Jumat, 26 Agustus 2011

AKU INGIN BANGSA INI ‘MERDEKA’

Agustus dan merdeka. Ya, itulah sepasang kata yang tak mungkin terlupakan oleh bangsa Indonesia, termasuk kita. Entah tak terlupakan karena sejarahnya, atau karena peringatannya, atau karena lombanya, atau mungkin karena tanggal merahnya. Menurut ilmu sejarah, tepat tanggal 17 Agustus 1945 bangsa ini merdeka dari para penjajah yang telah ratusan tahun membudakkan bangsa ini. Itu artinya sudah 66 tahun bangsa ini seharusnya merdeka. Tapi apakah bangsa ini benar-benar sudah merdeka?, monggo dijawab sendiri kawan...

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia merdeka berarti bebas, lepas dari tuntutan, dan tidak terikat. Dalam aplikasinya memiliki arti bahwa bangsa ini mampu mandiri dalam segala hal termasuk mandiri dalam sikap (attitude) atau perilaku (akhlaq) dan inilah hal terpenting bagi bangsa ini yaitu akhlaq yang mandiri yang harus kita pertanggungjawabkan sendiri baik di dunia maupun di akhirat. Karena akhlaq adalah dasar dari terciptanya negeri yang baik, negeri yang diberkahi Allah karena nilai ketaqwaan dan keimanan bangsanya.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
QS: Al – A’raaf: 96

Mungkin tahun ini menjadi fenomena yang unik karena tanggal 1 Agustus bertepatan dengan tangal 1 Ramadhan. Benar-benar fenomena langka. Bahkan banyak orang yang beranggapan bahwa 17 agustus bertepatan dengan nuzulul quran yaitu 17 Ramadhan, walaupun saya kurang setuju dengan pendapat itu karena alqur’an diturunkan pada malam lailatul qodr (QS: Al-Qodr: 1) dan kebanyakan ulama sepakat bahwa lailatul qodr berada pada hari-hari ganjil di 10 malam terakhir Ramadhan. Tapi, bukan ini bahasan kita kawan...

Nah, dibalik semrautnya negeri ini, ada fenomena unik yang setiap tahun selalu berulang seakan-akan kita mersakan sesuatu yang berbeda bahkan sangat berbeda dari sebelumnya atau saya sebut dengan mendadak merdeka. Ya, itulah fenomena yang terjadi karena adanya Ramadhan. Negeri ini seakan-akan mendadak merdeka, mungkin benar-benar kondisi bangsa yang merdeka berdasarkan iman dan taqwa.

Yang pertama yaitu fenomena mendadak Masjid Rame. Entah mengapa tepat tanggal 1 Ramadhan, lebih tepatnya saat sholat isya semua masjid akan mendadak sangat ramai dengan jama’ah sholat. Padahal sehari sebelumnya munkin tidak sampai sepersepuluh jumlah jama’ah pada waktu itu. Bisa kita lihat di masjid manarul ilmi ITS, hari biasa jama’ah isya paling banyak hanya 2 shaf putra dan mungkin 1 shaf putri. Tapi sejak masuknya hari pertama Ramadhan masjid ini mendadak membludak bisa sampai 7 shaf ikhwan, itupun belum ditambah akhwatnya. Bahkan sholat teraweh seakan-akan menjadi sunnah yang kita tidak mau kita meninggalkannya. Tidak hanya itu, saat hari aktif kerja masjid sangat ramai saat sholat zuhur dan bahkan para dosen dan karyawan terlihat begitu tergesa-gesa dan berbondong-bondong ingin mendatangi masjid seakan akan tak ingin ketinggalan sholat wajib. Luar biasa kawan, semoga kita termasuk didalamnya. Ini adalah berkah Ramadhan yang sangat sulit kita menemuinya diwaktu lain. Seandainya ini terus dipertahankan insya Allah kita semua akan termasuk calon penghuni surga dengan ciri utama mencintai masjid.

Fenomena kedua yaitu mendadak Saling Mengingatkan dan Enggan Berbuat Maksiat. Dengan berpuasa kita mulai tidak sungkan menegur dan bahkan menjauhi kebiasaan-kebiasaan buruk kita. Sebagai contoh, orang yang biasanya merokok, dia akan berusaha menghindarinya ketika berpuasa. Pun tidak, maka teman-teman disebelahnya akan mengingatkannya “eh, lagi puasa sob.. jangan ngerokok”, seandainya kepepet pun mereka melakukan maksiat dengan tidak mengajak kawan-kawan lainnya (menyendiri). Atau orang yang terbiasa pacaran mungkin akan mengurangi jam maksiatnya dan bahkan mereka malah saling mengingatkan untuk sahur, sebuah hal kebaikan yang langka. Semoga itu termasuk tawashou bil haq. Fenomena tersebut seakan-akan membuat maksiat berkurang drastis di negeri ini. Belum lagi ceramah-ceramah nasihat yang berkumandang dihampir setiap ba’da sholat kita, bahkan melalui berbagai media seperti TV dan radio. Seakan-akan itu menjadi pengingat sekaligus penyemangat bagi kita untuk amar ma’ruf nahi munkar. Semoga ini juga terjadi pada para politisi kita agar saling mengingatkan dan mengurangi jam korupsi dan kolusinya yang sangat merugikan bangsa ini. Amin...

Fenomena langka berikutnya yaitu mendadak Rajin Ibadah. Allahu akbar, ini sangat langka sekali kawan. Dimana-mana lantunan ayat suci Al-Quran berkumandang terutama disetiap sudut masjid. Seakan-akan khataman Al-Quran tak mengenal waktu, pagi, siang, sore, bahkan malam hari setiap masjid tak henti-hentinya menggemakan ayat suci ini. Bahkan pernah suatu ketika saya menghadap ke ruang dosen untuk asistensi dan ternyata dosen tersebut sedang membaca Al-Quran. Allahu karim, sungguh indah hidup ini. Selalu bertemu dengan Al-Quran seakan-akan tak ingin kita meninggalkan firman Allah yang mulia itu.Terlebih lagi, hampir setiap orang ingin khatam Al-Quran paling tidak 1x dibulan suci ini. Seandainya kita hitung-hitung, asumsi muslim di negeri berjumlah 200 juta orang dan setiap orangnya ingin khatam Al-Quran 1x sebulan, maka satu bulan sudah 200 juta kali khatam, berapa kalau setahun? Mungkin bisa diusulkan ‘gerakan 1 milyar khatam Al-Quran’. Jika benar-benar seperti itu, mungkin negeri ini akan memiliki julukan ‘negeri qurani’. Andai fenomena ini terus kita jaga, maka bangsa ini akan menjadi bangsa Qurani, bangsa yang mencintai Al-Quran, dan selalu mengaplikasikan hidupnya berdasarkan nilai-nilai Al-Quran. Ya Rabb, semoga bangsa ini menjadi bangsa yang mulia di dunia dan di sisiMu.

Fenomena keempat yaitu mendadak Dermawan / Berinfaq. Bulan berkah ini benar-benar menjadi berkah untuk seluruh pelosok negeri. Seakan hidup ini sangat seimbang, yang kaya murah sedekah, yang mampu ingin bersedekah, dan yang tidak mampu bisa menikmatinya. Dimana-mana orang ingin berinfaq bahkan dengan fastabiqul khairat. Tidak ingin ketinggalan dengan tetangganya. Bahkan tidak sedikit yang berinfaq puluhan juta. Bahkan salah satu donatur ifthor jama’i (buka puasa bersama) di Masjid Manarul ilmi ITS menginfaqkan hartanya sebesar 1 juta setiap hari selama satu bulan dan itu konsisten beliau lakukan setiap tahun. Semoga Allah melipatgandakan pahala bagi beliau dan keluarganya. Fenomena ini seakan-akan membuat negeri ini negeri yang mengutamakan kekuatan sosial, seperti subsidi silang dari non pemerintah. Momen ini Benar-benar menunjukkan bahwa manusia memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Dan yang terakhir yaitu fenomena Meningkatnya Ekonomi. Bulan Ramadhan benar-benar menjadi bulan dengan tingkat ekonomi atau perputaran uang yang sangat tinggi. Sebagai contoh saja, panitia Ramadhan di masjid kampus ITS selama satu bulan menghabiskan uang sekitar 150 juta rupiah. Itu baru dari satu masjid kawan, berapa masjid di Surabaya? Berapa kampus di Indonesia? Berapa masjid se Indonesia? Luar biasa kawan, itu baru dari perputaran uang kegiatan Ramadhan. Belum lagi uang mudik, hampir setiap orang di negeri baik muslim maupun non muslim pasti tak meninggalkan mudik. Apakah mudik tidak butuh uang? Kalau 1 orang mnghabiskan uang untuk mudik 200 ribu, berapa jumlah orang di Indonesia? Berapa total pengeluaran untuk mudik? Bahkan jam terbang transportasi tertinggi ada di saat mudik, entah itu pesawat, kereta, bis, dsb. Ada contoh lain yang lebih heboh lagi, apakah lebaran kita memakai baju lama atau baru? Berapa harga satu setel baju baru? Apakah setiap orang hanya punya satu setel? Iya, saya kira anda lebih pandai menjawabnya. Karena kita semua termasuk yang ingin menunaikan Iedul fitri dengan segala hal yang baru, hati yang baru, dan pastinya pakaian baru, termasuk sendalnya pun baru.

Itulah fenomena dahsyat kawan... tapi, apakah kalian tidak heran? Kira-kira mengapa hal itu bisa terjadi sobat? Mengapa kok bangsa ini bisa berubah dalam sekejap? Hanya selang sehari bisa berubah total?. Kawan, tak lain dan tak bukan karena bangsa ini masih memiliki iman kepada Rabb semesta Alam. Kita semua masih punya iman terhadap firman-firmanNya. Iman itulah yang menggerakkan kita, iman itulah yang benar-benar bisa merubah kita, iman itulah yang sebenarnya bisa memacu dan memotivasi diri kita, iman itulah yang bisa merubah segalanya, bukan karena dibuat-buat. Kita masih beriman bahwasanya kita wajib berpuasa dibulan Ramadhan, kita masih beriman bahwa Allah melipatgandakan amal-amal ibadah kita di bulan mulia ini, kita masih percaya terhadap rasul kita yang karenanya kita masih setia mengikuti dan menjalani sunnah-sunnahnya.

Beruntunglah kita yang masih hidup dan masih memiliki iman. Dan saat ini iman tersebut sedang berada pada kondisi puncak yaitu kondisi sabiqun bil khairat, orang-orang yang lebih dulu berbuat kebaikan. Semoga kita termasuk kategori tersebut. Semoga kita tetap dalam keadaan beriman dengan keimanan puncak hingga meninggalkan dunia ini. Mari kita bersyukur dengan mengucap Alhamdulillah... Begitulah jika bangsa ini merdeka karena iman dan taqwa.

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
QS: Faathir: 32

Pertanyaan berikutnya ialah, sudahkah bangsa ini merdeka karena iman dan taqwa? Apakah kita hanya merdeka di bulan Ramadhan saja? Apakah bangsa ini tidak bisa benar-benar merdeka karena iman dan taqwa?. Nah, itulah tugas kita kawan... tugas mulia yang Allah berikan kepada para Rasulnya, kepada khataman nabiyyin Muhammad SAW, yang dilanjutkan oleh para sahabatnya, yang perjuangannya masih terus tegar dijalankan oleh tabi’in dan tabi’it tabi’in, dan hingga amanah itu datang kepada kita, para aktivis dakwah. Itulah misi yang kita emban, bukan kah kalian sudah sering mendengar masyarakat madani? Begitulah masyarakat madani yang kita dambakan, negeri yang merdeka berlandaskan iman dan taqwa. Masyarakat madani yang sering kita ibaratkan seperti baldatun thoyyibatun di dalam Al-Quran Bukan kah itu dambaan kita bersama kawan? Aku ingin bangsa ini merdeka karena iman dan taqwa.. Maka dari itu beruntunglah aktivis dakwah, kalian tak akan pernah nganggur, karena kalian terus berpikir dan bekerja untuk mewujudkan masyarakat madani, masyarakat yang merdeka berlandaskan iman dan taqwa.

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun."
QS: Saba’: 15

Semoga Allah menguatkan barisan dakwah ini, semoga Allah menambah kekuatan dan membuka pintu hidayahnya untuk bangsa ini, semoga Allah memberikan keistiqomahan para aktivis agar selalu dekat dengan mu, semoga Allah menjadikan kita, anak kita, cucu kita, dan keturunan kita untuk selalu menjadi barisan terdepan dalam barisan dakwah ini.

4 Agustus 2011
Manarul Ilmi, tempat inspirasiku.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nice blog, but sometimes saya rasa sudut pandang orang pertama untuk sebuah artikel nggak enak disimak. terkesan menggurui. Keep share ustadz