Kamis, 13 Februari 2014

Beribadah yang Benar

Zaman sekarang siapa kira-kira yang ga kenal facebook, twitter, instagram, dll. Segala macan jenis sosial media yang sudah menjamur kaya baju SMA kita yang sudah lama tak terpakai. Hehehe. Seakan-akan med-sos tersebut menjadi sihir hebat hingga waktu kita habis dengan hanya mengutak-ngatik apliaksi tersebut. 

Semua orang bebas ber-ekspresi di jejaring aplikasi tersebut. Dengan isi yang bermacam-macam sepertinya membuat kita lebih ekspresif. Kalau enggak percaya, coba aja bacain terus status fb dan tweet nya teman-teman di beranda dan timeline kita. Pasti isinya unik-unik. Kadang ada yang bikin tawa, ada lagi yang bikin menusuk hati, ada lagi yang bikin mulut dan kuping ikut panas bacanya, malah ada orang yang sampai terlalu emosi ketika membaca status-status yang ada di berandanya. Entah apa itu isinya, yang jelas itu merupakan sebuah konsekuensi ketika kita jalin pertemanan di dunia sosial media yang begitu ramai tak kenal henti. Tapi, tak sedikit juga yang mengambil manfaat dari jejaring tersebut, dengan hanya tulisan yang beberapa kalimat tapi punya manfaat luar biasa hebat.



Sobat, coba deh sekali-kali sekitar jam 20.00 buka fb terus pantengin daftar status yang masuk di beranda kita. Terutama pas Ramadhan kaya sekarang ini. Nah, gara-gara saya ikutan baca status-status orang di jam tersebut-lah yang membuat saya tergelitik geli ingin menulis sesuatu disini. Yaitu seputar sholat taraweh yang sudah seperti Moto GP, sholat sunnah tersebut dijadikan ajang membuat rekor-rekor waktu tercepat dengan penyelesaian lap terbanyak. Ada yang 11 lap, 23 lap, dsb. Sudah begitu, si makmum merasa bangga dengan sholat secepat itu, masya Allah. Ini sholat kawan, bukan adu cepat Moto GP. 

Bermacam-macam isi tentang rekor tersebut, hingga sampai ada di beranda saya status yang isinya begini “sholat taraweh pecahkan rekor, 15 menit 23 rokaat selesai...”. Begitu saya baca, masya Allah, kenapa kok ini dijadikan ajang rekor seperti ini? Sebenarnya kita kebayang nggak ya, kalau sholat itu merupakan komunikasi kita degan Tuhan kita, Allah SWT. Kebayang kan kalau itu dilakukan dengan begitu cepat, hingga dijadikan ajang adu rekor?. Saya akan kasih logika sederhana berikut ini. 

Seandainya kita dipanggil oleh atasan kita / dosen kita dan mereka ingin berbicara (komunikasi) dengan kita. Lalu saat bicara tersebut, kira-kira sikap kita bagaimana? Buru-buru kah? Atau malah ngomong sembarang tanpa mengerti dengan jelas apa yang dibicarakan? Atau bahkan, diskusi tersebut tanpa adanya etika kesopanan antar sesama?. Nah, pasti tidak begitu kan? Pasti kita penuh antusias (khusyuk), ber etika yang baik, berbicara dengan jelas (namanya berbicara jelas pasti enggak buru-buru kan sob?), dsb. Ya seperti dulu waktu SD kita belajar PPKN lah, segala sesuatu yang baik-baik pokoknya. 

Nah, itu kalau sama atasan atau dosen, apalagi dengan Allah? Allah itu yang nyiptain kita, yang nyiptain semua yang ada di dunia dan segala isinya, yang memberi petunjuk, yang mengatur kehidupan kita, yang nentuin nasib kita, nentuin hidup mati dan rezeki kita, yang segala-gala nya dah pokoknya. Masa iya kita masih main-main?. Astaghfirullahal’adzim wa natubu ilaihi. Kami bertaubat pada Mu ya Rabb jika selama ini kami bermain-main dalam komunikasi, hablun minallah, dengan Mu. 

Kira-kira kalau kaya status yang tadi, sholat 23 rokaat dalam waktu 15 menit, kebayang nggak kita? 23 rokaat berarti kan 10 kali sholat 2 rokaat dan 1 sholat witir 3 rokaat. Bisa kebayang enggak berapa menit per rokaatnya? Masya Allah kan. 11 sholat 15 menit. Berarti per sholatnya kurang lebih 1,5 menit, 1 rokaatnya berarti 0,75 menit atau 45 detik. Kira-kira yang begitu khusyuk tidak? Silakan di jawab sendiri. Batin saya sih jawabnya, ’45 detik saja belum cukup untuk membaca semua bacaan gerakan sholat dalam 1 rokaat. Itu saja belum cukup, lalu bagaiaman dengan al fatihah nya? Thuma’ninah nya? Jeda antar gerakan sholat nya?’. Masya Allah, ampuni dosa hamba ya Rabb. 

Kira-kira kalau model sholat kita masih begini, Allah respon kita dengan apa?. Seperti hal nya atasan / dosen tadi, ketika kita bicara dengan mereka lalu bicara kita persis kaya model sholat ala moto GP tersebut, bakal merespon apa atasan / dosen kita?. Marah? Sudah pasti. Gebrak meja? Bisa jadi. Maki-maki? Semoga saja tidak. Waduh, saya enggak kebayang dah Allah bakal respon dengan apa. 

Alhamdulillah, Allah tuh maha pemaaf, maha penerima taubat, cepet-cepet dah kita minta maaf. Salah sekali dua kali enggak masalah, agar segera taubat. Yuk kita taubat, minta ampun sama Allah, dan perbaiki sholat kita. 

Ingat kan? Kalau sholat itu adalah hal pertama yang akan ditanya oleh Allah di akhirat kelak. Semoga sholat kita makin hari makin baik, terutama sholat wajibnya. 

Saya pernah membaca sebuah tulisan tentang sholat taraweh, bahwa sunnah Rasul SAW dalam melaksanakan sholat taraweh / qiyamullail adalah memperpanjang bacaan. Sebagai contoh, beberapa hadist beliau SAW yang mengatakan bahwa Nabi SAW sholat malam sampai kakinya bengkak, atau ada juga yang 1 rokaatnya membaca surat-surat panjang macam al-baqoroh (bayangin ya, al-baqoroh itu 2,5 juz kurang dikit, lebih tepatnya 49 halaman, 286 ayat). Nah, sudah kebayang kan kaya apa sunnah Nabi SAW? Yang jelas bukan mempercepat sholat apalagi dengan mempersingkat bacaan sholat. Udah dipersingkat, dipercepat pula, wassalam lah kita. 

Mungkin tak perlu sampai ikut-ikutan sampai kaki kita bengkak-bengkak untuk sholat taraweh, paling tidak kita khusyuk, menghayati, dan tentunya sesuai dengan anjuran dan aturan dalam Al-Quran dan Hadist. Seperti misalnya ‘wa rottilil qurana tartila’ yang artinya, bacalah al-quran dengan tartil (perlahan-lahan). 
Atau dengan adanya thuma’ninah atau jeda pada setiap gerakan, dsb. Tentunya sholat bukan lah hal yang awam bagi kita, se bodoh-bodohnya kita insyaAllah urusan sholat masih paham secara umum. 

Kalau sudah kita pahami, mari kita jalankan, kita tunaikan mulai dari sekarang. Kita biasakan sholat / komunikasi dengan Allah dengan cara yang sepatutnya. Jangan lagi sibuk mikirin debat karena beda ada yang 11 rokaat ada yang 23, atau ada qunut subuh atau tidak, dsb. Bukan itu yang harus kita ramaikan, tapi semangat menjalankan ibadah dengan benar lah yang harus kita perjuangkan. Kalau kata ayah saya ‘mau 11 rokaat atau 23 rokaat, keduanya bener, yang salah itu yang enggak sholat taraweh. Mau pakai qunut apa enggak, keduanya benar, yang salah yang enggak sholat (subuh)’. 

Sekali lagi saya mengajak kepada semua kawan, jangan lagi kita disibukkan dengan debat sesuatu yang beda dalam islam, karena yang kita perdebatkan itu hanya masalah furu’iyah, masalah cabang-cabang, bukan hal yang pokok. Dan mulailah jeli dari sekarang, jangan mau kita disibukkan dengan hal yang sia-sia, berdebat yang tidak penting, atau seperti di awal tadi, sholat ala moto GP, tapi sibukkan diri kita setiap hari dengan beribadah yang benar, agar kita semua menjadi orang-orang yang bertaqwa. 

Sebagai penutup, saya ingin mengutip salah satu ayat di surat An-Nashr ayat 3 ‘fa sabbih bihamdi robbika wastaghfirhu, innahu kana tawwaba’. Artinya, maka bertasbih dengan memuji tuhan mu dan mohon ampunlah, sungguh Dia penerima taubat. Sejak ayat tersebut turun, Rasul SAW selalu berdzikir dengan bacaan yang sesuai dengan urutan ayat tersebut yaitu: tasbih, tahmid, istighfar, dan taubat, dengan ucapan ‘subhanallahi, wabihamdihi, astaghfirullah, wa atubu ilaihi’. Atau di riwayat lainnya ‘subhanakallahumma robbana wabihamdika, allahummaghfirli’. Dan hingga menjelang wafatnya beliau rutin membaca dzikir tersebut, bahkan dianjurkan kita membaca dzikir tersebut di sujud kita (saat sholat). Kalau saya tidak salah dengar, ayat tersebut turun menjelang wafatnya beliau, karena ditandai dengan fathu makkah (ayat 2 An-Nashr) *cmiiw. Begitulah salah satu cara Rasul bertaubat kepada Allah. 

Ya Rabb, seandainya kami sering lalai karena tidak benar dalam menjalankan perintahmu, ampuni kami ya Allah, kami bertaubat pada Mu, dan bmbinglah kami ke Jalan Mu yang lurus. 

Sahabat, kesalahan-kesalahan kita yang lalu, terutama dalam sholat, mari kita perbaiki lagi. Mari kita saling mengingatkan dengan cara-cara yang baik. Dan saya mohon maaf jika memang ada yang kurang tepat dalam tulisan ini. Semoga kita semua selalu mendapat bimbingan dan rahmat Nya dalam menjalani setiap detik kehidupan ini. Semoga Allah memberikan keistiqomahan pada kita dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini, hingga kelak kita termasuk hambaNya yang bertaqwa. 

subhanallah, wabihamdihi, astaghfirullah, wa atubu ilaihi. 

(muh) 
Serpong, 22 Juli 2013. 

Tidak ada komentar: