Kamis, 13 Februari 2014

10 Hari Terakhir Ramadhan

Awal malam 21 yang lalu ayah berpesan pada kita semua selepas sholat isya, beliau menyampaikan berbagai hal tentang 10 hari terakhir bulan ramadhan. Dan, alhamdulillah di keluarga kami ayah selalu menyampaikan arahan atau nasehat jika ada even-even khusus entah itu yang sifatnya ibadah atau urusan sosial. Biasanya beliau sampaikan saat rapat keluarga tapi bisa juga di acara-acara keluarga besar, atau di masjid selepas sholat wajib. Itu emmang menjadi kebiasaan ayah untuk mengingatkan kami semua agar even-even itu benar-benar disiapkan dan tidak lewat dengan percuma sehingga menimbulkan penyesalan di akhir.

10 hari terakhir, atau biasa disebut asyrul awakhir dari bulan ramadhan merupakan momen kunci dari even 1 bulan kewajiban berpuasa. Ibarat sepak bola liga champions, ini sudah masuk momen-momen knock out system, bukan lagi model poin dalam skema home and away. Jadi, barang siapa yang tidak maksimal ya dia akan gagal. Begitu juga dengan asyrul awakhir ini, disebut momen kunci karena ini adalah puncak-puncak nya ibadah di bulan ramadhan. Di sisi lain, momen 10 hari ini dibenturkan dengan budaya konsumtif yaitu fenomena belanja dan mudik. Hal ini telah kita singgung sebelumnya, agar kita semua jangan sampai terjerumus ke dalam fenomena kebanyakan orang tersebut, yang larut dalam sibuk belanja dan sibuk ngurusin mudik.

Kata Asyrul awakhir sendiri merupakan peng-khususan atau di spesialkan oleh nabi. Hal ini karena penyebutan kata tersebut hanya ada untuk 10 hari terakhir saja, sedangkan 10 hari pertama dan kedua tidak ada penyebutan kata khusus. Ini tertuang dalam beberapa hadist yang secara eksplisit menyebutkan kata asyrul awakhir, ini bisa juga dimaknai ada ke-khususan yang dilakukan oleh Nabi SAW yang berbeda dari 20 hari sebelumnya. Nah, bagaimana ke-khususan asyrul awakhir dan bagaimana mendapakan ke khususan tersebut? Itulah bahasan kita.

Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa yang intinya berikut ini ‘nabi SAW jika telah memasuki ramadhan, beliau ibadahnya berbeda (lebih sungguh-sungguh) dari bulan-bulan lain, dan ketika memasuki asyrul awakhir ibadah beliau berbeda (lebih sungguh-sungguh) dari hari lainnya (di 20 hari pertama bulan ramadhan)’. Ini menandakan bahwa Nabi SAW menempatkan asyrul awakhir sebagai puncak kesungguhan ibadah dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Dari sini sudah jelas bahwa ke-khususan asyrul awakhir bagi Nabi SAW adalah menjadikan hari-hari tersebut sebagai puncak dari aktivitas ibadah beliau. Nah, apakah kita sudah menerapkan contoh Nabi yang satu ini? Atau malah menjadi fenomena kebalikan nya? Dimana semakin mendekati asyrul awakhir ibadah kita makin kendur. Jika ya, ini berarti bertolak belakang dengan contoh dari kanjeng Nabi SAW. Astaghfirullah, semoga kita tidak termasuk yang bertolak belakang ya.

Hal yang kedua yang khusus dilakukan Nabi SAW di asyrul awakhir adalah menghidupkan malam nya bersama keluarga, tidak sendirian. Sesuai dengan hadist nabi yang intinya begini ‘Nabi SAW jika telah memasuki asyrul awakhir beliau hidupkan malamnya, beliau bangunkan keluarganya, dan beliau kencangkan ikat pinggangnya’. Maksud dari menghidupkan malam adalah mengisi malam hari kita dengan aktivitas ibadah, apapun ibadah itu seperti baca quran, dzikir, sholat taraweh, sholat qiyamullail, dsb. Nah, Nabi menganjurkan kita menghidupkan malam ayrul awakhir tidak sendirian tapi dengan keluarganya, kalau bahasa di hadist ‘wa ayqozho ahlahu’, dan beliau SAW bangunkan keluarganya. Jadi, kita bangun tengah malam, kita ibadah, terus kita bangunkan keluarga kita, bangunkan suami / istri kita, bangunkan anak-anak kita. Jangan sampai kita sibuk ibadah sendirian hingga keluarga kita nyenyak terlelap dan melewati malam asyrul awakhir dengan hanya tertidur. Kalau kata ayah saya ‘semua orang menghidupkan malam nya, ada yang menghidupkan malam dengan hanya menyalakan lampu sehingga rumahnya hidup, tapi orangnya telap, ada juga yang rumahnya gelap tapi di dalamnya lagi ibadah semua’.

Intinya, menghidupkan malam itu bukan sekedar beraktifitas tapi aktivitas ibadah, bukan urusan menyala atau enggaknya lampu rumah / kamar, tapi urusan ibadah atau tidak isi rumah tersebut. Jadi, Rasul SAW juga sangat peduli pada nasib keluarganya kelak, ini beliau contohkan agar kita tiru. Agar kita juga peduli dengan keluarga kita, terutama peduli dalam urusan ibadah. Kalau kata temen saya, ‘malu dong ke surga sendirian!’.

Alhamdulillah untuk urusan membangunkan keluarga ini, ayah paling getol banget. Semua dibangunin, termasuk anak yang paling kecil. Dan cara membangunkan ayah itu halus sekali, biasanya cukup bilang begini ‘sudah jam 2 tuh, kamu mau bangun jam berapa?’. Biasanya kalau sudah dibilang begitu langsung pada melek-melek, walaupun nanti saat ayah melanjutkan sholat ada juga yang ikut melanjutkan tidurnya, hehehe. Selama 10 hari terakhir berjalan ini, ayah tidur selalu paling awal, selesai taraweh langsung tidur, nanti jam 11 atau 12 beliau sudah bangun dan sholat qiyamullail sambil baca quran non stop tuh sampai jam 3.30. kalau kata adik saya yang kecil, ‘abi sekali sholatnya 1 juz, quran nya ganti-ganti mulu soalnya’. Karena memang ayah menggunakan quran jilid yang per 1 juz dan setiap sekali sholat beliau ganti jilid berikutnya.

Hal ketiga yang Nabi lakukan di 10 hari terakhir adalah I’tikaf. Itikaf ini sudah kita ulas di tulisan sebelumnya secara panjang x lebar. Jadi saya tidak banyak mengulas kembali, hanya saja saya menggaris bawahi poin-poin penting dari itikaf yaitu, Nabi SAW selama 9x puasa ramadhan sejak diturunkannya perintah puasa, beliau selalu melaksanakan itikaf di masjid. Jadi, 9x nabi puasa, 9x juga nabi itikaf, tidak pernah bolong. Nah, kalau kita sejak kita puasa ramadhan penuh sampai sekarang sudah berapa kali itikaf nya bolong-bolong? Hhmmm, luar biasa deh emang kita ya, udah kaya gigi keseringan makan coklat, bolong-bolong. Semoga tahun lalu adalah terakhir kalinya kita itikaf bolong, mulai tahun ini dan seterusnya kudu terus penuh itikaf. Hal penting lain dari itikaf yaitu, nabi SAW mulai melaksanakan itikaf sejak usia 54 tahun hingga beliau wafat usia 63 tahun, kira-kira udah tua belum beliau? Tua banget ya, tapi tetep tuh itikaf nya penuh, enggak bolong. Nah, semoga kita yang masih muda ini, yang masih pada kuat dan sehat, diberikan keistiqomahan oleh Allah untuk melakukan itikaf.

Hal terakhir yang menjadi ke-khususan asyrul awakhir ini adalah adanya malam lailatul qadr, yang nilai satu malamnya seperti 1000 bulan atau sekitar 83 tahun kalau tidak salah. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa malam tersebut berada di 10 hari terakhir ini, dan berada di malam-malam ganjil. Untuk masalah lailatul qadr ini kayaknya juga semua dari kita udah paham ya, surat al-qadr aja udah pada hapal semua. Tapi, ada yang unik yang ingin saya komentari disini. Yaitu, fenomena kebanyakan kita, termasuk saya, yang selama asyrul awakhir kita hanya konsen ke malam ganjil nya saja, katanya sih ‘kan malam lailatul qadr adanya di malam ganjil....’. iya, memang benar seperti itu, tapi rasul SAW tidak pernah mencontohkan bahwa selama asyrul awakhir kalau malam ganjil beliau kenceng ibadahnya, tapi kalau malam genap beliau kendur. Nah, enggak ada kan hadist tentang begitu?. Itu artinya, Nabi SAW selama asyrul awakhir itu konsisten kenceng terus, enggak kembang kempis kaya kita. Jadi, jangan sampai kita Cuma di malam ganjil aja semangatnya, harus setiap malam semangat. Belum lagi fenomena sekarang yang jadwal puasa mulainya beda-beda, yang satu hari selasa, yang lain hari rabu. Nah, ini kan berarti malam ganjil nya yang puasa selasa bertepatan dengan malam genapnya yang puasa rabu, begitu juga sebaliknya. Nah, mungkin fenomena beda hari ini lah yang membuat kita harus konsisten tiap malam mau genap maupun ganjil. Sekali lagi, rasul tidak pernah mencontohkan semangat ibadah hanya kenceng di malam ganjil saja ya.

Begitulah pesan-pesan ayah yang disampaikan pada kita, ada 4 poin bahwa: kalau sudah masuk 10 hari terakhir kita harus menambah kesungguhan ibadah, menghidupkan malam dan membangunkan keluarga untuk ikut ibadah, melaksanakan itikaf, dan mengejar malam lailatul qadr.

Semoga Allah selalu membimbing kita dengan hidayahNya, dan menaungi kita dengan rahmatNya, dan semoga Allah jadikan kita semua hambanya yang bertaqwa. Aamiin.

Maaf postingnya telat, karena sudah jarang pegang gadget selama 10 terakhir, kata orang sunda ‘pamali, menganggu ibadah’, hehehe.

(muh)

Tidak ada komentar: