Kamis, 13 Februari 2014

Fenomena Kebanyakan Orang

Alhamdulillah, ramadhan sudah memasuki hari ke sebelas. Itu artinya, 1/3 bagian pertama sudah kita lewati dan ini juga berarti kita telah memasuki 1/3 bagian yang kedua. Lalu, sudah sejauh mana capaian target-target ibadah kita?. Sudah kah tercapai? Atau malah melewati target yang kita canangkan, atau malah sebaliknya?. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung, yaitu orang yang hari ini lebih baik dari kemaren. Artinya, target-target itu telah kita capai. 

Setelah kita evaluasi, jika hasilnya lebih dari target berarti alhamdulillah kita bisa mencapainya dan bahkan melewatinya. Jika hasilnya sama dengan target, kita perlu waspada. Kenapa waspada? Karena awal2 ramadhan ini kebanyakan orang lagi semangat-semangat nya, berarti kalau kita hanya bisa sama dengan target kita itu berarti kita harus waspada di sisa 2/3 bulan ini, jangan sampai mengendur semangatnya. Harus bisa ditingkatkan. Nah, kalau ternyata hasil ibadah 1/3 awal ini kurang dari target, astaghfirullah berarti. Perlu di evaluasi, apakah targetnya yang ketinggian, atau kita nya yang agak malas-malasan. Semoga kita tidak termasuk yang terakhir ini. 

Memasuki pertengahan ramadhan, biasanya banyak orang yang salah strategi atau lebih tepatnya tidak aware dengan inti nilai ramadhan. Kalau kata ayah “jangan jadi kebanyakan orang, yang makin kesini makin kendor ibadahnya. Yang tadinya taraweh di masjid-masjid awalnya rame tapi makin kemari makin sepi, padahal pahala terbesarnya itu di akhir ramadhan, di malam lailatul qodr”. Memang hal ini jadi fenomena unik bagi kita, apalagi masalah taraweh kelihatan sekali. Yang tadinya di awal ramadhan hanya menyisakan satu shaf belakang, makin kemari yang ada tinggal satu shaf saja. Jangan sampai, makin berakhirnya ramadhan semangat kita makin turun, bukannya makin naik. 



Ibarat motor, awal ramadhan tuh baru pemanasan, nanti makin ke belakang makin panas tuh mesin. Jadi ibadah kita harusnya makin hari makin kenceng sampai puncaknya di malam-malam lailatul qadr, yang kata para ulama berada di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir. Ada lagi, fenomena sebagian dari kita lebih mengikuti arus pasar dan arus isu nasional. Arus pasar artinya, orang-orang ikut porsi diskon, makin berakhirnya ramadhan diskon nya makin besar jadi belanjanya makin semangat, bukan ibadahnya yang tambah semangat. Kalau kata ayah saya “kalau udah sepuluh hari terakhir, jangan sibuk belanja, sibuk mikir lebaran, mikirin kue, mikirin baju, harusnya sibukin ibadah karena anjurannya memang untuk ibadah, i’tikaf”. 

Adalagi yang isu nasional, menjelang lebaran semua sibuk mudik sampai lupa momen lailatul qadr ada di hari-hari mudik tersebut. Coba bayangin, kalau pas lagi malam lailatul qadr kita lagi tidur di mobil demi perjalanan mudik. Masya Allah. Kalau urusan ini, ayah biasanya paling getol menyindir jamaah ketika beliau ceramah, sampai ayah bilang begini “enggak ada sejarahnya, rasul saw pulang kampung, mudik, ke mekkah selama beliau tinggal di rantau madinah”. 

Kalau dulu, waktu saya masih tinggal jauh dari rumah, waktu masih kuliah di surabaya atau kerja di bontang, ibu selalu pesan “kalau pulang, cari waktu yang malam genap aja ya, biar lailatul qadr nya nggak kelewat, atau pagi2 aja”. Nah, dari pesan ibu tersebut saya jadikan strategi agar momen2 penting itu jangan dibiarkan saja tanpa strategi menghadapinya, tujuannya tak lain adalah untuk menghindari malam lailatul qadr sedang kita berada di perjalanan. 

Untuk urusan-urusan fenomena ini, ayah memang jeli dan teliti melihat masalah yang kita sibuk diluar esensi nya. Sehingga beliau sering meng-kritisi, biasanya dengan sindiran “kita tuh harus bisa melihat sesuatu yang essensial, yang penting nya, bukan yang kebanyakan orang lakuin”. 

Nah, memasuki 1/3 kedua ini, mari kita tingkatkan kembali ibadah kita, dan kita persiapkan dengan sebaik-baiknya strategi agar nanti di 10 hari terakhir kita tidak jadi kebanyakan orang yang ikut fenomena arus pasar dan arus nasional, sibuk mudik dan sibuk nyiapin lebaran. Kita atur strategi dari sekarang, kita istiqomahkan ibadah agar nanti di 10 hari terakhir bisa menjadi puncaknya ibadah-ibadah kita. Ibarat penyanyi nih, lagi peak perform nya banget dah, lagi bagus-bagus nya, lagi laris-larisnya. 

Begitu juga kita, jangan mau-mau saja ikut arus kebanyakan tanpa melihat mana poin yang essensialnya, mana yang penting yang sebenarnya dianjurkan oleh nabi. Jangan jadi ‘asal ada’ aja. Harus bisa dimaksimalkan bonus-bonus yang Allah berikan di bulan penuh berkah dan rahmat ini. 

Sebagai penutup, saya ingin mengutip sedikit pesan ayah ketika rapat keluarga kemaren pagi tentang surat al-‘ashr. Kata beliau, “para sahabat setiap mau berpisah selalu baca surat al’ashr, tujuannya adalah agar mereka saling mengingatkan dan menasehati dan agar selalu ingat bahwa manusia itu selalu dalam kerugian, kecuali yang sabar dalam keimanan dan sabar dalam mengerjakan amal sholeh”. 

Oleh karena itu, mari kita saling mengingatkan agar kita tidak terjerumus pada fenomena kebanyakan orang yang ternyata itu bukan hal yang penting yang dianjurkan oleh nabi saw.

Bagi para orang tua, jangan bosen-bosen ngingetin anaknya, bagi para suami jangan bosen ngingetin istrinya, begitu juga sebaliknya. Dan, bagi para kakak dan abang, jangan malu ngingetin adik-adiknya. Begitu juga para adik, jangan sungkan mengingatkan abang dan kakak nya. 

Sebagai contoh, kami di rumah hampir tiap beberapa kali sehari (ingat ya? beberapa kali sehari, bukan beberapa hari sekali), ayah selalu nanyain “udah khatam quran berapa kali?”. Nah, cara mengingatkan tersebut cukup ampuh karena caranya halus sekali, karena dalam pertanyaan tersebut tersirat makna ‘quran nya dibaca yang banyak ya’. bukan sekedar pertanyaan belaka. 

Semoga kita semua bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita, bisa menyiapkan strategi agar 1/3 terakhir nanti yang masih sepekan lagi bisa dilewati dengan tepat tidak seperti fenomena arus pasar dan isu nasional, semoga kita bisa meng-istiqomahkan performa ibadah kita hingga puncaknya malam lailatul qadr nanti, dan semoga kita tidak bosan untuk saling menasehati, dan saling berlomba-lomba dalam kebaikan. 

Semoga ramadhan kali ini menjadi ramadhan terbaik buat kita. Aamiin. 

(muh) 

Tidak ada komentar: