Rabu, 18 Mei 2011

Ku Berharap Suatu Hari Nanti....

Entah mengapa malam ini aku terpikir untuk menulis dan rasanya ingin menyampaikan sesuatu kepada sahabat-sahabatku nan jauh disana, di kampus tercinta, yang sedang berjuang di jalan Dakwah. Semoga Allah selalu melindungi kita semua.
Jam menunjukkan pukul 23:55, lagi-lagi aku masih terbangun ditengah malam. Entah mengapa belum bisa memejamkan mata, padahal hari ini agenda cukup padat. Aku harus berkunjung ke kampus UI Salemba untuk bimbingan ke salah satu dosen dan beliau pembimbing TA ku di perusahaan. Mungkin sekaligus aku ikut kuliah beliau dan tak lupa pula keliling kampus sekedar untuk melihat kampus tua, yang katanya sebagai cikal bakal kampus UI depok saat ini. Lelah hari ini pun ku tutup dengan menonton TV dengan sedikit hidangan mie rebus buatan sendiri, kebetulan Jakarta sedang diguyur hujan. Sangat nikmat.

Baru saja aku ingin memejamkan mata dan menyetel alarm, ternyata ada 3 SMS yang telah masuk dari tadi dan belum kubaca. Salah satu SMS tersebut dari sahabatku mantan PH JMMI 1011, beliau ingin meminta masukan untuk akhwat di ITS terutama di JMMI dan mungkin juga untuk beliau, sebagai bahan introspeksi. Sebenarnya SMS ini cukup berat bagiku untuk dijawab tapi ternyata gara-gara SMS tersebut aku pun terbangun dan terbersit keinginan menulis sesuatu untuk sahabat-sahabat nan jauh disana. Semoga saja bermanfaat.

Tak banyak yang ingin kusampaikan masalah akhwat, ataupun masalah kewanitaan. Apa lagi kalau akhwat JMMI mendengar omonganku, pasti mereka pun acuh tak acuh karena mereka mungkin sudah bosan dengan berbagai ‘sindiran’ yang mungkin menggores hati mereka. Semoga Allah memaafkan hamba. Tapi walaupun aku bukan PH lagi dan juga bukan DPP JMMI, tetap saja ada keinginan hati untuk menyampaikan apa yang sebenarnya ingin kusampaikan, walaupun sudah tersampaikan sejak lama, mungkin belum dipahami atau mungkin penyampaiannya belum tepat atau tidak dengan cara yang baik. Semoga lewat tulisan ini, menjadi cara terbaik ku dalam menyampaikan bagian dari perbaikan dakwah.

Hanya ada dua hal yang ingin aku sampaikan kepada para wanita pengemban dakwah di kampus tercinta ITS, akhwat. Pertama, akhwat itu harus menunjukkan semangatnya dalam membawa misi perubahan dakwah ke arah yang lebih baik, karena kalau akhwatnya saja tidak bersemangat, terutama PH nya, bagaimana mungkin ingin menyemangati perempuan lainnya baik itu pengurus JMMI, wajihah lain, atau mungkin para mahasiswi yang akan menjadi objek dakwahnya. Dulu ketika jadi PH saya lebih suka dengan kata-kata ‘POWER’. Ya, akhwat harus menunjukkan powernya. Walaupun kata tersebut mungkin menyimpan banyak kenangan/ lebih tepatnya goresan luka bagi akhwat yang merasa. Tapi, itulah intinya. Akwat harus terlihat semangat, jangan pernah mau kalah dengan ikhwannya. Semangat itu bukan berarti harus fisiknya kuat dan bisa bekerja seperti pekerjaannya ikhwan, bukan itu. Tapi lebih kearah bagaimana akhwat itu memiliki keinginan yang kuat untuk merubah kultur dakwah yang kurang baik, bisa meyakinkan ikhwan ketika syuro bukan hanya menolak tanpa alasan, berani berbicara bila dikasih kesempatan berbicara, tidak saling menunggu dan melempar amanah apalagi taujih, respek terhadap masalah-masalah yang sedang berkembang, punya inisiatif tinggi dalam merealisasikan ide, dan dibuktikan dengan kinerja yang memuaskan atau jelas hasil kerjanya, tidak hanya bersuara tapi dibuktikan dengan realita dan kinerja. Jangan lagi ada kata-kata ‘akhwat itu solutif tapi tidak realistis’. Kata-kata tersebut paling sering terdengar di ikhwan ketika akhwat angkat bicara. Artinya, ide-ide akhwat itu cobalah benar2 dibuktikan bahwa kita itu bisa melakukannya, bukan sekedar ide dan yang mengerjakan nantinya ikhwan saja.

Coba kita teladani shohabiyah Asma’ binti Abu Bakr. Beliau wanita yang luar biasa, tak pernah mengeluh dengan amanahnya yang sangat berat bagi seorang wanita tatkala harus membawa perbekalan makanan bagi ayahnya dan Rasulnya kala bersembunyi di Gua. Setiap pagi dan petang harus naik turun bukit bebatuan, bukan pekerjaan yang mudah tapi Asma’ ketika menyanggupi amanah tersebut benar-benar dibuktikan dengan kesanggupannya walaupun itu berat baginya, karena itulah amanah yang diberikannya saat itu. Tidak hanya bersedia tapi dia buktikan dengan kinerjanya yang istiqomah. Padahal zaman sekarang, tidak ada akhwat yang mendapat amanah tersebut di jalan dakwah ini, tapi cobalah kita teladani semangat dan keistiqomahan Asma’, serta beliau tunjukkan kesediaannya itu dengan kinerja yang luar biasa bagi skala perempuan. Semoga kita bisa meneladani semangat juang beliau, amin.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An-Nisaa: 124)

Yang kedua yang ingin saya sampaikan ialah, akhwat harus bisa menunjukkan kelebihannya, bukan kekurangannya. Ingat akhi wa ukhti, akhwat ada itu bukan untuk mempersulit jalan dakwah ini, tapi keberadaan mereka untuk mempermudah dan mempercepat kesuksesan dakwah. Akhwat ada itu bukan untuk membuat ribet aturan syar’i, tapi keberadaannya untuk mempertegas aturan syar’i. akhwat ada itu bukan untuk membuat dakwah semakin ekslusif, tapi membuat dakwah itu lebih menjangkau semua objek terutama wanita. Akhwat ada itu bukan untuk membuat dakwah itu keras dan menyulitkan, tapi ada untuk menghadirkan kelembutan dan kemudahan. Akhwat ada itu bukan sebagai benalu, tapi sebagai bunga yang menebar keharuman untuk sekitarnya. Jangan sampai ada kata-kata ‘ada dan tidaknya akhwat itu sama saja’. Intinya, akhwat itu harus menunjukkan kelebihan yang dimiliki, bukan untuk menampakkan kekurangannya. Karena kita semua sadar bahwa dakwah itu tidak mungkin tanpa wanita, dakwah itu tidak mungkin ikhwan akhwat berjalan sendiri-sendiri padahal qiyadah kita dalam dakwah hanya satu saja, termasuk di JMMI. Begitu pentingnya keberadaan akhwat dalam jalan ini. Ingat ukhti, antunna adalah tiang negara. Maka dari itu bagaimana melihat negara, ya lihatlah wanitanya. Bagaimana melihat ITS, ya lihatlah wanitanya. Bagaimana melihat JMMI, ya lihatlah akhwatnya.

Coba kita pelajari shohabiyah Aisyah binti Abu Bakr, ummul mukminin. Beliau sungguh wanita luar biasa, berkat kecerdasan beliau lahirlah banyak hadist dan bahkan terbanyak dari beliau. Beliau bukan sekedar satu-satu nya istri nabi yang termuda tapi lebih dari itu kemanfaatannya. Banyak memberikan teladan sebagai wanita dan benar-benar keberadaannya itu mebawa manfaat untuk para muslimah hingga saat ini. Beliau benar-benar bisa menunjukkan sisi lebihnya dengan kecerdasannya. Semoga kita, keluarga kita, dan keturunan kita bisa meneladani beliau, amin.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 71)

Mungkin itu yang sangat ingin kuberikan untuk para wanita yang istiqomah di jalan dakwah ini. Sungguh, bukan untuk melukai hati kalian semua. Dengan segala kelembutan yang kalian miliki, semoga ini menambah sisi kekuatan dakwah muslimah. Sekali lagi, bukan karena hamba ingin melukai atau mungkin memperburuk suasana tapi ingin sekali rasanya bisa berkontribusi untuk perubahan dakwah ini. Karena dakwah kita adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Seandainya aku masih punya waktu seperti dahulu, dikala dakwah kampus masih mendarah daging, ingin sekali berteriak menyampaikan ini semua, dengan harapan agar para akhwat bisa bersemangat dan termotivasi. Seandainya cara tersebut kurang baik, mungkin inilah cara yang tepat dan dengan lembut kusampaikan pesan ini, dengan setulus hati.

Perubahan itu akan ada, selalu ada, dan bangkitlah saudara-saudariku, karena Harapan itu selalu Ada. Ya, ku berharap suatu hari nanti akan ada perubahan besar.

Akhi wa ukhti fillah, jangan pernah kita berpikir apa yang kita lakukan ini sia-sia, sedikitpun, sekecil apapun yang kita lakukan untuk jalan dakwah ini, yakinlah bahwa Allah akan membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah. Masih ingatkah hadist “Man dalla ‘alal khoiri ka fa’ilihi”, barang siapa yang memberi tau/mengajak kebaikan maka baginya pahala kebaikan (orang-orang yang mengikutinya). Faman ya’mal mitsqoola dzarrotin khoiron yaroh; barangsiapa yang melakukan kebaikan walaupun sebesar atom, maka akan dibalas dengan kebaikan pula. Sekali lagi, akhi wa ukhti fillah, jangan pernah kita berpikir apa yang kita lakukan ini sia-sia, tetap semangat dan istiqomah dalam mengemban amanah dakwah ini.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?." (QS. Fushilat: 33)

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mulia. Para da’i yang terus menerus berusaha membuat diri dan sekitarnyamenjadi lebih baik.

Ahad 1:04 am.
Jakarta, 15 Mei 2011.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Dan satu saat saya juga berharap ikhwan di ITS benar2 memahami konsep amanah dakwah. Bahwa amanah dakwah tak hanya bersifat struktural, ga hanya terkurung di LDJ dan LDK. Ranah dakwah itu di semua sektor. Di manapun kita berada di situlah kita berdakwah jadi ketika diminta berdakwah di himpunan, para ikhwan tak boleh ada yang menjawab: Itu bukan ranah kita...!

Muhammad A hasib mengatakan...

dan yg terpenting, dakwah jangan sampai mengorbankan ukhuwah. karena seburuk, sejelek, sebencinya kita, tetap saja mereka saudara kita yang membantu kita.
mungkin, kt perlu memanfaatkan tenaga tmn2 TI, untuk memanaj SDM biar tdk saling "sikut" antar sesama kawan. jd inget pepatah, the right men on the right place.

iya, jazakallah masukannya.
semoga bs membangun semangat kawan2 yg masih berjuang di kampus perjuangan.