. Speed in product launch. Dan persis di titik vital ini, perusahaan Jepang termehek-mehek lantaran budaya mereka yang mengangungkan harmoni dan konsensus.

Datanglah ke perusahaan Jepang, dan Anda pasti akan melihat kultur kerja yang sangat mementingkan konsensus. Top manajemen Jepang bisa rapat berminggu-minggu sekedar untuk menemukan konsensus mengenai produk apa yang akan diluncurkan. Dan begitu rapat mereka selesai, Samsung atau LG sudah keluar dengan produk baru, dan para senior manajer Jepang itu hanya bisa melongo.

Budaya yang mementingkan konsensus membuat perusahaan-perusahaan Jepang lamban mengambil keputusan (dan dalam era digital ini artinya tragedi).

Budaya yang menjaga harmoni juga membuat ide-ide kreatif yang radikal nyaris tidak pernah bisa mekar. Sebab mereka keburu mati : dijadikan tumbal demi menjaga “keindahan budaya harmoni”. Ouch.

Faktor 2 : Seniority Error. Dalam era digital, inovasi adalah oksigen. Inovasi adalah nafas yang terus mengalir. Sayangnya, budaya inovasi ini tidak kompatibel dengan budaya kerja yang mementingkan senioritas serta budaya sungkan pada atasan.

Sialnya, nyaris semua perusahaan-perusahaan Jepang memelihara budaya senioritas. Datanglah ke perusahaan Jepang, dan hampir pasti Anda tidak akan menemukan Senior Managers dalam usia 30-an tahun. Never. Istilah Rising Stars dan Young Creative Guy adalah keanehan.

Promosi di hampir semua perusahaan Jepang menggunakan metode urut kacang. Yang tua pasti didahulukan, no matter what. Dan ini dia : di perusahaan Jepang, loyalitas pasti akan sampai pensiun. Jadi terus bekerja di satu tempat sampai pensiun adalah kelaziman.

Lalu apa artinya semua itu bagi inovasi ? Kematian dini. Ya, dalam budaya senioritas dan loyalitas permanen, benih-benih inovasi akan mudah layu, dan kemudian semaput. Masuk ICU lalu mati.

Faktor 3 : Old Nation Error. Faktor terakhir ini mungkin ada kaitannya dengan faktor kedua. Dan juga dengan aspek demografi. Jepang adalah negeri yang menua. Maksudnya, lebih dari separo penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun.

Implikasinya : mayoritas Senior Manager di beragam perusahaan Jepang masuk dalam kategori itu. Kategori karyawan yang sudah menua.

Disini hukum alam berlaku. Karyawan yang sudah menua, dan bertahun-tahun bekerja pada lingkungan yang sama, biasanya kurang peka dengan perubahan yang berlangsung cepat. Ada comfort zone yang bersemayam dalam raga manajer-manajer senior dan tua itu.

Dan sekali lagi, apa artinya itu bagi nafas inovasi? Sama : nafas inovasi akan selalu berjalan dengan tersengal-sengal.

Demikianlah, tiga faktor fundamental yang menjadi penyebab utama mengapa raksasa-raksasa elektronika Jepang limbung. Tanpa ada perubahan radikal pada tiga elemen diatas, masa depan Japan Co mungkin akan selalu berada dalam bayang-bayang kematian.

Sabtu, 08 September 2012

Belajar Bernegara dari Kisah Nabi Yusuf, Nabi Sulaiman, dan Nabi Musa.

[news] Taujih Ust. Anis Matta, Lc.

Assalamu'alaikum wr. wb. Saya yakin Antum semua di bulan Ramadhan kemarin telah mengkhatamkan Alquran. Tinggal masalahnya, berapa kali khatam?

Ikhwah fillah. Interaksi kita dgn Alquran baru akan terwujud ketika kita merasa dibimbing Alquran dlm setiap interaksi kita, termasuk pengalaman2 hidup kita. Pola interaksi kita dgn Alquran itulah yg harus kita tingkatkan, agar Alquran benar2 memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita.

Ikhwah fillah. Salah satu kandungan Alquran adalah sejarah yg berisi fakta2 kemudian ditafsirkan. Tujuan utamanya bukan menguasai fakta2 itu, tetapi bagaimana kita mengambil pelajaran dari fakta2 sejarah tersebut.

Kisah Alquran yg erat kaitannya dgn kehidupan bernegara, di antaranya adalah kisah Nabi Yusuf, Nabi Sulaiman, dan Nabi Musa vs Penguasa kala itu.

Nabi Musa mengajarkan kpd kita tentang bagaimana memposisikan diri sbg oposisi. Nabi Yusuf mengajarkan kpd kita konsep dan aplikasi tentang "musyarakah" sehingga kisahnya yg berawal di penjara dpt berujung di istana. Berbeda lagi kisah tentang Nabi Sulaiman, yg bercerita tentang bagaimana jika agama telah mampu menguasai negara. Ketiga cerita tsb meskipun berbeda, tetapi mempunyai persamaan:

(1) Konflik.

Baik ketika beroposisi, bermusyarokah, maupun menguasai negara, konflik itu selalu ada. Bahkan (cikal bakal) konflik antara Nabi Musa dan Fir'aun telah ada jauh sebelum Nabi Musa lahir, yaitu keinginan Fir'aun melenyapkan setiap bayi laki-laki karena dikhawatirkan akan menyingkirkan kekuasaannya. Konflik adalah salah satu bentuk cobaan Allah kpd manusia. Manusia yg paling keras cobaannya adalah para nabi dan org2 yang paling "mirip" dgn para nabi itu (orang2 shalih).

Konflik itu biasa, bahkan konflik antara Yusuf&Benyamin (satu ibu-satu bapak) dengan saudara2nya yang juga anak-anak keturunan Nabi (keluarga Yusuf, 4 generasi ke atas adalah Nabi semua) hingga berujung pada skenario pembunuhan. Apalagi hanya dalam sebuah organisasi atau negara. Kata Sayid Qutb: kita tidak bisa memilih untuk tidak berkonflik, yang bisa kita pilih adalah di kubu mana kita berada. Khusus cerita Yusuf kita dapati konflik terjadi karena kecemburuan aka kadar keikhlasan saudara-saudaranya. Maka, prinsip dakwah kita yang pertama dan utama adalah salamatush-shadr.

(2) Konspirasi.

Hal yg patut dicatat: ayat2 yg berkaitan dgn konspirasi kpd para nabi itu dikaitkan dgn keimanan kpd Allah dan kpd taqdir, supaya kita punya keyakinan bahwa Allah-lah yg mengendalikan semuanya. Dialah sebaik-baik tipu daya. Kita lihat bagaimana kisah Nabi Musa yg diselamatkan Allah dengan mengantarkan beliau ke istana Fir'aun melalui Sungai Nil kemudian ditemukan oleh isteri Fir'aun. Siapakah yg mengendalikan pikiran isteri Fir'aun sehingga Musa diselamatkan dan diijinkan menikmati hidup di istana? Bukankah sebelumnya Fir'aun ingin agar setiap bayi laki-laki dibunuh? Mengapa dia justeru setuju utk membesarkan Musa di istananya? Allah telah mengubah persepsi Fir'aun dan isterinya sehingga menyelisihi niatnya sendiri.

Ingat pertempuran Fir'aun dan Musa, ketika Musa terjepit Ia justru lari ke laut. Logika perang modern dimana-mana kalau terjepit larinya ke gunung atau hutan bukan ke laut. Maka tatkala Fir'aun mengetahui hal itu, ia dan pasukannya besorak karena sangat mudah menghancurkan Musa dan pengikutnya. Tapi Allah punya rencana, diperintahkan Musa memukulkan tongkat ke laut dan terbelah-lah lautan. Fir'aun pun tak sempat berpikir panjang, mengejear ke tengah lautan yang terbuka, dan ia pun binasa ditelan lautan.

Demikian pula, siapakah yg mengendalikan pikiran saudara Yusuf sehingga mereka hanya menceburkan Yusuf ke dlm sumur, dan bukan membunuhnya? Ingat, sebab utama konflik antara Nabi Yusuf dan saudara2nya adalah KECEMBURUAN, yg berakhir pada konspirasi utk membunuh Yusuf as. Jika kita punya kesadaran ttg kekuasaan Allah, tdk boleh ada ancaman yg membuat kita berhenti bergerak dan berjuang. Maka, jangan pernah memandang besar dan kuat thp musuh2 kita. Allah-lah yg memberikan kita kekuatan dan persepsi itu.

(3) Jarak.

Yg dimaksud di sini adalah jarak antara mimpi dan realisasi atas mimpi itu. Kita harus punya optimisme bahwa mimpi kita pasti terwujud. Harus punya nafas perjuangan yg panjang agar mimpi kita terwujud. Berapa lama jarak antara mimpi Nabi Yusuf dan realisasi kekuasaan beliau? Salah satu riwayat menjelaskan, jarak itu adalah 40 tahun. Kesabaran Yusuf itulah yg menjadikannya dimenangkan oleh Allah SWT.

Kesabaran adalah factor yang sangat penting dalam suatu perjuangan. Kisah nabi Yusuf antara dibuang saudara-saudaranya dengan realitas mimpi ayahnya nabi yakub, bahwa saudara-saudara akan menyembah/sujud ke nabi Yusuf, adalah sekitar 40 tahun (8x pemilu), riwayat lain 80 tahun (16x pemilu). Jatuh bangun dalam pilkada, pileg, adalah biasa dalam pendakian menuju kemenangan. Yg pasti, kita harus terus naik, meskipun dlm perjalanan naik itu kadangkala butuh istirahat. Kalaupun kita menang pilkada bahkan memenangkan negara ini masih akan panjang perjuangan (tantangan dan konfliknya). Usai negara kita harus berjuang dan berkonflik memenangkan tahap berikutnya hingga sampai ustaziyatul a’alam. Jadi miliki nafas yang panjang, jangan patah arang apalagi hanya karena survey.

Siapa yg akan menang, adalah mereka yg berumur lebih panjang: stamina tetap, teknik semakin baik. Pemimpin Bosnia kala tahun 1994 diwawancarai oleh Fox News ditanya tentang masa depan Bosnia, beliau mengatakan, "Yang memenangi peperangan ini bukanlah yg membunuh lebih banyak jiwa, tetapi siapa yg bisa hidup lebih lama." Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada akhirnya Serbia pergi dan Bosnia berdiri merdeka.

Yakinlah kapanpun itu kita akan tetap menang pada akhirnya. Mana lebih lama umur negara atau agama? Imperium Romawi-Yunani sekarang mana? Tapi agama yang dulu pernah mereka kalahkan sampai hari ini masih tetap ada. Maka karena kita berjuang untuk agama ia akan selalu menang! Politisi menciptakan voters, tapi agama menciptakan Followers. Kuat mana voters dan followers?

(4) Mindset.

Baik Nabi Yusuf, Musa, maupun Sulaiman, ketiganya punya mindset sebagai PEMENANG, bukan pengabdi. Coba perhatikan, Doa Nabi Sulaiman yang sangat dahsyat: robbii hablii mulkan laa yanbaghii li ahadin min ba'dii. Sulaiman minta negara dan ia minta negara itu tidak diberikan kepada selainnya. Kita doanya apa? kita doa minta istri, anak2 sholeh,dan semua itu diberikan oleh Allah. Tapi pernahkah kita berdoa minta negara? *Sulaiman bukan hanya minta negara, tapi negarayang tak diberikan Allah kepada setelahnya.* Kalau kita tak pernah meminta (berdoa) minta negara akankah Allah berikan kita negara ini? Oleh karena itu mari kita tambah doa-doa kita dengan doa Sulaiman. *Kalau kita minta negara maka Allah akan sertakan segala isinya, tapi kalau kita hanya minta suami, istri, anak sholeh belum tentu negara akan diberikan pada kita. Sulaiman karena doanya itu menurut riwayat istrinya 99, bahkan Daud istrinya 1000 J* Berdoalah kepada Allah agar kita diberikan kekuasaan yg dengannya kita memperbaiki umat dan bangsa ini. Bahkan lebih daripada itu, kita akan tunjukkan peran kita di muka bumi ini.

Apakah Antum siap untuk mengubah mindset sebagai pemenang? Apakah Antum siap memenangkan dakwah ini? Yakinkah Antum dengan kemenangan yang akan Allah berikan?

Wassalamu'alaikum wr. wb.

(dikembangkan dari 'rekaman' ikhwah di Tangsel)

Senin, 13 Agustus 2012

PIDATO BJ. HABIBIE PADA HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL 2012


Presidential - Innovation Lecture
Bacharudin Jusuf Habibie
Pada Acara HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL 2012
Bandung, 10 Agustus 2012

Reaktualisasi Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Membangun Kemandirian Bangsa

Ysh. Gubernur/Kepala Daerah Propinsi Jawa Barat,
Ysh. Para Pejabat Kementerian Riset Dan Teknologi,
Ysh. Muspida dan Pejabat tingkat Propinsi Jawa Barat,
Bapak‐bapak dan Ibu‐ibu para peneliti, penggiat dan pemerhati Iptek yang saya cintai,
Hadirin yang terhormat,

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua.

HAKTEKNAS DAN N‐250
Hari ini tanggal 10 Agustus 2012, 17 tahun lalu, tepatnya 10 Agustus 1995, dalam rangka peringatan 50 tahun kemerdekaan Indonesia, bangsa kita telah menggoreskan pena sejarahnya dengan terbang perdana pesawat terbang canggih N‐250. Pesawat turboprop
tercanggih hasil disain dan rancang bangun putra‐putri bangsa sendiri mengudara di atas kota Bandung dalam cuaca yang amat cerah, seolah melambangkan cerahnya masa depan bangsa karena telah mampu menunjukkan kepada dunia kemampuannya dalam  penguasaan sain dan teknologi secanggih apapun oleh generasi penerus bangsa.
Bandung memang mempunyai arti dan peran yang khusus bagi bangsa Indonesia. Bukan saja sebagai kota pendidikan, kota pariwisata atau kota perjuangan, namun Bandung juga kota yang menampung dan membina pusat‐pusat keunggulan Iptek, sebagai penggerak utama proses nilai tambah industri yang memanfaatkan teknologi tinggi (high tech).
Kita mengenang peristiwa terbang perdana pesawat N250 itu sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS), yang dalam pandangan saya merupakan salah satu dari lima “Tonggak Sejarah” bangsa Indonesia, yaitu:
Pertama : Berdirinya Budi Utomo, 20 Mei 1908 (Hari Kebangkitan Nasional – 20 Mei);
Kedua : Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 (Hari Sumpah Pemuda – 28 Oktober);
Ketiga : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 (Hari Proklamasi Kemerdekaan ‐ 17 Agustus);
Keempat: Terbang perdananya pesawat paling canggih Turboprop N250 (Hari Kebangkitan Teknologi Nasional – 10 Agustus);
Kelima : Diperolehnya “Kebebasan”, dengan dimulainya kebangkitan demokrasi pada tanggal 21 Mei 1998.

Pada tahun 1985, sepuluh tahun sebelum terbang perdananya, telah dimulai riset dan pengembangan pesawat N250. Semua hasil penelitian dari pusat‐pusat keunggulan penelitian di Eropa dan Amerika Utara dalam bidang ilmu dirgantara, ilmu aerodinamik, ilmu aeroelastik, ilmu konstruksi ringan, ilmu rekayasa, ilmu propulsi, ilmu elektronik, ilmu
avionik, ilmu produksi, ilmu pengendalian mutu (quality control) dsb, telah dikembangkan dan diterapkan di industri IPTN, di Puspitek, di BPPT dan di ITB.
Dengan terbangnya N250 pada kecepatan tinggi dalam daerah “subsonik” dan stabiltas terbang dikendalikan secara elektronik dengan memanfaatkan teknologi “fly by wire”, adalah prestasi nyata bangsa Indonesia dalam teknologi dirgantara. Dalam sejarah dunia penerbangan sipil, pesawat N250 adalah pesawat turboprop yang pertama dikendalikan dengan teknologi fly by wire.
Dalam sejarah dunia dirgantara sipil, pesawat Jet AIRBUS A300 adalah yang pertama kali menggunakan teknologi fly by wire, namun AIRBUS 300 ini terbang dalam daerah “transsonic” dengan kecepatan tinggi, sebagaimana kemudian juga Boeing‐777.
Fakta sejarah mencatat bahwa urutan pesawat penumpang sipil yang menerapkan teknologi canggih untuk pengendalian dan pengawasan terbang dengan “fly by wire” adalah sebagai berikut:
1. A‐300 hasil rekayasa dan produksi Airbus Industri (Eropa)
2. N‐250 hasil rekayasa dan produksi Industrie Pesawat Terbang Nusantara IPTN, sekarang bernama PT. Dirgantara Indonesia (Indonesia)
3. BOEING 777 hasil rekayasa dan produksi BOEING (USA)

Fakta sejarah dunia dirgantara juga mencatat bahwa 9 bulan sebelum N250 melaksanakan terbang perdananya, pada hari Rabu tanggal 7 December 1994 di Montreal Canada, kepada tokoh yang dianggap paling berjasa dalam industri dirgantara sipil dunia diberikan medali emas “Edward Warner Award ‐ 50 Tahun ICAO”. Penghargaan tersebut diberikan dalam rangka memperingati 50 tahun berdirinya International Civil Aviation Organisation atau ICAO”, yang didirikan pada hari Kamis tanggal 7 Desember 1944 di Chicago – USA oleh Edward Warner bersama beberapa tokoh industri dirgantara yang lain.
ICAO didirikan dengan tujuan membina perkembangan Industri dirgantara sipil di dunia. Upacara penghargaan tersebut dihadiri oleh para Menteri Perhubungan Negara yang anggota Perserikatan Bangsa Bangsa.
Dalam upacara yang sangat meriah, khidmat dan mengesankan tersebut, Sekretaris Jenderal ICAO Philippe Rochat yang didampingi oleh Sekretaris Jenderal PBB Boutros BoutrosGhali, menyerahkan medali emas “Edward Warner Award 50 Tahun ICAO” oleh kepada putra indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Bukankah kedua Fakta Sejarah Dirgantara ini telah membuktikan bahwa kualitas SDM Indonesia sama dengan kualitas SDM di Amerika, Eropa, Jepang dan China?

Dengan peristiwa tersebut kita dapat membuktikan kepada generasi penerus Indonesia serta masyarakat dunia, bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan dan kualitas yang sama dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) secanggih apapun yang sekaligus dilengkapi dengan kokohnya iman dan taqwa (Imtaq). Peningkatan jumlah dan kualitas manusia Indonesia yang terdidik tersebut juga melahirkan kesadaran akan peran dan tanggung jawab mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di kalangan generasi muda.
Para hadirin yang berbahagia
Bukan hanya Pesawat Terbang N250 yang dipersembahkan oleh Generasi Penerus sebagai hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan ke‐50 kepada Bangsa Indonesia 17 tahun yang lalu, tetapi mereka juga menyerahkan Kapal untuk 500 Penumpang dan Kereta Api Cepat, yang semuanya dirancang bangun oleh Generasi Penerus.
Hal yang sekarang patut kita tanyakan adalah:
Þ Hadiah HUT Kemerdekaan ke 67 apa yang dapat kita persembahkan pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, 17 Tahun setelah prestasi yang membanggakan itu?
Þ Bagaimana keadaan Industri Strategis yang telah menghasilkan produk andalan yang membanggakan 17 Tahun yang lalu?
Þ Bagaimanakah keadaan industri Dirgantara dan Industri penunjangnya sekarang?
Þ Bagaimana perkembangan pusat keunggulan Ilmu Aerodinamik, Gadynamik, Getaran (LAGG), Ilmu Konstruksi Ringan (LUK), Elektronik (LEN) dsb. yang telah dimulai puluhan tahun yang lalu?
Þ Bagaimana keadaan pendidikan SDM yang mampu menguasai teknologi secanggih apapun?
Þ Masih banyak pertanyaan yang patut kita berikan dan jawab! Pertanyaan tersebut di atas dapat dijawab dengan mengkaji fakta dan kecenderungan sebagai berikut:
à Produk pesawat terbang, produk kapal laut dan produk kerata api ‐‐ yang pernah kita rancang‐bangun ‐‐ dalam “eufori reformasi” telah kita hentikan pembinaannya atau bahkan sedang dalam “proses penutupan”. Misalnya PT. DI yang dahulu memiliki sekitar 16.000
karyawan, sekarang tinggal kurang‐lebih 3.000 karyawan, yang dalam 3 sampai 4 tahun mendatang dipensiun karena tidak ada kaderisasi dalam segala tingkat.
à Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang mengkoordinir 10 Perusahaan yang pada tahun 1998 memiliki kinerja turn‐over sekitar 10 Milliard US$ dengan 48.000 orang karyawan, kemudian dalam “eufori reformasi” dibubarkan! Pembinaan Industri Dirgantara,
Industri Kapal, Industri Kereta Api, Industri Mesin, Industri Elektronik‐Komunikasi dan Industri Senjata, dsb. tidak lagi mendapat perhatian dan pembinaan!
à KEPPRES No. 1 tahun 1980 tentang ketentuan penggunaan produk pesawat buatan dalam negeri dihapus dan PT DI tidak lagi didukung secara finansial maupun kebijakan industri pendukung lain.
à PTDI berupaya untuk tetap bertahan hidup (survive) dengan berkonsentrasi kepada penjualan produk yang ada a.l. CN235 dan pesawat lisensi NC212 dan helikopter.
à Di lain pihak, biaya pengembangan pesawat – termasuk pendidikan SDM terampil ‐‐ dianggap hutang kepada Pemerintah, yang mengakibatkan pembukuan PTDI buruk di mata perbankan sehingga menyulitkan industri untuk dapat beroperasi dan tidak memungkinkan industri berinvestasi.
à PTDI melakukan diversifikasi usaha di berbagai bidang a.l., jasa aerostructure, engineering service dan maintenance‐ repair ‐overhaul dan tidak lagi menitikberatkan pada rancang bangun dan produksi.
à Dengan terpuruknya program pengembangan dalam negeri, banyak design engineers yang memilih pergi ke luar negeri (a.l. Amerika, Eropa) untuk bekerja di industri pesawat terbang lain. Sebagian besar dalam beberapa tahun pulang, setelah negara setempat mendahulukan pekerja lokal dibandingkan dengan pekerja asing (kasus: Embraer). Dengan berjalannya waktu, tanpa program pengembangan  PTDI tidak dapat melakukan pergantian/regenerasi karyawan engineering, yang pada gilirannya mengancam kapabilitas dan kompetensi PTDI sebagai produsen pesawat.
à Apa yang dialami oleh PT. Dirgantara, dialami pula oleh semua perusahaan yang dahulu dikoordinir oleh Badan Pengelolah Industri Strategis, BPIS.
à Segala investasi yang dilaksanakan pada perkembangan dan pendidikan SDM yang trampil tanpa kita sadari telah “dihancurkan” secara sistimatik dan statusnya kembali seperti kemampuan bangsa Indonesia 60 tahun yang lalu!
à Prasarana dan sarana pengembangan SDM di Industri, di PUSPITEK, di Perguruan Tinggi (ITB, ITS, UI, UGM, dsb.) serta di pusat‐pusat keunggulan yang dikoordinasikan oleh Menteri Riset dan Teknologi dialihkan ke bidang lain atau dihentikan, sehingga teknologi  untuk meningkatkan “nilai tambah” suatu produk secanggih apapun yang dibutuhkan oleh pasar domestik dikurangi dan bahkan dihentikan pembinaannya dan diserahkan kepada karya SDM bangsa lain dengan membuka pintu selebar‐lebarnya untuk impor!
à Pasar Domestik yang begitu besar di bidang transportasi, komunikasi, kesehatan dsb. “diserahkan” kepada produk dimpor yang mengandung jutaan “jam kerja” untuk penelitian,
pengembangan dan produksi produk yang kita butuhkan.
à Produk yang dibutuhkan itu harus kita biayai dengan pendapatan hasil ekspor sumber daya alam terbaharukan dan tidak terbaharukan, energi, agro industri, pariwisata, dsb. Ternyata potensi ekspor kita ini tidak dapat menyediakan jam kerja yang dibutuhkan sehingga SDM di desa harus ke kota untuk mencari lapangan kerja atau ke luar negeri sebagai TKI dan TKW. Akibatnya, proses pembudayaan dalam rumah tangga terganggu dsb. dsb. Proses pembudayaan (“Opvoeding, Erszeihung, Upbringing”) harus disempurnakan dengan proses pendidikan dan sebaliknya, karena hanya dengan demikian sajalah produktivitas SDM dapat terus ditingkatkan melalui pendidikan dan pembudayaan sesuai kebutuhan pasar.
à Pertumbuhan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi seharusnya dipelihara setinggi mungkin untuk dapat meningkatan “pendapatan bruto masyarakat” atau peningkatan “kekayaan national” atau “national wealth”. Namun pemerataan pemberian kesempatan berkembang, pemerataan pendidikan‐pembudayaan dan pemerataan pendapatanlah yang pada akhirnya menentukan kualitas kehidupan, kualitas kesejahteraan dan kualitas ketentraman yang menjadi sasaran tiap masyarakat.
à Bukankah jam kerja yang terselubung pada tiap produk yang kita beli itu pada akhirnya menentukan tersedianya lapangan kerja atau mekanisme proses pemerataan dalam arti yang luas itu?
à Kita harus pandai memproduksi barang apa saja yang dibutuhkan di pasar nasional dan memberi insentip kepada siapa saja, yang memproduksi di dalam negeri, menyediakan jam kerja dan akhirnya lapangan kerja.
à Potensi pasar nasional domestik kita sangat besar. Misalnya, pertumbuhan penumpang pesawat terbang sejak 10 tahun meningkat sangat tinggi, sekitar 10% ‐ 20% rata2 tiap tahun. Produksi pesawat terbang turboprop N250 untuk 70 penumpang ‐‐yang sesuai rencana pada tahun 2000 sudah mendapat sertifikasi FAA ‐‐ dan Pesawat Jet N2130 untuk 130 penumpang – yang sesuai rencana akan mendapat sertfikasi FAA pada tahun 2004 – adalah jawaban kita untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kedua produk yang dirancang bangun oleh putra‐putri generasi penerus ini yang mengandung jutaan jam kerja, bahkan harus dihentikan.

MENGAPA? ? ?
à Demikian pula dengan produksi kapal Caraka Jaya, Palwobuwono dan kapal Container yang harus dihentikan. Produksi kerata api harus pula dihentikan.
à Walaupun pasar domestik nasional begitu besar, namun sepeda motor, telpon genggam dsb. ‐‐ yang semuanya mengandung jam kerja yang sangat dibutuhkan ‐‐ nyatanya barang‐barang tersebut tidak diproduksi di dalam negeri. MENGAPA? MENGAPA?
MENGAPA?

à Memang kesejahteraan meningkat, golongan menegah meningkat dan pertumbuhan meningkat pula, namun proses pemerataan belum berjalan sesuai kebutuhan dan kemampuan kita.
à Ini hanya mungkin jikalau jam kerja yang terkandung dalam semua produk yang dibutuhkan itu secara nyata diberikan kepada masyarakat madani Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan untuk berbicara di hadapan para peserta Sidang Paripurna MPR tanggal 1 Juni Tahun 2011, saya garis bawahi pentingnya kita menjadikan NERACA JAM KERJA sebagai Indikator Makro Ekonomi disamping NERACA PERDAGANGAN dan NERACA PEMBAYARAN.

Para hadirin yang berbahagia
Pada peringaran HAKTEKNAS tahun 2012 saat ini, saya ingin Menggaris bawahi apa yang sudah dikemukakan banyak kalangan yakni perlunya kita melakukan reaktualisasi peran Iptek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam rangka meningkatkan daya saing dan produktivitas nasional, serta untuk menghadapi berbagai permasalahan bangsa masa kini dan masa datang. Problema kebangsaan yang kita hadapi semakin kompleks, baik dalam skala nasional, regional maupun global, dan hal tersebut akan mensyaratkan solusi yang tepat, terencana dan terarah.
Kita tahu bahwa fenomena globalisasi mempunyai berbagai bentuk. Salah satu manifestasi globalisasi dalam bidang ekonomi, misalnya, adalah pengalihan kekayaan alam suatu Negara ke Negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi, kemudian menjual produk‐produk ke Negara asal, sedemikian rupa sehingga rakyat harus "membeli jam kerja" bangsa lain. Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo‐colonialism, atau dalam pengertian sejarah kita, suatu "VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan baju baru". (Hal tersebut telah saya sampaikan pada Pidato Peringatan Kelahiran Pancasila di hadapan Sidang Pleno MPR RI tanggal 1 Juni 2011 yang lalu).
Dalam forum yang terhormat ini, saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di kampuskampus serta di lembaga‐lembaga kajian dan penelitian lain untuk secara serius merumuskan implementasi peran iptek dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan.
Terkait dengan hal tersebut, saya sangat menghargai upaya Pemerintah dalam membentuk Komite Inovasi Nasional (yang dikenal dengan KIN) dan Komite Ekonomi Nasional (yang dikenal dengan KEN) dengan tugas sebagai advisory council untuk mendorong inovasi di segala bidang dan mempercepat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Saya mengetahui bahwa KIN maupun KEN telah merumuskan berbagai strategi dan kebijakan dan agenda aksi, khususnya yang menyangkut perbaikan ekosistem inovasi dan pengembangan wahana transformasi industri. Apa yang ingin saya ingatkan ialah, jangan sampai berbagai
konsep yang dirumuskan oleh KIN maupun KEN tersebut hanya berhenti ditingkat masukan kepada Presiden saja, ataupun di tingkat rencana pembangunan saja, namun perlu direalisasikan dalam kegiatan pembangunan nyata. Jangan kita merasa puas dengan wacana maupun berencana, namun ketahuilah bahwa rakyat menunggu aksi nyata dari
kita semua, baik para penggiat teknologi, penggiat ekonomi, pemerintah maupun lembaga legislatif.
Saya juga menyarankan agar Pemerintah maupun Legislatif perlu lebih proaktip peduli dan bersungguh‐sungguh dalam pemanfaatan produk dalam negeri dan “perebutan jam kerja”. Kerjasama Pemerintah Daerah dan Pusat bersama dengan wakil rakyat di lembaga Legeslatif Daerah dan Pusat perlu ditingkatkan konvergensinya ke arah lebih pro rakyat, lebih pro pertumbuhan dan lebih pro pemerataan.
Pada kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan pesan dan himbauan, hendaknya kita pandai‐pandai belajar dari sejarah. Janganlah kita berpendapat bahwa tiap pergantian kepemimpinan harus dengan serta‐merta disertai pergantian kebijakan, khususnya
yang terkait dengan program penguasaan dan pernerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita mengetahui bahwa dalam penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi diperlukan keberlanjutan (continuity). Jangan sampai pengalaman pahit yang menimpa industri dirgantara dan industri strategis pada umumnya ‐‐ sebagaimana saya sampaikan di atas ‐‐ terulang lagi di masa depan!
Jangan sampai karena eufori reformasi atau karena pertimbangan politis sesaat kita tega “menghabisi” karya nyata anak bangsa yang dengan penuh ketekunan dan semangat patriotisme tinggi yang didedikasikan bagi kejayaan masa depan Indonesia.

Para hadirin yang berbahagia
Kita dapat bersyukur bahwa bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang multi etnik dan sangat peka terhadap keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Allah subhana wata’alla. Oleh karena itu PANCASILA adalah falsafah hidup nyata bangsa ini yang dari masa ke masa selalu disesuaikan dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dan
peradaban yang dikembangkan dan diterapkan oleh kita bersama.
Dapat kita catat, bahwa saat ini bangsa kita sudah keluar dari “eufori kebebasan” dan mulai kembali ke “kehidupan nyata” antara bangsa bangsa dalam era globalisasi. Persaingan menjadi lebih ketat dan berat.
Peran SDM lebih menentukan dan informasi sangat cepat mengalir. Kita menyadari bahwa tidak semua informasi menguntungkan peningkatan produktivitas dan daya saing SDM Indonesia. Budaya masyarakat lain dapat memasuki ruang hidup keluarga. Kita harus meningkatkan “Ketahanan Budaya” sendiri untuk mengamankan kualitas iman dan taqwa (Imtak) yang melengkapi pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang diberikan dalam sistem pendidikan dan pembudayaan kita, yang menentukan perilaku, produktivitas dan daya saing Generasi Penerus.
Kita sudah Merdeka 67 Tahun, sudah Melek Teknologi 17 Tahun, sudah Bebas 14 Tahun. Kita sadar akan keunggulan masyarakat madani yang pluralistik, sadar akan kekuatan lembaga penegak hukum (Yudikatif) dan informasi yang mengacu pada nilai‐nilai PANCASILA dan UUD‐45 yang terus disesuaikan dengan perkembangan pembangunan nasional, regional dan global.

Saya akhiri sambutan ini dengan ucapan:

Þ REBUT KEMBALI JAM KERJA!
ÞWUJUDKAN KEMBALI KARYA NYATA YANG PERNAH KITA MILIKI UNTUK PEMBANGUNAN PERADABAN INDONESIA!
Þ BANGKITLAH, SADARLAH ATAS KEMAMPUANMU!

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
Bandung, 10 Augustus 2012

Bacharuddin Jusuf Habibie

Kamis, 01 Maret 2012

Belajar dari 'Ali bin Ibrahim Al-Naimi'

Sebuah kisah nyata seorang buruh rendahan yang menjadi insinyur yang sukses. Kisah yang diawali oleh kejadian menyakitkan namun akhirnya mengubah hidupnya secara dramatis. Suatu inspirasi untuk menjadi Insinyur yang berhasil.

Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun ’40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya yang kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak di depannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas. Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: “Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur!” Suara itu berasal dari mulut seorang insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut.
Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus. Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajeman Amerika. Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya: Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untukku? Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur? Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum air itu? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?

Rabu, 29 Februari 2012

Belajar Dari Kang Harna (ex Menristek RI)

Hudzil'afwa wa'mur bil 'urf wa a'ridh 'anil jaahiliin 
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS Al A'raaf: 199)

Ketika seorang sahabat mengangkat ayat ini dalam kultumnya di pengajian rutin pekanan kami, hati ini cukup tersentak karena tanpa disadari, implementasi dan pelajaran nyata dari ayat ini justru sedang ada di depan mata ini. Ya, proses reshuffle atau penggantian menteri KIB II kemarin memberikan hal ini. Dan siapa lagi kalau bukan mantan Menristek, Suharna Surapranata, yang memberikan pelajaran terbaik dalam pengamalan ayat ini.

Ayat ini memerintahkan kita untuk melakukan tiga hal. 

Pertama adalah kita harus mampu memaafkan (hudzil ‘afwa). Artinya kita harus berjiwa besar, menyingkirkan ego pribadi kita yang mungkin terluka ketika sesuatu yang tidak meng-enak-kan terjadi dalam sebuah perjuangan. Ini yang memungkinkan kita untuk melaksanakan hal kedua, yaitu tetap menyuruh melakukan yang ma’ruf, artinya tetap berpegang teguh dan konsisten dengan misi kebaikan kita (wa’mur bil ‘urf). Dan yang ketiga, agar kita berpaling dari orang-orang yang bodoh atau dari suara-suara yang dapat memalingkan kita dari misi perjuangan tersebut (wa a’ridh ‘anil jahilin).

Sudah dipahami oleh publik bahwa pergantian Menristek kemarin bukanlah karena alasan kinerja. Berbagai prestasi sudah berhasil ditorehkan selama 2 tahun terakhir di Kementerian Riset dan Teknologi, meskipun memang karena merupakan kementerian yang bertugas merumuskan kebijakan dan bukan kementerian teknis yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, ditambah dengan pembawaannya yang low-profile, keberhasilan itu mungkin tidak terlalu terlihat.