Rabu, 17 November 2010

“Mana Lebih Penting, Ruhiyah atau Tsaqofah...?”




Kembali kita coba mengangkat permasalahan2 atau problematika dakwah kampus yang memang kita mengalami semuanya. Tulisan ini saya angkat ketika beberapa waktu lalu baru saja terjadi beberapa hal yang menurut ana perlu pertimbangan lebih matang lagi karena berkaitan dengan kaderisasi. Walaupun saya berada didalam sistem tapi saya belum bisa merealisasikan apa yang sesuai dengan pola pikir saya, karena memang dakwah kita ialah berbasis jama’ah sehingga yang dijalankan ialah hasil keputusan jama’ah bukan pemikiran dan kemauan sendiri dan itulah yang membuat dakwah semakin variatif karena kita bisa mengelola atau menyikapi sebuah keterpaksaan.

Kita semua menyadari bahwa marhalah selama ini menjadi barang yang berada di dalam karung, ibarat kata apapun yang didalam karung, seberapa baik atau buruknya, maka bisa saja dia dibeli konsumen. Atau seberapa baik dan buruknya kader JMMI bisa saja menjadi sosok sakral Ketua Umum, Skejn, Kaput, Kamus, Direktur BPM, Kadep Kaderisasi, dll, karena dalam pemilihannya tidak menerapkan apa yang “benar-benar” ada dalam marhalah 3 yang sudah ditetapkan. Nah kira-kira itulah salah satu problem regenerasi kita yang saya kira antum semua paham akan hal itu.

ada dua kata kunci, ruhiyah dan tsaqofah, lebih penting mana?? Mungkin antum lebih tau jawabannya. Tapi ana kan coba bahas sekilas. Masih ingatkah 10 rukun bai’at? Atau 11 muwashofat kader JMMI? Kalau lupa, buka lagi file-file nya. Kalau antum masih ingat, maka JELAS lah bahwa tsaqofah atau pemahaman jauh lebih penting, apalagi alfahmu ialah rukun bai’at yang pertama. Tapi pertanyaannya, sampai kapan kita harus mengutamakan alfahmu?? Apakah menjadi prioritas selamanya, atau sebagai pondasi utama di awal saja?? Agar lebih mudah, kita tarik saja ke dalam sistem pembinaan JMMI, marhalah 1 ialah pemenuhan syakhsiyah islamiyah itu artinya semua kepribadian muslim harus dipahami, marhalah 2 ialah syakhsiyah da’iyah itu artinya kader harus bisa menerapkan ilmu2 yang dimilikinya untuk aplikasi dakwah, dan terakhir marhalah 3 ialah syakhsiyah qiyadah itu artinya kader harus bisa memimpin dakwah ini dalam sekup yang lebih besar tidak hanya sekedar menjadi murobbi saja, tapi harus mampu memikirkan, mengembangkan, dan menjalankan agenda2 seluruh murobbi atau mentor/ da’i kampus.

Dari penjelasan itu rasanya cukup jelas, kapan kita harus menyiapkan tsaqofah kader, kapan kita harus memperkuat semangat/ruhiyah kader, dan kapan kita harus mengaplikasikan dakwah bagi kader. Terlebih lagi jika tsaqofah yang diberikan berulang-ulang dengan materi yang sama, bisa jadi dulu mereka sudah dapat materi tersebut di mentoring wajib, kemudian dapat lagi di liqo ADS, kemudian dapat lagi di Dauroh Mentor, dapat lagi di PSI 1, PSI LDJ, dapat lagi di Dauroh Mntor thn berikutnya, dll... ya ini perlu kita pikirkan agar tsaqofah bisa meresap secara efektif tidak berulang-ulang yang dikasihkan itu-itu saja sehingga materi dalam jenjang marhalah bisa tersampaikan semua.

Dari sini ana dapat menyimpulkan, ternyata kita JMMI belum bisa memetakan secara jelas dan objektif mana sasaran dakwah kita, kita hanya berpikir bagaimana kegiatan kita bisa ramai dihadiri peserta, tanpa memikirkan bagaimana kondisi kader kita. Dari mulai yang rutin, insidental, dari mulai SMS, kautsar, DM, MK, PSI, dll, kita berharap pesertanya sama sehingga tidak ada manajemen informasi dan publikasi, kapan kita harus menginfokan ke kader, kapan ke mentor baru, mentor lama, kapan ke ADK, kapan ke kaum ammah, dll.....hingga salah seorang kader terbaik JMMI pernah berkomentar (ketika di puncak bukit lawang) “kegiatan ku setiap pekan habis dipake oleh JMMI, tidak bisa menyisihkan untuk yang lain....” Subhanallah, saya ga kebayang, padahal beliau ini belum 1 tahun di JMMI.

“Saat engkau melakukan kesalahan, itulah tandanya engkau belajar”

Semoga kita bisa terus belajar dalam berdakwah dan Semoga ini bisa menjadi bahan pertimbangan kita untuk meng-efektifkan dakwah dan memaksimalkan hasilnya untuk kemenangan islam... semoga bermanfaat kawan,,,

Dalam Diri Setiap Manusia tersimpan kekuatan yang Dasyat, yang ia pun tidak pernah mengira ia memilikinya sampai ia mengamalkannya

Tidak ada komentar: