Kamis, 13 Februari 2014

Peduli Kerabat Dan Saudara

Rabu kemaren, sekitar seminggu sebelum ramadhan, kami semua (anak-anak) yang sedang ada di rumah di panggil ayah untuk berkumpul di teras belakang rumah. Saat semua sudah berkumpul, ayah pun angkat bicara “ini kan sudah mau masuk ramadhan. Nah kalau abi ada rezeki kan biasanya kita bagi-bagi sembako ke sodara-sodara deket yang di bangka, di kalibata, citayam, dsb. Juga buat ustadz-ustadz yang pengorbanannya besar”. Sambil mengambil sehelai kertas dan pulpen, beliau melanjutkan “kalau tahun lalu kan kita bagiin beras, tapi kalau beras bawanya berat, sekarang abi mau bagiin sembako aja”. 

Hari itu kebetulan di rumah hanya ada aku, dan 1 adik laki-laki dan 1 adik perempuan yang keduanya tepat berada di bawah ku. Ayah pun memberitahukan bahwa budget setiap orang sekitar 150 ribu-an, lebih sedikit tidak masalah. Akhirnya, kami pun berunding sembako apa saja yang akan dibeli. Kata ayah, syarat sembako tersebut adalah bahan yang sering dibutuhkan saat berpuasa dan bahan nya berkualitas, yang bagus. Ada 8 item yang telah kami putuskan yaitu: mie 1 dus, gula 1 kg, minyak goreng 2L, sarden ukuran besar 1 kaleng, susu cair 1 kaleng, teh 1 kotak, kecap ukurang sedang, dan saos ukuran besar. Semua barang tersebut sudah dicatat rapih oleh adik perempuan ku karena saat itu kebetulan beliau yang ditunjuk sebagai notulen rapat. 

Setelah pemilihan barang semobako sudah selesai, ayah melanjutkan bahasannya yaitu daftar saudara yang akan diberikan. Nah, mulai lah kita me-list semua saudara yang kita ingat baik dari saudara pihak ayah dan pihak ibu. Dari mulai nenek, saudara kandung, paman, bibi, teman dekat ayah, dan tak lupa daftar ustadz-ustadz. Setelah selesai di tulis, ternyata semuanya berjumlah 52 orang. Kata ayah “nanti belinya lebihin jadi 55, biar nenek tambahin sisa kuota itu, barangkali ada sodara yang belum kesebut”. 

Setelah selesai pembahasan, uang pun dikasih ayah sekitar 10 juta dan kita langsung membeli barang-barang tersebut dan menuju ke lokasi utama untuk penyerahan yaitu di rumah nenek di bangka, mampang, jakarta selatan. Karena memang mayoritas saudara yang akan diberikan sembako ada disana. 

Diakhir rapat, ayah menyampaikan pesannya pada kita semua bahwa: 
Kita harus peduli sama saudara-saudara kita. Karena kalau kita peduli sama saudara, mereka akan mendoakan kita, mereka akan inget kita terus, dan mereka juga akan peduli sama kita. orang itu tidak melihat isi yang kita kasihkan tapi yang dia lihat siapa yang kasih? Walaupun yang kita kasih ga seberapa, Cuma sembako doang, orang akan inget kita terus, di doain sama mereka. 

Kalau kita memberi sesuatu ke orang, orang itu merasa seneng, bahagia. Dia tidak peduli yang dikasih apaan, walaupun Cuma sembako yang harganya enggak seberapa tapi mereka akan senang. Nah, kebiasaan kita menyenangkan orang lain, terutama saudara sendiri, jangan sampai putus. 
Dengan kita peduli sama saudara, kita jadi kenal saudara kita. Mereka ada dimana, namanya siapa, kondisinya gimana? Dsb. Jadi kita semakin kenal siapa saudara kita dan saudara kita juga makin kenal siapa kita. Dan ternyata saudara kita banyak ya... hehehe. 

Menjelang ramadhan, terutama selama ramadhan, biasain keluarin duit untuk infaq. Jangan disimpen aja buat mudik, apalagi buat belanja lebaran. Infaq in ke orang, kasih ke saudara-saudara. Selama kita ada rezeki, kita harus ingat sama saudara. Walaupun kita sudah cukup jauh tinggalnya dari saudara-saudara tapi tetep kebiasaan peduli dan infaq terutama saat ramadhan ini jangan sampai putus 

Akhirnya, sekitar jam 10 lewat kami berangkat dari serpong untuk belanja, lalu dilanjutkan bagi-bagi sembako di daerah bangka, mampang, kalibata, dan terakhir di cawang. Alhamdulillah, jam 10 lewat malam hari kita sudah kembali ke rumah. Banyak hikmah yang saya dapat dari kebiasaan ayah peduli pada saudara menjelang ramadhan ini, saya jadi makin kenal sama saudara kita, makin tahu bagaimana kondisi mereka, dsb. Semoga Allah memberikan keberkahan pada kita semua, memberikan keistiqomahan agar terus peduli dengan sesama nya, dan semoga Allah berikan kita rezeki agar kelak kita maksimalkan untuk berinfaq di jalanNya. Aamiin,,. 

Sebagai penutup, saya jadi teringat salah satu ayat di surat Al-Baqoroh tepatnya ayat 177, yang mengupas tentang kebaikan. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa “... akan tetapi kebaikan adalah siapa yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, al-quran, para nabi, dan memberikan harta yang ia cintai pada kerabat dekat, anak yatim, orang miskin....”. dalam ayat tersebut dijelaskan betapa prioritasnya kita memberikan apa yang kita cintai kepada kerabat dekat kita, termasuk saudara-saudara dekat, bahkan dalam ayat tersebut kerabat dekat disebutkan lebih dahulu dari anak yatik dan orang miskin. Itu berarti semakin prioritasnya semakin besar. Jangan sampai kerabat dekat kita tidak merasakan manfaat adanya kita, apalagi kalau sampai mereka berujar “dia mah inget kita kalo susahnya aja”. Astaghfirullah, semoga kita tidak termasuk kategori tersebut. 

Di bulan ramadhan ini, mari kita koreksi diri kita, kita ingat-ingat kembali sahabat-sahabat kita, saudara-saudara kita, apakah masih ada dari mereka yang kesulitan melaksanakan ibadah ramadhan karena keterbatasan rezekinya. Jika masih ada, segera kita menjadi orang pertama yang bergegas membantu mereka, walau mungkin nilainya tak seberapa tapi orang tersebut akan merasakan bahagia bukan main jika kita sebagai orang dekatnya begitu peduli. 

Semoga Allah menjadikan ramadhan tahun ini sebagai ramadhan terbaik bagi kita, terlebih lagi dalam hal peduli pada kerabat dekat. Aamiin. 

(muh) 
Serpong, 9 Juli 2013

Tidak ada komentar: