Kamis, 13 Februari 2014

Teladan dalam Kebersihan

Tulisan kali ini sepertinya merupakan tema yang bobotnya paling ringan, mungkin juga termasuk sesuatu yang sering kita sepelekan. Bahkan mu gkin sudah tak perlu dalil lagi dalam menjelaskannya, karena begitu pahamnya kita akan hal ini. Apalagi, mayoritas kita sudah diajarkan sejak masih sekolah di taman kanak-kanak. Seperti kalimat berikut “an-nazhofatu minal iman”, pasti kita semua paham artinya dan tahu maksudnya. Iya, kebersihan merupakan sebagian dari iman. 

Tapi kenyataannya adalah, hal sepele ini merupakan sesuatu yang sangat berat dilakukan dan biasanya bagi orang laki-laki ini merukana hal ter-malas untuk dilakukan. Hehehe. Astaghfirullahal ‘adzim. 

Kalau biasanya ayat alquran selalu saya kutip di akhir, kali ini akan saya kutip di awal. Karena semua dari kita mungkin sudah paham. Dalam surat albaqoroh allah berfirman “... innallaha yuhibbu attawwabina wa yuhibbul mutathohhirin”. Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertaubat dan mencintai orang yang membersihkan diri. 

Memang, fenomena kebersihan ini bukan main beratnya bagi kita semua terutama kaum adam. Bahkan banyak orang membandingkan kaum hawa dan kaum adam dengan sindiran kerapihan kamar kos. Hehehe. Walaupun sebenarnya tidak bisa dijadikan patokan juga bahwa wanita selalu lebih rapih dan bersih. Faktor utama dari kebersihan ini ialah kebiasaan mendisiplinkan diri dalam kebersihan. Masih ingat pepatah kan? Bisa karena biasa. 

Saya banyak belajar, mungkin juga disindir, dengan kedisiplanan ayah dalam masalah kebersihan. Sebagai contoh, setiap pagi dan sore, hampir tidak pernah tidak, ayah selalu membersihkan halaman rumah kami baik bagian depan, samping, maupun belakang. Biasanya beliau lakukan sepulang dari masjid entah sholat subuh atau sholat asar. Padahal halaman rumah kami bisa dibilang cukup besar, untuk halaman samping saja mungkin bisi diisi 4 mobil. Belum lagi halaman depan dan belakang yang menjadi tempat koleksi tanamannya ibu untuk pelengkap bahan dapur dan penghias rumah. Akan tetapi, bukan besarnya yang saya ingin soroti, melainkan kebiasaaan / kedisiplinan ayah dalam membersihkan halaman tersebut. 

Ada lagi cerita lain, ketika saya masih di bangku SMA, saat itu ibu sedang menjabat sebagai anggota dewan yang membuat ia sibuk bukan main dan hampir setiap hari selalu pulang malam. Saat tahu ibu mau pulang, ayah selalu pesan ke kita, anak-anak nya, “rumah di paihin dong, kasian umi kalau pulang udah capek tapi liat rumah kotor, tambah capek nanti”. Begitu dengar ucapan itu, kita semua yang tadinya sedang menonton tv langsung sibuk membersihkan segala yang berserakan, minimal di ruang utama. 

Pernah juga saya mendengar cerita dari tukang batagor langganan di depan rumah, waktu rumah kami masih di jakarta. Dia bilang seperti ini “kita yang dagang malu dah sama pak aji (ayah saya), abis subuh dia udah nyapu jalan, kita Cuma nontonin aja, mau ga mau kita juga ikut bersihin”. Memang, kebiasaan tersebut dari dulu sudah beliau lakukan. Bahkan nenek saya pernah cerita ke saya bahwa ayah saya itu sudah punya kebiasaan menyapu halaman sejak masih kecil dulu. Kata nenek setiap pagi dan sore dia selalu menyapu halaman rumah. 

Memang benar sekali, bahwa bisa karena biasa. Beliau sudah bisa disiplin seperti itu tentu bukan ujug-ujug saja, melainkan ada proses kebiasaan yang telah dibangun sejak lama. Semoga kita bisa membangun kebiasaan yang sepele ini, agar kelak saat kita telah menjadi bapak, kita bisa menjadi contoh / teladan bagi anak-anak kita kelak. 

Nah, ada hal yang unik di keluarga kami dalam mengatur kebersihan ini. Hampir tiap beberapa momen tertentu, bukan sebuah rutinitas, kita selalu mengatur segmen-segmen kebersihan dalam rapat keluarga. Mungkin hal ini sengaja di angkat menjadi bahasan rapat oleh ayah agar kita semua sebagai anggota keluarga punya peran dalam membersihkan rumah dan juga membangun kedisiplinan dalam kebersihan. 

Seperti halnya rapat terbaru kemaren sebelum masuk bulan ramadhan, rumah kami dibagi menjadi 8 bagian sesuai dengan jumlah orang yang sedang stand by di rumah. Ke delapan bagian tersebut adalah: halaman sayap depan, halaman depan, halaman samping-teras, halaman belakang, rumah bagian tengah-depan, rumah bagian tengah-belakang, dapur, dan perpustakaan. Nah, setiap bagian tersebut enjadi tanggung jawab 1 anggota keluarga, termasuk saya yang memilih bagian rumah bagian tengah-depan. Untuk ruangan, memang hanya dapur dan perpustakaan saja, karena dapur adalah tempat yang selalu sulit untuk bersih karena aktivitas masak dan makan nya, sedangkan ruang perpustakaan merupakan ruang keluarga dan ruang serbaguna. Karena memang ruang perpustakaan ini biasa digunakan untuk acara-acara, kumpul keluarga, tamu, dsb, karena memang ruangannya paling nyaman dan cukup besar. Bisa menampung sekitar 80 orang jika digabung dengan ruang tamu depan. 

Begitulah ayah kami memberikan keteladanan dalam hal kebersihan, dan mengatur anggota keluarganya agar terlibat langsung dalam kebersihan rumah. 

Sebagai penutup, sekali lagi saya megingatkan diri saya sendiri dan juga kita semua bahwa “bisa karena biasa”. Mari biasakan diri kita terlibat aktif dalam hal-hal kebaikan, termasuk kebersihan lingkungan kita, karena kebersihan merupakan bagian dari iman. 

(muh) 
Serpong, 12 Juli 2013.

Tidak ada komentar: