Kamis, 13 Februari 2014

Banyak Berzikir pada Allah

Saya ingat betul saat masih SMP dan SMA dahulu, hampir setiap habis sholat langsung bangun berdiri terus kumpul sama temen-temen main dan ngobrol-ngobrol sampai lupa atau mungkin males zikir setelah sholat. Nah, karena kebiasaan buruk tersebut, ayah pun komentar “kalau habis sholat tuh jangan langsung kabur, duduk dulu sebentar, zikir sama doa”. 

Wajar saja ayah komentar seperti itu karena memang setiap selesai sholat wajib di masjid ayah selalu celingak celinguk mencari anak-anaknya untuk di absen apakah kami hadir di masjid atau tidak. Apalagi kalau ayah yang jadi imam, sudah pasti selesai salam langsung berbalik badan dan menengoknengok sambil mencari satu per satu anaknya, termasuk saya. Dan kalau sudah ketemu, biasanya sebentar-sebentar beliau menengok ke arah anaknya berada sambil melanjutkan zikirnya. Mungkin tujuannya sederhana, ingin memastikan anak-anak nya (kami) hadir di masjid dan jika hadir, ayah ingin memastikan apakah anak-anaknya telat /masbuk? Atau, apakah anak-anaknya zikir ba’da sholat? Dsb. Banyak hal yang perlu ayah kami tahu tentang presensi sholat kami, kalau bahasa gaulnya sekarang ‘ayah saya KEPO sama urusan sholat anaknya, hehehe’. Ya, karena beliau serba ingin tahu tentang 1 hal penting tersebut. 

Nah, tak lama sejak teguran ayah tentang zikir tersebut, ayah memberikan nasehat di rapat keluarga. Saya ingat betul, nasehat tersebut diambil dari surat al-ahzab ayat 35, tepatnya di bagian akhir ayat tersebut, yang berbunyi “...wazzdakirina allaha katsiron wazzdakiroti a’addallahu lahum maghfirotan wa ajron ‘azhima”. Yang artinya, ‘laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah, akan disediakan baginya ampunan dan pahala yang besar’. Mungkin ini adalah salah satu ayat tentang perintah berzikir / mengingat Allah. Atau, ada juga ayat lain yang berbunyi “wadzkurullaha katsiron la’allakum tuflihun”, yang artinya ‘dan banyak-banyak lah mengingat Allah agar kamu beruntung’. 



Lalu, ayah melanjutkan penjelasannya tentang pentingnya berzikir dan macam-macam berzikir. Yang masih aku ingat sampai sekarang adalah, macam-macam berzikir yang Allah perintah kan pada kita yaitu: 1) zikir melalui sholat, seperti dalam ayat ‘wa aqimi ssholata li zikri’, dan dirikanlah sholat untuk mengingatKu, 2) zikir dengan banyak membaca Al-Quran, 3) zikir setelah selesai sholat, 4) zikir dengan ucapan2 tadzkiroh seperti istighfar, takbir, tahmid, tahlil, dsb, 5) zikir dengan banyak berdoa. Nah, 5 macam berzikir itulah yang menjadi wejangan ayah saat rapat keluarga tersebut. 

Aku masih ingat juga ayah berpesan begini ‘Allah sering memerintahkan kita melalui ayat-ayatnya dengan perintah ‘banyak2 lah berzikir’, itu artinya kita laksanain tuh semua macam zikir tersebut, dimulai dari yang wajib dulu. Sholat wajib nya jangan ditinggal, sholat sunnahnya ditambahin, baca quran nya sering-sering, kalau lagi senggang ucapin kalimat2 zikir, dan banyak2 memohon sama Allah, minta sama Allah. Karena Allah itu semakin kita inget, Dia bakal makin sering inget juga sama kita, semakin kita minta, semakin seneng Dia, karena kita meminta itu juga bagian dari berzikir, mengingat Allah’. 

Nah, pesan ayah yang sederhana inilah yang sampai sekarang kami saling mengingatkan. Setiap selesai sholat, kalau ada adik atau abang yang langsung berdiri terus jalan, kita pegang tuh kakinya terus kita bilangin ‘habis sholat tuh zikir dulu, baru jalan’. Dan ucapan tersebut paling sering saya lontarkan ke adik terkecil, karena beliau juga mirip kaya saya dulu kalau abis sholat, persis baru selesai salam, ga pakai apa2 langsung diri jalan entah kemana. Kalau saya yang di sebelahnya, langsung tuh saya pegang dengkulnya terus bilang ‘habis sholat tuh zikir dulu, jangan langsung bangun’. Terus kalau adik saya belum sadar juga, biasanya di rapat keluarga nanti disindir sama abang-abangnya ‘umi, tuh si abduh abis sholat baru salam langsung kabur aja, ga pake zikir’. Kalau sudah dikomentarin begitu di depan orang tua, baru si adik senyam senyum sambil ngangguk-ngangguk. 

Berbicara zikir ba’da sholat ini, membuat saya teringat kisah lain, yaitu kisah waktu masih sibuk ngutak ngatik organisasi di kampus dulu. Kata teman-teman seperjuangan, ‘kalau habis sholat itu yang dipegang tasbeh, bukan pegang hp, sibuk sms-an, update status pula’. Biasanya yang disindir Cuma senyam senyum terseipu malu. Kenapa malu? Ya karena kita sadar bahwa jatah waktu tersebut untuk Allah, bukan untuk yang lain. 

Nah, saat ramadhan seperti ini saya sering miris melihat lingkungan sekitar yang melakukan zikir ba’da sholat nya dengan kurang khusyuk. Sayang sekali, padahal zikir itu mengingat Allah, ada lafaz2 dan pujian2 untuk Allah, tapi seakan-akan dilantunkan dengan kurang tepat. Hal ini saya soroti terutama saat selesai sholat taraweh, di sebagian masjid ada yang melantunkan zikir2 yang menurut saya isinya baik karena sebagian ada yang ayat al-quran dan sebagian lagi zikir ba’da sholat wajib. Hanya saja, ucapan tersebut tidak diucapkan dengan ‘tadhorru’an wa khiyfatan wa dunal jahri’ sebagaimana ayat 205 surat al-a’rof, yang artinya ‘(zikir itu harus) dengan rendah hati, rasa takut, dan mengecilkan suara’. Tapi nyatanya, banyak yang saya saksikan sendiri bahwa zikir tersebut di teriak2kan dan diakhiri dengan tertawa, masyaAllah, ini zikir kok tapi di akhirnya bercanda. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya dan semoga Allah mengampuni dosa2 kita. 

Walaupun ada sebagian orang yang melarang zikir ba’da taraweh tersebut karena alasan bid’ah, tapi saya tidak ingin masuk ke ranah itu karena itu urusan perbedaan yang furu’iyah (cabang2, bukan masalah pokok agama), asal zikir tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam berzikir yang sesuai dengan ayat tadi, bahwa zikir itu harus dengan rendah hati, rasa takut, dan rendah suara. Nah, apakah fenomena di lingkungan kita sudah masuk 3 kategori tersebut? Saya kira, kita semua paham dengan jelas tiga kategori tersebut sehingga bisa menilai. Karena rendah hati, rasa takut, dan rendah suara, itu bukan bahasa aneh, bukan bahasa asing, dan kalimat tersebut tidak lah ambigu. Jadi, semuanya jelas dan gamblang, tinggal penerapannya yang masih belum gamblang. 

Kita semua yakin dan percaya bahwa Allah lah segala-galanya, Allah lah Tuhan kita, bukan hal sepele, oleh karena itu perlakukanlah Dia dengan spesial, dengan anjuran yang Dia anjurkan di dalam firman-firman Nya. Mungkin lebih entengnya, mulailah beretika yang baik dalam berkomunikasi dengan Tuhan kita, Allah SWT. 
Dengan makhluk Nya saja kita bisa ber-etika, masa dengan Penciptanya kita kurang bisa ber etika. Mungkin itu juga bagian dari alasan mengapa permintaan kita belum juga terkabul, karena kita kurang beretika baik pada Allah. Oleh karena itu, mari kita ingat Allah dengan zikir yang banyak dan zikir yang ber etika. 

Sebagai penutup, mari kita saling mengingatkan bahwa ada waktu2 yang jatahnya Allah jangan kita pergunakan untuk yang lain, dan jatah tersebut jangan dilakukan dengan cara yang kurang tepat, kurang beretika. Terutama ba’da sholat, ada waktu sekitar 5 menit itu jatah kita dengan Allah, kita banyak berzikir dan berdoa, jangan dipakai untuk yang lain. Entah itu ngobrol, main hp, dsb. Waktu untuk Dia ya kita berikan hak nya, kelak Dia akan membalas dengan yang lebih baik dari yang kita minta. Dan jangan lupa, jadi hamba yang lebih ber-etika pada Tuhannya. 

Semoga kita semua tak bosan-bosannya untuk saling mengingatkan agar kita selalu ingat Allah SWT. Dia telah memberikan kita begitu banyak nikmatNya setiap hari, maka kita pun juga harus sadar bahwa ada hak kita yang harus kita tunaikan untuk Nya. Walaupun berzikir itu mungkin hal yang mudah, tapi itu juga jangan kita kesampingkan. 

Saya ingin menutup tulisan ini dengan pesan dari AaGym, 3M. Mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang. 

Semoga Allah memberikan kita ke istiqomahan dalam berzikir pada Nya, dan semoga Dia tambah nikmat Nya kepada kita lebih banyak lagi, dan semoga kita semua termasuk hambanya yang ber-etika dan bertaqwa. 

(muh) 
23 Juli 2013

Tidak ada komentar: