Selasa, 14 September 2010

Training RAMADHAN: Bekal Sepanjang Tahun



Hampir semua khalayak umum pasti paham dengan kata “training” atau pelatihan dan tentunya kata-kata tersebut sangat tidak asing lagi bagi kita. Sebagai contoh training ESQ, pasti kita semua paham akan training tersebut. Dari mulai apa itu trainingnya, bagaimana caranya, hingga seberapa besar dana yang dikeluarkan. Apalagi civitas akademika ITS, pastinya semua pernah mengalaminya. Tapi pertanyaannya, apakah ada perubahan yang mendasar dari dalam diri kita? Bagaimana dampaknya, apakah memiliki dampak sesaat atau permanen? Atau jangan-jangan training tersebut hanya lecutan emosi sesaat yang membuat kita meneteskan air mata dan berubah beberapa saat lebih kalem tapi tak berbekas dikemudian hari? Sepertinya kita semua bisa menjawabnya.
Kawan, kiranya itulah training-training yang terjadi saat ini dan itu kita alami. Tapi ada sebuah training maha dahsyat yang sangat tidak mungkin dapat dikelola oleh trainer-trainer handal, sekelas internasional sekalipun. Why? Karena training tersebut tanpa membutuhkan “trainer”, tanpa paksaan sedikitpun, tidak butuh biaya khusus, tidak perlu publikasi, apalagi registrasi, dan tidak hanya 1 atau 2 hari saja melainkan satu bulan full. Training itu unik sekali kawan, hanya butuh 1 hal, Keimanan.
Ya, training itu baru saja kita lewati kawan. Training maha dahsyat dari sang khaliq untuk kita ummat Islam, training Ramadhan, yang biasa kita sebut Syahrut Tarbiyah, bulan penTrainingan. Percayakah engkau bahwa training tersebut diikuti oleh jutaan bahkan milyaran orang dan dilakukan secara serempak diseluruh seantro jagad raya ini. Training yang membuat semua orang saling berlomba-lomba dalam ajang “Fastabiqul Khoirot”, training yang disana terjadi perubahan besar didalam diri kita. Training yang menyebabkan semangat ibadah kita naik berkali-kali lipat. Tak bukan dan tak lain itu semua karena keimanan kita pada yang Maha Kuasa, yang dicontohkan lewat Rasul SAW dan yang dituliskan dalam Al-Quran, yang karenanya kita paham akan proses dan tujuan dari intisari hidup ini.
Bisa kita bayangkan training tersebut ibarat proses seekor ulat menjadi kupu-kupu. Ulat yang begitu jijik, jelek, kotor, dan kurang bermanfaat, ditraining beberapa saat didalam benda ajaib yaitu kepompong. Sekian hari ulat itu ditraining tanpa makan dan minum, hingga terjadilah proses training/tarbiyah yang luar biasa dahsyat hingga dengan kehendak yang maha Kuasa berubahlah seekor ulat yang menjijikkan itu menjadi seekor kupu-kupu yang sangat cantik, sangat nyaman dilihat, bahkan menjadi interior taman-taman dan sangat dicintai banyak orang terutama kaum hawa. Nah, begitu pula training Ramadhan yang baru saja kita lewati.
Ulat yang jijik itu ibarat kita semua sebagai manusia yang dhoif (lemah) di mata Allah, sedangkan kepompong ibarat lembaga training bernama Tarbiyah Ramadhan yang diatur langsung oleh yang maha Pengatur jagad raya, dan proses maha dahsyat yang terjadi didalam kepompong bagaikan mujhadah kita dalam “Fastabiqul Khairat”, dari mulai amalan-amalan wajib kita yang selalu tepat waktu seperti sholat fardhu, puasa kita yang begitu melelahkan padahal begitu berharga disisiNya, amalan-amalan sunnah kita yang luar biasa meningkat berkali-kali lipat diluar waktu itu, infaq-infaq kita yang begitu banyak dan berlimpah, tilawah-tilawah quran kita yang begitu banyak hingga Khatam berkali-kali, i’tikaf kita yang tidak pernah bolong, bahkan qiyamullail kita yang pantang putus, hingga puncaknya saat kita semua meraih malam “lailatul Qadr” dengan penuh keimanan dan kekhusyu’an.
Itu semua lahir karena semangat yang menggebu-gebu dan meningkat berkali-kali lipat. Dua semangat yang timbul bersamaan, semangat dalam beribadah dan semangat dalam menahan hawa nafsu. Tahukah kawan, dari mana semangat itu? Tak lain dan tak bukan, semangat itu ialah keimanan kita pada Allah. Semakin bertambah iman kita, semakin tinggi pula dua semangat itu secara bersamaan. Jika kita sadari lebih jauh, itulah keimanan kita yang sebenarnya pada yang maha Esa, Rabbul Izzati.
Luar biasa kawan, betapa indahnya iman kita, betapa mulianya iman kita. Andai iman itu berupa organ tubuh, aku ingin sekali menggenggamnya, bahkan ku ingin sekali memeluknya dengan erat, bila perlu kupelihara melebihi organ yang lain karena derajatku yang abadi bergantung dengan kualitasnya saat hidup ini. Sayang, itu hanya mimpi belaka, aku hanya bisa merasakannya dan merindukan kembali saat-saat imanku diposisi terbaik, dipuncak keimanan padamu ya Rabbi. Zadathum imana...., liyazdaadu imana.... Allahu Rabbi, aku ingin teriak sekeras-kerasnya seakan-akan aku telah lahir kembali, karena aku cinta Engkau yang telah memberi keimanan padaku.
Dengan selesainya Ramadhan, ada baiknya kita menjaga semangat keimanan kita setelah Ramadhan, kita mulai dengan menjaga amalan sunnah puasa 6 hari dibulan syawal, agar training ini tetap terjaga dalam kehidupan kita meskipun Syahrut Tarbiyah sudah kita lewati. Karena ganjaran puasa syawal luar biasa besarnya sebagaimana yang dijelaskan hadist berikut:
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian disusul dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka puasanya itu bagaikan puasa sepanjang tahun" [HR. Muslim]

Bandara Juanda Surabaya, 17.55
10 September 2010
Muhammad A Hasib