Kamis, 13 Februari 2014

Konsolidasi Menghadapi Ramadhan

Ada salah satu kebiasaan yang tak pernah putus di keluarga kami ketika akan memasuki bulan ramadhan, yaitu rapat keluarga yang isinya untuk menyusun target ibadah masing-masing anggota terutama anak-anak dan juga pembagian tugas kerja di rumah. Aku pun sebenarnya tidak tahu persis kapan kebiasaan ini dimulai. Yang jelas, setiap bulan ramadhan tiap-tiap anggota keluarga sudah memiliki target ibadah masing-masing, terutama tilawah Al-Quran nya. 

Rapat rutin ini selalu kami laksanakan guna menyongsong datangnya ramadhan agar kami bisa memaksimalkan potensi2 ibadah selama 1 bulan penuh ini. Karena memang di dalam alquran telah ditegaskan bahwa tujuan dari bulan ramadhan adalah agar kita semua menjadi orang yang lebih bertaqwa. Sebagaimana yang tercantum di surat al-baqoroh “ya ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumusshiyamu kama kutiba ‘alalladzina min qoblikum la’allakum tattaqun”, yang artinya “wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. Agar kamu bertaqwa”. 

Rapat keluarga tersebut sebenarnya sederhana. Biasanya dilaksanakan H-1 ramadhan. Dilaksanakan habis isya (setelah selesai sidang istbat dari pemerintah) atau habis sholat shubuh. Sebagai contoh terhangat adalah rapat pagi tadi, 9 Juli 2013, ba’da sholat subuh. Detailnya kira-kira sebagai berikut. 

Setelah sholat subuh berjamaah seperti biasanya aku langsung masuk kamar untuk memulai tilawah quran, dan tak lama berselang adik terkecil pun memanggil satu persatu seluruh anggota keluarga agar berkumpul di ruang perpustakaan rumah. Saat aku masuk perpus ternyata semua anggota laki-laki sudah hadir. Ooh, aku baru sadar ternyata akan di adakan rapat keluarga. Karena biasanya rapat tersebut sudah diinfokan sebelumnya, tapi mungkin aku yang belum dapat info tersebut. 

Rapat pun langsung dimulai dan dipimpin langsung oleh ayah tercinta. Beliau membuka rapat dengan memberitahu bahwa kita akan mulai puasa esok hari, rabu 10 Juli 2013. Kemudian, ayah melanjutkan dengan pertanyaan “target khatam quran berapa kali?” pada masing-masing anggota keluarga. Pertanyaan dilontarkan dari anggota termuda hingga ke yang paling tua. Memang, setiap pertanyaan / pembagian tugas yang diajukan pasti ditawarkan ke yang termuda dahulu agar mereka bisa memilih lebih leluasa. 
Oohh, Ada yang tertinggal, bagian notulen rapat kali ini dipegang oleh adik laki-laki terdekat dengan ku, karena kebetulan dia sedang buka laptop. Notulen rapat ini selalu ada karena nanti hasil rapat pasti di print out dan ditempel di ruang perpus. 

Skip sebentar... lanjut. Dari yang paling muda, sampai yang paling tua semua kebagian ditanya dan semua pun satu persatu harus menjawab. Dan pertanyaan tersebut tidak berpindah jika anggota yang ditanya belum memberikan jawaban. Saat adik terkecil ditanya, ibu pun berkomentar “tahun lalu kan kamu Cuma sekali, sekarang harus lebih banyak”. Akhirnya si kecil pun dengan setengah semangat dia jawab “yaudah deh, aku targetnya 2x”. Lalu pertanyaan berlanjut ke abang-abang dan kakak-kakak nya. Ada yang punya target 3x, 5x, dsb. Giliran ku ditanya, aku menjawab “aku targetnya 1x khatam terjemahannya”. Aku jawab itu karena agak miris juga ketika orang tua kita setiap hari bergelut dengan dunia alquran tapi aku sebagai anaknya belum tahu betul apa itu isi alquran karena memang belum pernah membaca seluruh terjemahan isi alquran, lebih miris lagi karena ayah ku lulusan tafsir quran dari salah satu universitas di riyadh, arab saudi. 

Akhirnya, sampailah pertanyaan tersebut pada ibu ku “umi mau khatam berapa kali?”. Ibu menjawab, “10x, umi udah biasa segitu”. Waw! Beliau memang selalu no. 1 kalo tilawah di bulan ramadhan. Saya tahu betul hal itu, karena dulu pernah umroh ramadhan bareng ibu dan selama perjalanan di pesawat saja (kira-kira 9 jam) dia bisa selesai setengah alquran lebih. Jelas saja target 10x khatam itu bisa dikejar. Apa lagi memang beliau tilawahnya cukup cepat. 

Setelah pertnyaan tentang target khatam quran selesai, maka pembahasan rapat pun beralih pada pembagian tugas membersihkan rumah. Karena rumah kita cukup luas, terutama halaman depan dan belakangnya, dan juga anggota keluarga kita banya, jadi pembagian tugas membersihkan area rumah ini sudah menjadi rutinitas. Anggota keluarga yang aktif ada di rumah berjumlah 8 orang. 6 anak, 5 laki-laki, 1 perempuan, ayah dan ibu. Area rumah pun dibagi 8, dari mulai halaman depan bagian kiri, halaman depan bagian kanan, halaman belakang, halaman samping / garasi mobil, rumah bagian depan, rumah bagian belakang, dapur (karena ruang paling banyak aktivitas yang menyebabkan kotor, dari mulai piring bekas makan, alat2 bekas masak, pintu keluar samping, dsb), ruang perpustakaan (karena ruang yang paling sering disinggahi tamu / untuk acara pengajian, juga ruang keluarga). 

Nah, semua anggota kebagian satu area dari 8 area tersebut. Seperti biasa, tawaran diberikan pada yang termuda dulu. Si kecil pun memilih yang ter-ringan, halaman depan bagian kiri. Lalu berlanjut ke semua anggota lainnya. saya pun ambil bagian rumah depan. Biasanya yang komplain adalah yang dapat bagian dapur, karena kerjaannya banyak. Hehehe. 

Selanjutnya, tugas memakmurkan masjid dekat rumah. Ada yang bagian azan subuh, azan zuhur azar, maghrib dan isya, serta imam sholat untuk subuh, maghrib, dan isya. Semua kebagian satu persatu. Si kecil bagian azan zuhur dan asar, sedangkan aku ambil bagian imam sholat isya. 

Setelah pembagian tugas selesai, rapat ditutup dengan pemberian arahan dari ayah selama bulan ramadhan. Ada 5 poin yang jadi arahan beliau. 

Puasa semuanya harus full. Toleransi puasa Cuma boleh bagi yang sakit keras, lalu ayah bertanya pada kita semua “semuanya sehat kan?”. Kita hanya menjawab dengan senyuman pertanda harus siap puasa baik si kecil maupun abang-abang dan kakaknya. 

Sholat wajib tidak boleh ditinggal. Aktivitas-aktivitas kita harus menyesuaikan sama jadwal sholat, jangan sholat wajib yang dikorbanin, tapi aktivitas kita yang dikorbanin. Selain sholat, kegiatan apa aja boleh ditinggal tapi kalau sholat tidak boleh ditinggal. Bagi yang laki, sholatnya harus tepat waktu, berjamaah, dan di masjid. “Misalnya nih, kita baru selesai kerja malam hari terus subuhnya jadi telat, nah itu berarti kita mengorbankan sholat. Harusnya kerja nya kita cepetin, jangan pulang malem biar bisa segera istirahat agar subuhnya ga telat”. Begitu kata ayah. “Abi aja, abis isya udah tidur, ntar jam 2 bangun tahajjud, lanjut subuh, badan seger sholat wajib enggak telat”. Begitu ayah menutup poin kedua ini. 
Memang, kalau untuk urusan sholat wajib ayah selalu ketat dan tegas, zero tollerance dah. 

Membaca alquran dan terjemahannya. “Target-target yang sudah disusun harus dikejar, jangan ditunda. Kalau yang 2x khatam, berarti sehari harus minimal 2 juz, jangan sampai kurang, kalau bisa lebih. Biar bisa jaga-jaga kalau sakit, jadi target nya tetep ga meleset”. 

Banyak memberi dan sedikit menerima. ”Ramadhan kan bulan sedekah, keluarin dah tuh duit, makanan, dibagi-bagiin. Kalau ga ada duit, nolongin orang juga bisa, membantu meringankan orang lain. Jangan banyakain minta”. 

Jangan suka marah/ngambek dan jangan memancing orang marah / ngambek. Waktu ayah menyampaikan poin ini. Si adik kecil nyeletuk “emang, paling ga enak tuh di omelin mulu”. Hehehe, kita semua hanya tertawa karena dia yang terkecil mungkin sering kena omel abang-abang dan kakaknya. 
Setelah arahan tersebut selesai, rapat pun ditutup dengan notulen membacakan kesimpulan dan hasil rapat. 

Sebagai penutup, saya teringat kisah Rasulullah SAW ketika ingin menghadapi perang terdahsyat dalam sejarah ummat islam yaitu perang uhud. Perang dimana beliau mempertaruhkan kota madinah, kota yang telah dibangun dengan sedemikian model terbaik dalam islam, untuk diperebutkan pada kaum kafir quraisy. Beberapa saat sebelum perang, rasul mengumpulkan seluruh jajaran sahabat, terutama para ahli perang. Beliau “mengkonsolidasikan strategi” perang apakah ingin bertahan di madinah atau menyerang ke luar madinah, dsb. Strategi tersebut dibahas begitu sengit tapi tetap khidmat. Itu semua dilakukan beliau untuk men-sukseskan misi besar mempertahankan kota islam madinah. Begitu lah rasul, demi misi besar beliau perlu meng-konsolidasikan strateginya agar misi utama beliau sukses. Demikian juga kita, alangkah baiknya jika kita mencontoh beliau, untuk mengkonsolidasikan strategi kita menghadapi misi besar, yaitu menjadi orang yang lebih bertaqwa dalam bulan ramadhan. 

Sahabat, Mari kita susun target-target / strategi ibadah kita di bulan suci ini, agar bulan penuh berkah ini tidak lewat begitu saja. Sehingga tujuan yang Allah inginkan agar hambanya menjadi hamba yang bertaqw bisa terwujud. Ibadah di bulan ini harus bisa kita special kan karena memang banyak ke-special-an di bulan ini, kalau game itu banyak check points nya. Jangan sampai kelewat. Semua ibadah dilipat gandakan berkali-kali lipat. Yang amalan sunnah bernilai seperti amalan wajib, yang wajib berlipat-lipat bisa ratusan kali. Jangan sampai kemuliaan tersebut tidak kita manfaatkan, tidak kita maksimalkan, apalagi kalau sampai ibadah kita “sama saja dengan bulan lainnya”. Astaghfirulllah. 

Ayo kita susun target sebaik-baiknya, dan kita maksimalkan upaya kita untuk merealisasikannya. Paling tidak, 1 parameter target kita sukses adalah: jika target ibadah di ramadhan tahun ini lebih baik dari ramadhan tahun lalu. Kalau tahun kemaren hanya khatam quran 2x, sekarang harus bisa 3x, dan seterusnya. 

Semoga Allah persiapkan kita menjadi hambanya yang bertaqwa di bulan penuh berkah ini, dan Semoga ramadhan kali ini menjadi ramadhan terbaik bagi kita semua. Aaamiin. 

(muh) 
Serpong, 9 Juli 2013 

Tidak ada komentar: